01

152 19 3
                                    

JANGAN LUPA VOTE N KOMEN^^

HAPPY READING

•••

Bel istirahat berbunyi nyaring. Khael dan teman-teman segera pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah memberontak meminta jatah. Namun, disaat pertengahan jalan Khael tiba-tiba merasa ingin buang air kecil.

"Kalian duluan aja, gue mau ke toilet sebentar."

"Oke. Lu mau makan sama apa? Biar nanti sekalian di pesenin." Tanya Zergio.

"Samaain aja." Balasnya lalu mereka pergi dengan berlawanan arah.

Khael memasuki salah satu bilik kamar mandi dengan sedikit tergesa. Tak butuh waktu lama, ia keluar dengan nafas lega. Berjalan santai ke arah wastafel untuk sekedar mencuci tangan lalu menatap pantulan wajahnya di kaca besar yang memanjang ke samping.

Pandangannya beralih ke arah samping ketika menyadari ada orang lain selain dirinya. Pandangan mereka bertemu, meskipun saling menatap dari pantulan kaca.

"Khael." Panggilnya.

Khael menghela nafas malas mendengar suara kakak kelas di sampingnya ini yang menyebut namanya.

Tanpa menjawab Khael berniat menyudahi aksi mencuci tangannya lalu pergi dari sana secepatnya. Namun, baru mematikan air keran dan akan melangkah pergi tangannya tiba-tiba di tahan oleh laki-laki tersebut.

Khael meringis kecil saat pergelangan tangannya di sentuh oleh remaja di depan nya. Memang tidak terlalu kencang menggenggamnya tapi itu cukup membuatnya terkejut dan sedikit nyeri akibat luka memar kebiruannya tersentuh.

Menyadari hal itu seketika Remaja itu menaikan lengan Hoodie Khael yang sedikit basah dan hampir menutupi seluruh tangannya.

"Khael tangan lo__" ucapnya terpotong ketika  melihat reaksi Khael yang segera menarik tanganya kasar lalu menurunkan kembali lengan Hoodie nya.

"B-bukan urusan mu" Ujarnya gugup lalu mengalihkan pandangannya.

"Khael bukan sekali dua kali gue liat ada luka di tubuh Lo. Siapa yang lakuin? Apa Lo dapat kekerasan?."

"Gue bilang ini bukan urusan Lo, Kazaimer Arkanio!. Berhenti so peduli." Ujar Khael penuh penekanan.

Kaza menggeleng tak habis pikir. "Sepertinya kita butuh bicara, Khael."

Khael menggeleng, "Gue rasa tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, Kaza." Balasnya datar lalu berbalik badan dan melangkah kan kaki nya ke luar.

"Mama khawatir sama Lo."

Langkah Khael seketika terhenti. Kedua tangan yang kini sudah masuk kedalam saku-nya mengepal. Tanpa membalas Khael segera melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Kaza menatap kepergian adik kelasnya dengan pandangan yang sulit di artikan. Mengusap wajahnya kasar, lalu kembali menatap dirinya di pantulan kaca.

"Sial, berhenti merasa bersalah Kaza!."

•••

"Si Ray beneran gak masuk tuh anak?." Tanya Zergio  sembari mengaduk Jus mangga-nya lalu menyeruput nya nikmat.

Ansa yang rakus memakan mie gorengnya mengangguk. "Iyaw diua eunggak awjak-awjak guwe bowlos. Siyawlan ewmang." Ucapnya tak jelas dengan mulut penuh. Bahkan bumbu mie goreng menempel di sudut bibirnya.

Khael menatap Ansa jijik. "Di Telen dulu baru ngomong." Sarkasnya.

Ansa tak peduli ia tetap memakan mie nya seperti orang kelaparan yang belum makan 3 hari.

Pain in happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang