+×++×+
Setelah beberapa menit Haruto memposting foto di twitter. Ia melihat ke arah putra tunggalnya. Doyoung benar benar mirip Junkyu. Haruto kangen sih sama Junkyu. Cuman Junkyu-nya mungkin ga kangen sama Haruto.
Haruto bangkit berdiri dan menghampiri Doyoung yang masih sibuk bermain dengan legonya. Ia mengusap rambut Doyoung dengan sayang. Doyoung melihat ke arah sang Daddy dengan senyum yang indah yang membuat Haruto ikut tersenyum.
"Anak gantengnya Daddy mau beli mainan lagi ga?" Tanya Haruto pada Doyoung.
Doyoung menggeleng dengan bibir melengkung ke bawah. Haruto mengerutkan keningnya. Kalo dia ga mau kenapa dia sedih?
"Doyoung kalo mau sesuatu bilang aja ya sama Daddy... Daddy pasti beliin. Daddy janji." Kata Haruto dengan senyum di wajahnya.
Mendengar perkataan sang Daddy, Doyoung melihat ke seluruh bagian di kamar barunya. Ia sebenarnya menginginkan kamar seperti Kakak Mashi. Kamar yang penuh dengan mainan. Tidak seperti kamar Doyoung yang dulu, sangat sepi, hampa dan tidak berwarna. Kamar itu hanya di isi oleh tangis Doyoung saja.
"Doyoung boleh minta di beliin lemari, Dad?" Tanya Doyoung takut takut.
"Hm? Lemari seperti apa?" Kata Haruto.
"Eum... yang bisa menaruh koleksi mainan Doyoung... boleh?" Tanya Doyoung dengan mata menatap Haruto.
"Boleh sayang... mau beli kapan? Sekarang?"
"Eh? Bisa?!" Tanya Doyoung antusias.
"Bisa dong! Ayo siap siap. Kita beli mainan sekalian ya!" Kata Haruto tak kalah semangat.
"Yess! Dulu Doyoung kalo mau beli mainan harus ngerjain satu bab pelajaran dulu Dad! Baru di beliin..." Kata Doyoung dengan bibir kembali melengkung ke bawah.
Melihatnya, Haruto menarik ujung bibir Doyoung menggunakan jari telunjuknya ke arah berlawanan.
Menggandeng tangan mungil anaknya dan berjalan bersama anak tunggalnya. Memasuki mobil dan membantu sang anak memakai seatbelt.
"Sekarang kan Doyoung sama Daddy. Ga ada Papa, Papi atau pun Ayah buat halangin Doyoung beli semua yang Doyoung mau tanpa berusaha. Belajar itu memang penting, tapi kalo Doyoung belajar terus terusan yang ada Doyoung gila." Doyoung terkejut mendengar perkataan sang Daddy.
"K-kok bisa gila Dad?"
"Karena Doyoung kalo ga belajar ga bisa dapet mainan kan? Nah, itu bakal buat Doyoung gila. Gara gara mainan itu juga penting! Apalagi kamu baru sepuluh tahun! Umur umur segini mah harusnya masih seneng seneng."
"Apa iya Dad?"
"Doyoung nilai rapotnya bagus ga?"
"Awal awal sih iya... terus waktu kelas dua langsung anjlok... gara gara Papi bilang, kalo kamu ga belajar, kamu ga boleh main selamanya! Kamu harus belajar selama 5 jam perhari! Papi ga peduli ya, mau kamu sakitlah apa lah. Harus belajar dan sekolah! Kalo engga, semua mainan mu bakal Papi buang!" Kata Doyoung sembari mengikuti cara Junkyu berbicara.
Haruto kaget, seingatnya Junkyu bukanlah tipe yang memaksakan anak belajar. Dulu Junkyu bilang, kalo dia punya anak, dia bakal jaga, lindungi dan ga pernah marahin anaknya. Ia bahkan pernah bilang ke Haruto kalo ia tidak akan memaksakan anaknya belajar terlalu lama.
Entah apa yang terjadi hingga Junkyu berubah menjadi seperti ini.
"Daddy? Masih lama ya?"
"Hm? Udah mau sampe kok. Tinggal parkir aja."
"Okee!"
Haruto mulai berpikir, apa ia harus menyewa salah satu anak buahnya untuk menjaga Doyoung?
-----
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
He's NOT Your Father. || HaruKyu ft. Iksan Boys [END]
Short StoryWarning bxb!!! Fiksi!!! Haruto yang tak sengaja melakukan kesalahan membuat ia harus berpisah dengan Junkyu dan anak mereka. Bisakah Haruto membuat Junkyu dan Doyoung kembali padanya?