Banda Neira

0 0 0
                                    

“Banda Neira? Boleh Hana ke Banda Neira?” Jawab Hana dengan semangat karena sedari dulu ia selalu ingin pergi ke Banda Neira, salah satu novel romansa yang ia suka bercerita tentang indahnya Banda Neira dan membuatnya ia ingin pergi kesana.

“Maluku? Papa ga keberatan kalo Hana mau kesana.” Papa Hana memberikan satu permintaan yang akan ia kabulkan kepada Hana karena ia akan pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan. 

“Beneran? Papa mau berangkat ke luar kota kapan? Hana bareng sama papa nanti?” 

“Papa berangkat besok pagi, Hana mau berangkat pagi atau siangan?”

“Hana berangkat pagi aja sama papa, Hana packing barang dulu ya pa, see you esok pagi pa”

Hana Amala. Satu-satunya anak di keluarga Amala, perempuan biasa yang menginginkan hidup sederhana dan bahagia, sedari kecil ia dituntut kuat tanpa kehadiran sosok ibunya. Ibu Hana meninggal sehari setelah Hana dilahirkan, pendarahan yang begitu hebat tidak terduga terjadi dan Tuhan menyayangi ibunya hingga dipanggil pulang ke pangkuan-Nya.  Hana tidak sedih saat ia sadar bahwa ibunya tidak pernah ada disampingnya, yang ia percaya adalah bahwa ibunya pasti akan selalu memperhatikannya tanpa perlu ia tahu secara langsung. Setiap Hana sedih ia pasti akan berbicara kepada foto berpigura cantik, ya foto ibunya di ruangan tengah rumahnya, Hana akan menceritakan kesehariannya hingga ia puas dan kembali bahagia.  Keesokan paginya mereka berdua sudah siap menuju bandara.

“Hana udah siap?”

“Udah pa.”

“Maaf ya Hana, papa ada kerjaan ke luar kota mendadak, papa ga bisa nemenin kamu ke Banda Neira.”

“Hana paham kok pa, papa fokus sama kerjaan papa dulu sekarang, Hana gagapa”

“Kamu benar-benar mirip ibumu, ga pernah ngeluh kalo papa ada urusan mendadak”

“Iya dong, anaknya ibu gitu loh.”

Perjalanan ke Bandara dimulai setelah jawaban terakhir Hana, di perjalanan mereka mendengarkan musik dari radio yang ada di mobil, terkadang Hana menggumam jika ia tahu lagu yang sedang diputar sedangkan papa Hana fokus menyetir.

Setelah menempuh perjalanan 1 jam lamanya akhirnya mereka sampai di bandara, mereka berdua bergegas memasuki bandara sambil membawa koper masing-masing.  Pesawat papa Hana sudah siap berangkat saat itu juga, Hana memeluk papanya sambil mengatakan hati-hati dan mendoakan agar papanya selamat sampai tujuan dan dipermudah pekerjaannya.

Dua jam setelahnya pesawat Hana siap untuk mengantarkan penumpang menuju serpihan surga di tanah Indonesia yaitu Banda Neira. Awalnya ada rasa gelisah di hati Hana, karena ini adalah pertamakalinya ia pergi jauh tanpa ada yang menemaninya, namun rasa gelisah itu hilang karena ia percaya bahwa Banda Neira akan membuatnya bahagia.
Tepat pukul 00.05 pesawat Hana sampai di Bandara Banda Naira, udara sejuk merangkul tubuh kecil Hana saat ia berada di depan bandara menunggu taksi untuk menuju ke Hotel, Hana sudah memesan kamar di hotel tersebut secara online.

Sesampainya Hana di Hotel ia disambut oleh pegawai di sana.

“Kakak Hana ya? Selamat datang di Hotel Maulana, barang bawaanya biar saya saja yang bawa kak.”

“Makasih mas?” jawab Hana dengan bingung karena ia tidak tahu nama pegawai tersebut

“Panggil saja Kale.” 

“Makasih mas Kale.”

“Mas? Emas?” tanya Kale dengan wajah bingung.

“Ah itu, mas sama aja artinya sama kakak, hehe” jawab Hana, ia lupa bahwa ia sedang di luar jawa.

Kale membawakan koper Hana hingga depan pintu kamar hotelnya, setelah itu ia pamit pergi dan tak lupa Hana berterimakasih padanya.

Hana memasuki kamar hotelnnya dan setelah mengunci pintu kamarnya ia langsung menuju kasur lalu tidur karena ia sudah kelelahan di perjalanan.

Di hari yang sama tepat pukul 1 siang Hana terbangun, tak bisa dipungkiri bagaimana lelahnya ia kemarin hingga terlambat bangun hari ini, jam 2 Hana sudah dalam keadaan segar dan siap untuk menjelajahi Banda Neira, tak lupa ia membawa kamera polaroidnya. Tempat pertama yang ingin ia tuju saat ini adalah pantai disekitar daerah tersebut.

Hana menaiki ojek online untuk menuju ke pantai, pemandangan di kota tersebut sungguhlah indah, Hana hanya melihat pemandangan di sekitar jalan yang ia tempuh entah mengapa perasaannya begitu bahagia meskipun tidak ada bedanya dengan kota asalnya. 

Sesampainya Hana di pantai ia mulai mengambil foto pemandangan di sana, ia nampak senang dan hatinya yang gundah sebelumnya terobati karena pemandangan yang disajikan didepannya.

Hana tidak kecewa dengan keputusannya pergi ke Banda Neira, baru datang ke pantainya saja sudah indah, pasti tempat lain tidak kalah indah dengan tempat ini.

Sejenak ia duduk di pesisir pantai dan menikmati hembusan angin yang bisa dibilang cukup tenang untuk sebuah angin pantai. Hana memejamkan matanya menikmati setiap hembusan angin yang membelai wajahnya dan sekejap membuat kantuk dirinya.

“Indah” gumam Hana.

“Indahan kamu.”









                           

         

                           ✨✨✨

Hello, i'm back 🙌🏻



Next or nah?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hana AmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang