01.

3.7K 174 10
                                    

"mile, dipanggil bu bos."

pemuda bertubuh kekar yang sedang mengaduk semen pun menoleh karena merasa namanya dipanggil.

"eh? tumben?"

"lo gamau gajian?"

"tapi ini kan belum akhir minggu." dia mengusap peluh di pelipisnya.

"ah udahlah, mending lo cepetan kesana daripada kena marah."

"hem, oke." mile mulai melangkahkan kakinya menuju gazebo kecil, dimana sang bos sedang menatap para bawahannya yang sedang sibuk mengerjakan proyek perumahan miliknya.

"selamat siang bu..ada apa memanggil saya?"

"boleh duduk disini sebentar? temenin saya."

"maksud ibu?"

"saya lagi..emh, horny mile" ucap sang bos dengan nada sensual lalu mulai mendekati mile.

"maaf bu, tapi saya harus lanjut kerja."

"mile, kamu tau kan saya gasuka penolakan?"

"bu, menurut ibu perilaku yang begini pantas dilihat publik? ibu sudah berulang kali minta ini ke saya dan selalu saya tolak, apa ibu tidak malu?" mile memberanikan diri bertanya.

"oh, kamu nantang? kamu gausah sok suci begitu mile! apa kamu mau saya pecat dari pekerjaan kamu satu-satunya ini? cuma jadi kuli aja sok nolak ajakan saya."

"lebih baik saya mundur jadi bawahan anda daripada terus didesak melakukan itu setiap hari." mile mulai melepas seragam yang dia dapat dari atasannya itu dan menyisakan kaos putih polos serta celana pendek selutut yang menambah kesan tampan saat bu bos itu memandangnya.

"m-mile.."

mile tidak menggubris, dia menyapa teman seperjuangannya untuk terakhir kali dan melanjutkan perjalanan menggunakan motor jadul peninggalan ayahnya untuk mencari pekerjaan di sekitaran sini.

...

namun nihil, sangat susah mencari pekerjaan mendadak saat itu juga dijaman serba maju seperti ini.

saat ini sudah jam 11 malam dan dia masih saja mengitari daerah phra nakhon untuk mencari pekerjaan.

oh tidak, ibunya pasti sudah khawatir memikirkan keadaannya.

mile pun memutuskan untuk pulang dan akan mencari kerja esok hari.

namun ditengah perjalanan pulang dia melihat seorang pria tua yang mobilnya sedang dihentikan paksa oleh para preman jalanan, terlebih lagi para preman itu menodongkan senjata tajam kepada pria tua tersebut.

mile yang melihatnya, sontak saja memarkirkan sepeda motornya ditepi aspal seraya menghampiri mobil tersebut dan mulai menghajar para preman jalanan itu.

tak usah diragukan lagi siapa yang akan menang, mile sedari kecil selalu diajari beladiri oleh ayahnya. alhasil para preman tersebut berakhir babak belur dan lari sempoyongan.

"terimakasih?"

"mile"

"terimakasih mile.." senyum tulus terpancar di wajah pria itu.

"iya pak, dengan senang hati."
"lain kali lebih waspada"

pria tua itu mengangguk dengan senyuman.

mile ingin berbalik akan melanjutkan perjalanan pulang, tapi pria tua itu memanggilnya.

”nak mile.."

"iya pak?"

"mari ikut saya pulang kerumah, saya akan beri beberapa imbalan karena sudah menolong saya."

"ah tidak perlu pak, saya ikhlas menolong bapak..juga mungkin saat ini saya sudah ditunggu ibu saya dirumah." mile menolak permintaan pria itu dengan sangat halus.

"tapi saya mungkin tidak bisa menyetir saat ini, preman tadi menggores lengan saya." lalu diperlihatkan lah luka yang samar-samar luput dari pandangan mile.

ternyata luka sayatannya memang cukup panjang dan parah.

"pak, mengapa tidak bilang daritadi? baik..saya yang akan menyetir."
"tapi pak, bagaimana dengan sepeda motor saya?"

"saya akan meminta bawahan saya untuk mengantar sepeda motor kamu ke rumah."

"baik pak, terimakasih banyak."

"saya yang seharusnya berterima kasih."

...

setelah melajukan mobilnya kurang lebih 15 menit, mile berpapasan dengan bawahan pria tua ini yang akan menuju arah tempat dimana sepeda motornya ditinggalkan.

"dimana rumahmu nak?" tanya pria tua itu.

"dipinggiran kota pak.."

"mengapa masih berkeliaran di jam begini?"

"saya baru saja mengundurkan diri tadi pagi, dan mencari pekerjaan baru."

"oh, begitu ya."
"mau bekerja di kantor saya?"

mile tersenyum getir mendengar tawaran pria tua ini, dia saja hanya lulusan SMA. mana tau bagaimana pekerjaan orang ber-jas itu?

"maaf pak, saya cuma lulusan SMA."

"tidak apa mile, saya akan mencari tempat yang cocok untukmu dikantor saya."

"tidak usah pak, lebih baik saya mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan saya saja besok."

"baiklah jika kamu menolak, saya tak akan memaksa."

...

setelah menghabiskan 10 menit perjalanan tambahan, akhirnya mile sampai di rumah pria tua ini. rumahnya sangat megah dan mewah, bahkan jarak antara gerbang dan pintu masuk pun cukup jauh rasanya.

"ah, sudah sampai." pria tua ini berjalan seraya memegangi lengannya yang dibalut kain putih oleh mile tadi.

"hati-hati pak.." mile memegangi pria tersebut dan menuntunnya masuk.

lalu tak lama kemudian, dia melihat sosok lelaki manis dengan gurat wajah panik hendak menghampiri dirinya dan pria ini.

"AYAH!!" wajahnya panik bukan main.
"LO APAIN AYAH GUE BGST!"

mile yang awalnya tersenyum manis, seketika mengubah ekspresi wajahnya 180° saat tiba-tiba saja dia dikatai seperti itu.

"apo.." pria tua ini memandang anak semata wayangnya dengan tatapan tajam, bermaksud agar dia tidak berbicara dan menuduh yang aneh-aneh pada mile.

"KENAPA YAH? KOK BISA LUKA GINI? INI PASTI GARA-GARA LO YA!" dia menunjuk nunjuk dahi
mile dengan telunjuknya dan mile hanya diam.

---
NEXT?

Fallin'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang