06 - Mencari Mutiara

139 10 0
                                    

Jisung teringat kembali dengan tulisan di buku "Rahasia Melepaskan" halaman 147 yang ditulis oleh Kartini F. Astuti, salah satu penulis favoritnya.
______________________________

Ada yang sedang duduk santai di pinggir lapangan.

Ada yang berlari sangat cepat.

Dan ada juga yang berusaha melampaui semua orang.

Yang terbaik dari mereka adalah yang mundur dulu sebentar untuk mengajak orang-orang agar tak menyerah di tengah jalan.

Yang terbaik dari mereka adalah yang mau berjalan beriringan, bukan terus berlari agar tak terkalahkan.
______________________________

Jisung tahu bahwa sulit untuk mengajak orang yang lelah berjalan untuk berlari kembali.

Tapi, ia akan mencoba karena setiap tahun banyak sekali kasus bunuh diri akibat depresi di negeranya.

Jisung mencoba menulis di akun media sosialnya, berharap agar orang-orang yang membutuhkan reminder menjadi semangat kembali untuk menjalani kehidupan.

Dia membeli banyak buku untuk referensi karena mustahil menjadi penulis kalau tidak suka membaca.

Jisung juga ikut latihan kepenulisan selama tiga tahun agar tulisannya menjadi lebih baik.

Selain itu, ia juga mencari teman untuk diajak diskusi tentang kehidupan.

Setelah ragam informasi ia dapatkan untuk digabung menjadi satu di dalam satu buku.

Akhirnya, buku pertamanya terbit dan langsung melejit di pasaran.

Itulah mengapa yang ditulis dari hati akan sampai ke hati pembacanya.

Jisung pernah di posisi merasa tertinggal dari teman-teman seusianya.

Dia tahu bagaimana rasanya kesepian dan tiba-tiba insecurity langsung datang menyerangnya.

Jisung menulis agar apa yang menguatkannya bisa juga menguatkan orang lain yang membutuhkannya.

Siapa sangka, salah satu pembacanya adalah orang yang kini telah menjadi pasangan hidupnya.

~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~

~

~

Sekarang, saat di sekitar kita terlanjur gelap, yakinkan diri bahwa kitalah yang mencahayai.

Bukan lingkungan yang akan mengubah kita menjadi taat.

Tuhanlah yang berkehendak membimbing kita menjadi taat atas izin-Nya, lewat lingkungan mana saja.

Tapi pastikan sekali lagi: benarkah Tuhan yang kita cari?

Sumber:

Kartini F. Astuti - Rahasia Melepaskan

Hal. 152

__________________________________

Sebelum menerbitkan buku, Jisung bertemu dengan salah satu dosennya.

"Mohon doanya, Pak. Tujuan saya bukan uang, kok. Bukan royalti. Bukan saham. Uang kan, nggak dibawa mati."

"Kita udah lama ya nggak ketemu?" tanya dosen itu sangsi.

Jisung memegang jari dan mengendikkan bahunya.

"Saking lamanya, kamu sampai lupa sama apa yang saya ajarin." Pak dosen geleng-geleng kepala.

"Kata siapa itu semua nggak bisa dibawa mati? Gini nih kalau lama nggak ngaji. Bahan bakarnya melempem."

"Oh, iya, bisa, ya. Maaf maaf."

"Kalau semua umat mikir kayak kamu, waduh bisa kacau dunia ini. Kekayaan kita itu bisa ngebangun negeri ini jadi lebih maju. Dan kalau semua penduduknya sejahtera, mereka nggak akan punya alasan buat berbuat jahat dan curang lagi. Bener?"

Jisung mengangguk kuat-kuat.

"Kamu kira Ustadz yang punya gelar, beli barang branded, punya mobil, sering ke luar negeri, itu hartanya nggak bisa dibawa mati? Terus dia dakwah ke orang-orang kaya dan pinter mamerin apa kalau bukan itu? Mereka nggak akan terpikat buat dengerin gurunya dong kalau gitu?"

"Iya, Pak dosen. Ampun."

Semua hal selain Tuhan yang kita punya hari ini hanyalah kendaraan. Bukan tujuan. Popularitas. Kekayaan. Good looking.

Dan, orang-orang yang kita lihat banyak di depan kamera hari ini bukan berarti dia sibuk mengincar lampu sorot, uang, atau pujian.

Bisa jadi, hanya dengan cara itulah cara mereka mendapakan ampunan Tuhan: melepas gengsi, malu, dan overthinking.

Jisung jadi teringat dulu, malam-malam, di tengah hujan lebat, ia dan Yuna hendak mengikuti majelis di suatu masjid.

Jisung berdiskusi lebih dulu sebelum mereka turun dari mobil.

"Jangan deh. Kajian di situ paling bahas surah pendek lagi. Kita ke masjid yang di sana aja gimana? Ada Ustadz favoritku, ilmunya banyak."

Yuna menghela nafas.

"Kita ke sini nyari rida Allah. Bukan nyari ilmu."

Ini juga perlu dicatat: Ilmu tinggi, sekalipun dalam agama, tak menjamin akan mendekatkan seseorang pada Tuhan.

"Kejar dunia dan jangan lupakan akhirat? Salah. Kejar akhirat dan jangan lupakan dunia, itu baru benar."

~

~

~

END

Me & You (Itzy with Boys)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang