ROMBONGAN 11 IPA 3 menyebrangi lapangan menuju ruangan Laboratorium Kimia. Jam pelajaran pertama seharusnya kosong karena Pak Ferdy berhalangan hadir. Namun, beliau tidak akan membiarkan kelasnya menganggur otomatis langsung memberikan tugas tanpa memikirkan penghuni 11 IPA 3 yang tengah mengeluh dan menggerutu kesal akibat ulahnya.
"Pak Ferdy kayaknya sehari nggak ngasih tugas berasa impossible banget. Tuh guru hobi bener bikin anak muridnya susah mulu!" Kinanti merepet tanpa henti. "Gue masih dendam sama dia gegara nilai praktek gue dibuat B minus!"
"Mana kalo ngajar kerjaannya cuma duduk, ngasih tugas, habis itu lanjut main ponsel sampe lupa waktu. Gimana kita bisa ngerti pelajarannya coba? Sedangkan Pak Ferdy nggak pernah ngejelasin apa-apa!" Hyura ikut menyambung dengan emosi menggebu-gebu.
Kana memegang buku Kimia nya sembari menipiskan bibir. Membenarkan dalam hati perkataan kedua temannya. Seline disampingnya menyikut lengan tangannya. Mengagetkan Kana yang sedang melamun menatap sekeliling gedung sekolah. Gadis berponi itu menoleh bingung.
"Gue denger lo lagi PDKT sama Sean? Gimana? Lancar nggak?" Seline menyerbu berbagai pertanyaan.
Kana mengangkat sebelah alisnya, menatap Seline sebentar. Kemudian menghadap lurus ke depan, merasa kurang minat untuk membahasnya.
Seline mengerucutkan bibirnya, "kasih tau elaaah... lo bikin gue makin kepo kalo diem aja!" gadis itu memandangnya sebal.
Kana mengendikkan bahunya, "ya gitu, biasa aja."
Seline spontan berhenti. "Biasa aja? Maksud lo nggak ada kemajuan atau apapun gitu? Kanaaaa... jangan bilang kalo lo yang malas buat PDKT?"
Kana mengangguk. "Itu tau."
"Sean naksir berat sama lo. Keliatan banget tau. Lo nya nggak peka apa gimana sih, Na? Udah dari kelas sepuluh dia berusaha deketin lo. Eh... lo nya malah nggak bersyukur."
"Enggak bersyukur?" Kana melongo.
Seline memasang tampang miris. "Kana ... Kana ... Dia itu udah ganteng, pinter, kaya, baik, apalagi dia sekarang jadi Wakil Ketos, beuuhhh komplit banget pokoknya!"
"Mau sesempurna apapun, kalo bukan gue yang suka duluan, nggak bakalan gue terima."
"Kana bego!"
Gadis berponi itu mengabaikan Seline. Memilih melanjutkan langkahnya. Dia ketinggalan rombongan teman sekelasnya. Pada saat melewati lapangan olahraga, Kana bertemu dengan Sean. Cowok yang baru saja mereka bicarakan.
"Kanaya," panggilnya ramah. Cowok jangkung dengan almamater OSIS itu berjalan ke arahnya seraya tersenyum lembut.
Kenapa dia mulu sih, anjir! Batin Kana mulai dongkol sendiri.
"Ya?" Kana berusaha memasang wajah sebaik mungkin untuk menutupi ekspresi kesalnya.
"Mau ke Laboratorium?" tanya cowok itu basa-basi.
Udah tau ngapa nanya ege! Jiwa julid Kana mulai meronta-ronta.
"Iya."
"Kalo gitu bareng aja. Gue juga sekalian mau ke ruang Tata Usaha. Kebetulan searah."
Kana tersenyum paksa. Mengangguk sebagai respon. Kemudian berjalan mendahului Sean yang masih berdiri ditempatnya. Memandang Kana penuh kagum.
Di seberang, tepatnya di lapangan basket. Sepasang mata menyorot interaksi keduanya. Cowok dengan jersey bernomor punggung dua puluh tiga itu mengabaikan panggilan teman-temannya yang heboh minta operan bola.
"WOI JEVAN! OPER SINI BOLANYA!" Hagatama berteriak kencang berusaha menghalangi pergerakan Mahendra yang hendak berlari merebut bola berwarna oranye dipelukan Jevan.
"JEVAN BANGSAT! FOKUS ANYING! SATU POIN LAGI TIM KITA MENANG!"
"FOKUS ANJER! LO LIAT APAAN?!" Cakra memeluk Gavie yang menajis-najiskan namanya karena merasa seperti cowok gampangan.
"DEMI MI AYAM TEH DEWI GUE RELA MAIN BASKET PADAHAL GUE NGGAK BISA MAIN SAMA SEKALI YA ANJIR! JADI JANGAN KECEWAIN IMPIAN GUE BUAT MAKAN MI AYAM TEH DEWI!" Jinan histeris berupaya menyadarkan Jevan yang membeku di depan ring.
Cowok kalem itu tidak menghiraukan. Teman satu timnya frustasi. Saat Mahendra berhasil kabur dan hampir menggapai bola di tangannya, Jevan lebih dulu melempar bola tersebut dan...
.... DUK!
"SHIBAAAAAAL!"
Kepala Kana menjadi sasaran.
Cewek itu mengaduh kesakitan. Menyumpah serapah pelaku yang membuat kepalanya berdenyut hebat. Sean disebelahnya melotot dan sigap menopang tubuh Kana yang hampir tumbang akibat kehilangan keseimbangan.
"Sakit banget ege! Siapa sih yang lempar! Kalo gak bisa main basket jangan sok-sokan!" cercanya melepaskan tangan Sean yang bertengger di pundaknya.
"Shibal!" desisnya sambil memegang kepalanya. Matanya menatap horor ke arah lapangan basket. Itu kelas 11 IPS 3. Kana kenal wajah-wajahnya. Mereka terlihat tidak asing. Apalagi cowok-cowok dengan jersey hitam, cewek-cewek famous yang pernah melabraknya, mereka semua berada dalam satu habitat yang sama.
Kepalanya pusing. Kana tidak punya nyali untuk berteriak dan marah pada mereka. Alasannya, hampir seluruh penghuni 11 IPS 3 adalah preman sekolah. Kana malas mempersulit dirinya untuk berurusan dengan anak-anak di kelas tersebut.
Derap langkah seseorang mengalihkan atensi Kana. Sean terlalu sibuk menanyakan keadaannya. Kana tidak tahu harus memperhatikan yang mana. Jelas-jelas, sosok cowok yang tak pernah Kana bayangkan sebelumnya datang menghampirinya. Membuat suasana berubah drastis. Kana merasakan sebuah efek slowmotion menyertai pergerakan waktu. Suara berat itu menghancurkan mood nya dalam sekejab.
"Gue yang lempar."
****
NB : Halooo guys! Gimana, gimana? Pada suka nggak sama prolognya?
Ini salah satu cerita yang udah lama banget 'mendem' di draft aku. Dan akhirnya, aku beraniin buat publish. Aku nggak janji bakalan tamatin cerita ini. Tapi sebisa mungkin aku usahain. Banyak cerita yang aku buat sebelumnya dan pernah di publish tapi berakhir di unpub karena kendala 'ide ku mendadak buntu'. So, cerita ini berhasil bikin aku berimajinasi lebih dalam lagi. Semoga kalian suka ya sama cerita ku yang satu ini <3
Jangan lupa spam komen banyak banyak yaaaaa!
Aku bakalan semangat nulis kalau kalian memberikan vote sebagai bentuk dukungan.
Dan jangan lupa follow akun wattpad ku ya <3
See u next chap!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-shit!
Teen FictionJevandra Akbar Pratama. Prince 11 IPS 3. Semua orang mengenalnya sebagai kapten basket SMA Binusatya Mahardika. Memiliki porsi ketampanan di atas rata-rata serta terlahir menjadi anak tunggal kaya raya, Jevan masuk ke dalam kategori cowok incaran ga...