Confession

499 73 17
                                    

Keesokan paginya, Soo hyun bangun lebih awal dari biasanya. Setelah mandi, dia berpakaian sambil tidak berhenti berpikir bahwa di kantor dia akan bertemu dengan Lee hyun woo, pria yang seharusnya tidur di samping Seo Yeaji alih-alih dia.

Dia merenung, bagaimana dia harus berhadapan dengan Hyun woo, saat dia tahu kebenaran tentang hubungan mereka?

"Soo hyun-shi?" Yeaji memanggil hampir berbisik sambil menggosok matanya.

"Bukankah ini masih terlalu pagi untuk bekerja?"

Suara merdu yang dulu membuat jantungnya berdebar, kini hanya membuatnya merasa hancur.

"A-aku memiliki pekerjaan yang belum ku selesaikan kemarin." jawabnya dengan sekuat tenaga menahan dirinya agar tidak roboh.

"Tapi hari ini hari sabtu, Soo hyun-shi." Yeaji beralasan.

"Aku yakin akan baik-baik saja jika kau datang sedikit terlambat."

"Tidak bisa!" Soo hyun menekankan.

"Aku harus melakukan yang terbaik agar aku tidak bisa dikalahkan. Aku tidak ingin kalah lagi!"

Terkejut dengan kata-katanya, Yeaji melihat Soo hyun melangkah keluar dari kamar tanpa melihatnya. Rasa kesepian tiba-tiba menggigit, dan mata Yeaji hanya bisa terpaku pada pintu yang tertutup.

Tepat ketika dia berpikir bahwa dia akhirnya semakin dekat dengan Soo hyun, perlakuannya padanya menjadi lebih dingin dari sebelumnya.

Sudah seminggu sejak Soo hyun bekerja sampai larut malam, Yeaji akan sudah tertidur ketika Soo Hyun pulang. Ketika Yeaji bangun di pagi hari, Soo hyun sudah keluar untuk jogging, dan ketika dia kembali, yang tersisa baginya hanya waktu untuk mandi, berpakaian, lalu pergi ke kantor tanpa sarapan, bahkan jika Yeaji memintanya, dia selalu menolak dengan berbagai alasan.

Karena hari ini akhir pekan, Yeaji memutuskan untuk membuat sarapan spesial untuk Soo hyun, berharap pria itu akan luluh. Dan jika memungkinkan, Yeaji ingin dia terbuka untuk memberitahu alasan mengapa dia bertingkah begitu aneh.

Jalan menuju hati seorang pria adalah melalui perutnya.

Dan Yeaji sudah menyaksikan langsung betapa efektifnya pepatah ini pada mendiang ayahnya.

Yeaji sudah menyiapkan semuanya dengan sempurna di atas meja, teh dituangkan ke dalam cangkirnya, sup miso di mangkuknya, nasi yang sudah siap disajikan, juga salmon di atas piring saji. Dan tidak ketinggalan roti susu favorit Soo hyun yang mengharuskan Yeaji bangun lebih awal untuk membuatnya.

Ketika Yeaji mendengar pintu depan terbuka, dia dengan cepat bangkit dari tempat duduknya untuk menyambut Soo hyun yang baru saja kembali dari jogging.

Yeaji memberinya senyuman cerah dan menawan saat dia mengaitkan lengannya di sekeliling Soo hyun.

"Selamat pagi, Soo hyun-shi. Aku membuatkan sarapan untukmu." ucap Yeaji sambil menuntun Soo hyun ke ruang makan.

Dia akhirnya berhasil membuat Soo hyun duduk, lebih tepatnya Soo hyun tidak punya pilihan dan memutuskan untuk menuruti keinginannya.

Yeaji duduk di seberangnya, kebahagiaan Yeaji memuncak saat dia melihat Soo hyun memakan makanan yang dia buat khusus untuknya dengan susah payah.

Soo hyun memakan sarapannya dalam keheningan sebelum meletakan sumpitnya dan mendesah.

"Kau seharusnya tidak perlu melakukan ini. Maksudku, aku seharusnya tidak menjadi orang yang kau layani dengan senang hati sekarang."

Soo hyun bisa melihat senyuman Yeaji memudar dan berganti menjadi tatapan bingung.

"Apa maksudmu?"

"Maksudku, aku tidak pantas mendapatkan senyumanmu!" jawabnya.

Pretend Marriage (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang