00

373 30 4
                                    

Welcome to the new story.
Semoga kalian suka^^



Jangan lupa Vote n Komennya!!

•••

Mikhael D.angelo Rasendriya, Remaja 15 tahun yang baru memasuki bangku kelas 10 SMA 1 bulan yang lalu. Awalnya Khael tinggal di Helsinki yang katanya kota paling bahagia di Finlandia, bersama Michael selama 3 tahun lamanya.

Namun, kini ia dan sang Daddy kembali ke tanah air. Khael yang awalnya homeschooling dengan Michael sebagai gurunya sendiri, sekarang Ia sudah di perbolehkan untuk bersekolah seperti anak-anak lain pada umumnya.

Khael duduk di meja makannya dengan memperhatikan punggung Michael yang sibuk berkutat dengan alat dapur. Pagi ini, sepertinya mood Daddy sedang baik. Sebisa mungkin Khael menahan diri nya untuk tidak melakukan kesalahan sedikitpun yang akan membuat mood Daddy-nya kembali berantakan.

Daniello Michael Rasendriya. Pria berusia 38 tahun yang memiliki otak cerdas apalagi keahliannya dalam bidang sains. Bekerja sebagai dosen disalah satu universitas ternama di ibu kota. Memiliki wajah yang tegas dan tatapan tajam, tubuh tinggi semampai dan bentuk tubuh ideal nya mampu memikat kaum hawa. Namun, dibalik kelebihannya itu siapa sangka jika Michael pengidap bipolar.

Khael menunduk melihat pergelangan tangannya yang memar dan kebiru unguan. Semalam penyakit Michael kambuh dan tidak sengaja melukainya lagi. Bahkan sudut bibir nya pun sedikit nyeri akibat pukulan Michel semalam. Khael menghela nafas berat lalu menurunkan lengan Hoodie nya yang lumayan kebesaran untuk menutupi memar di pergelangan tangannya.

Khael merubah ekspresi nya saat Michael mulai membalikan badannya dengan membawa dua piring nasi goreng di kedua tanganya. Khael tersenyum berusaha menahan rasa sakit di sudut bibirnya yang tertarik.

"Makanan sudah siap." Ucapnya riang dengan meletakan sepiring nasi goreng di hadapan Khael.

Khael mengangguk senang. "Terimakasih Daddy." Ucapnya tulus.

Michael tersenyum, lalu duduk di hadapan putranya. Memperhatikan Khael yang menyantap masakannya dengan lahap. Pandangannya terhenti tepat di sudut bibir Khael yang terlihat membiru. Seketika rasa bersalah muncul, senyuman menawan tadi dalam beberapa detik hilang begitu saja digantikan dengan raut murung.

Tangan Michael terangkat mengusap lembut pipi Khael membuat sang empu menghentikan kunyahannya. Memandang Michael yang kini menatapnya dengan pandangan penuh rasa bersalah. Sungguh Khael tidak suka melihat Daddy-nya seperti ini.

"Dad--."

"I'm so sorry. Lagi-lagi Daddy menyakiti mu, yah." Potongnya.

Khael menggeleng. "No daddy. Aku baik-baik aja ko, beneran." Jawabnya mencoba meyakinkan.

Michael menghela nafas berat. "Daddy memang ayah yang paling buruk Khael. Seharusnya Daddy lebih bisa mengendalikan diri. Maafkan Daddy,  Daddy belum bisa menjadi ayah yang baik untuk mu. Seharusnya Daddy mati saja, Daddy tidak pantas hidup."

Khael seketika menggenggam sendok nya semakin erat. Ini yang Khael tidak suka ketika Daddy-nya merasa bersalah padanya. Daddy selalu mengatakan hal yang tidak ingin ia dengar, khael tidak suka mendengar kalimat Daddy yang seakan ingin pergi jauh meninggalkan nya.

Pain in happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang