Hari ini adalah hari di mana aku akan menghabiskan waktuku menulis lagu di rumah. Bukan, maksudku menulis lagu adalah kegiatan yang ku gemari, namun berada di rumah seminggu penuh sungguh membuatku gila. Walau pun begitu, aku sangat bertekad untuk menyelesaikan tiga lagu yang membuat kepalaku pusing tujuh keliling ini. Bagian reff-nya sih oke oke saja, tapi verse dan bridge-nya membuatku pening setengah mati.
Tapi baru saja aku ingin membanting kepalaku ke meja karena frustrasi, ponselku berdering. Namun lebih spesifiknya, ponselku berdering dengan ringtone-nya. Setiap kontak di ponselku memiliki ringtone berbeda-beda, namun ringtone-nya lebih spesial untukku. Give Me Love oleh Ed Sheeran.
Dengan ragu aku mengangkat panggilannya dan mendekatkan ponselku ke telingaku.
"Halo?" suaraku terdengar lebih kecil dari biasanya.
"Hei Serena! Aku ingin bertanya, maukah kau ke studio hari ini dan mengerjakan sebuah lagu denganku? Menurutku hal ini dapat mengeluarkanmu dari rumahmu dan sepertinya kau akan jadi gila terkurung di sana selama hampir seminggu ini."
"Emm.. ya, tidak masalah untukku."
"Bagus. Kalau begitu sampai bertemu nanti!
Ketika aku mendengar suara yang menandakan bahwa panggilanku telah berakhir, aku meletakkan ponselku di atas meja dan ber-fangirl ria. Ya, perubahannya memang sedikit drastis tapi hei, bukan salahku aku sudah terlanjur jatuh cinta padanya. Tapi bagaimana pun juga, ia tidak tahu tentang perasaanku.
Aku melompat dari kasurku dan memutuskan untuk mandi dan membersihkan diri lebih niat dari biasanya. Ayolah, setidaknya aku ingin terlihat layak di hadapannya. Ketika aku tengah mandi, aku terpikir jika aku harus berpakaian kasual, atau dress. Namun kemudian aku tertawa atas pikiran bodohku ini. Ayolah, aku tidak pernah ingin mengenakan dress kecuali jika memang sangat diperlukan.
Selesai mandi aku pun bergegas ke lemari dengan handuk membalut tubuhku. Aku memakai kaos favoritku, sebuah kaos hitam oblong bertuliskan "too bad being sassy doesn't give me money" dengan warna putih. Soal celana, aku mengambil sebuah celana pendek denim karena cuaca hari ini cukup panas. Karena malas, aku melengkapi pakaianku cukup dengan converse hitam. Aku sedikit bimbang tentang makeup dan rambutku tapi pada akhirnya hanya memutuskan untuk memakai mascara dan sedikit foundation. Rambutku? Ku geraikan sajalah.
Aku menatap ke arah cermin yang memantulkan bayanganku dan tersenyum. Tidak terlalu glamor, tapi tidak terlalu tak berkesan juga.
Sekarang hanya tinggal menghadapi kemacetan sialan saja.
=/=
Sungguh, aku terkejut ketika aku sadar bahwa perjalananku ke studio hanya setengah jam, bukan satu jam seperti biasanya. Aku pun dengan segera memarkirkan mobilku dan berlari ke dalam gedung. Butuh beberapa menit untuk mencarinya, namun aku berhasil menemukan siluet rambut pirang dengan sentuhan biru pada akarnya. Jantungku mulai berdetak lebih kencang dan semua terasa seperti slow-motion, bahkan ketika ia berbalik, sebuah senyuman hangat tersirat di bibir merahnya.
Jujur saja, aku selalu berpikir Michael Clifford adalah pacar yang sangat ideal bagiku. Ia sangat baik dan perhatian, dan hanya dengan memikirkan hal ini saja bisa mendaratkan sebuah senyuman di bibirku. Sebenarnya aku juga tidak ingat bagaimana kami berdua mulai berteman. Semua yang ku ingat hanyalah dengan tidak sengaja aku bertemu dengannya di studio, kemudian kami berdua menulis beberapa lagu bersama. Dan sejak hari itu, aku sudah memiliki kesan yang baik padanya.
Ditambah lagi ia adalah orang yang ku suka, jadi sedikit canggung memang pada pihakku. Aku tahu ia tidak mengetahui kalau aku sedang jatuh hati padanya, namun ini hal yang bagus kan? Dengan begini pertemanan kita tidak akan menjadi canggung.
Aku kembali sadar dari lamunanku tepat ketika Michael mengangkatku dengan lengannya dan memutar-mutarkanku.
"Hei! Turunkan aku!" walau pun aku berteriak, namun aku tertawa.
Sejenak aku mendengarnya juga tertawa, kemudian ia menurunkanku, menuruti apa yang ku katakan.
"Siap untuk menulis, Serena White?" tanyanya, senyum riang menghias wajah indahnya.
"Tentu saja! Mengapa tidak, Michael Clifford?" jawabku tidak kalah riang.
Kemudian ia menarik tanganku masuk ke dalam studio, dan aku tidak akan menyela, dari belakang saja ia sangat terlihat tampan.
=/=
Tiga jam empat puluh menit telah berlalu selama kami menulis lagu sambil mengemil sedikit. Kalau aku boleh jujur, ini adalah cara paling menyenangkan untuk menyelesaikan hari seninku yang biasanya sangat membosankan. Menulis lagu bersama Michael sangatlah asik, ia akan mengutarakan lelucon setiap kali aku mulai frustrasi, dengan segera mengusir perasaan frustrasiku tersebut dan mengembangkan kembali senyumku. Ia juga selalu sedia membantu jika aku merasa kesusahan, entah di bagian reff, verse, atau pun yang lainnya. Sungguh ini adalah momen yang sempurna, namun ternyata takdir memutuskan untuk mengangkatku lagi menuju langit ketujuh.
"Jadi, Serena, apa jadwalmu untuk akhir minggu ini? Ada rencana bersama pacar?"
Aku hampir melompat karena perasaan gembira bahwa ia bertanya soal ini. Namun mencoba untuk tidak berharap kelebihan dulu untuk sekarang ini. "Tidak, karena aku sedang sangat single. Jomblo mungkin, haha."
"Benarkah? Sejak kapan cewek secantikmu bisa single?" tanyanya lagi.
Clifford, rasanya aku ingin menciummu dan mematahkan tulang lehermu secara bersamaan sekarang karena aku sudah terlanjur terbang terlalu tinggi. "Sejak ia pindah ke Los Angeles. Mungkin sekarang rasanya ia sedang pacaran dengan musik."
"Jadi apakah 'musikmu' ini keberatan jika aku mengajakmu kencan malam minggu ini?"
Aku membulatkan kedua mataku. "Apa kau-"
"Mengajakmu kencan ke Disneyland? Mungkin." ia tertawa.
"Tentu saja aku mau."
Ya, aku, Serena White, telah jatuh cinta habis-habisan pada seorang Michael Clifford.
=/=
di bawah seribu kata woaaaah btw iya ini emang sengaja rada fluff gitu hehe tapi ending-nya rada maksa gitu ya wkwkwkwk au ah
eh gue kayaknya mau nulis ulang twisted heart deh. rasanya kayak ga cocok gitu kalo gue nulisnya dalam sudut pandang orang pertama tapi nggak baku. Terus ada beberapa bagian yang mesti diubah dikit, dan percakapannya semuanya pengen gue buat dalam bahasa indonesia aja biar ga ribet
yaudah deh nanti gue coba dulu. sekian dari gueee
-yunaa x
KAMU SEDANG MEMBACA
Clifford • m.c (ONESHOT)
FanfictionMenulis lagu kadang membuatku gila, tapi ada seseorang di studio yang mampu membantu membangkitkan kembali semangatku dan menghiburku. Written in Bahasa. © 2015 by grvngetrash