•
•
•
•
Happy reading 📍
Typo dimana-mana!~~~~
Lima hari berlalu, keadaan masih belum normal seperti Raihan belum juga sadar dan Mirza yang masih menghilang secara misterius. Polisi masih mencari Mirza, keadaannya menjadi meyakinkan semua orang bahwa Mirza sudah menjadi buronan saat ini. Posisi yang sangat sulit untuk Kyai Hasan, ia hanya mengandalkan doa untuk putranya dan masalah saat ini.
Umur yang sudah tak muda lagi membuat penyakit jantungnya terus kambuh. Berada di Masjid sekitar tengah malam lebih, ia berdoa dan menangis sendiri. Segala keluh dan kesah nya ia curahkan kepada Allah, memohon ampun atas kesalahannya di masa lalu.
Jika sudah masuk kedalam masalah, seseorang pasti menginginkan untuk mengulang kejadian dimasa lalu. Andai saja waktu bisa diulang, kejadian buruk pasti bisa dihindari dan diubah. Sama seperti Kyai Hasan, ia juga menginginkan hal itu.
Setelah berjam-jam lamanya Kyai Hasan didalam Masjid ia pun melangkah keluar menuju kamarnya. Saat ini dia berada di pesantren dan besok pagi akan kembali ke rumah sakit.
Langkah kakinya yang hendak berbelok tiba-tiba terurungkan karena sapuan cahaya yang begitu terang menerpanya. Dia tidak bisa melihat dengan jelas datang dari mana cahaya itu ditengah malam seperti ini.
Kyai Hasan menggunakan sorban dilehernya untuk menutup kedua matanya, lalu bergeser kesamping dimana agar cahaya itu tidak menerangi tubuhnya. Namun, semakin ia berpindah tempat, cahaya itu terus saja meneranginya. Matanya tidak bisa menangkap siapa orang yang sedang berada berdiri disebrang sana, ini terlalu silau baginya.
Pria tua itu menyipitkan matanya dan berusaha mengenali datang darimana cahaya itu, semakin dia melihat kedepan semakin silau matanya memandang, hingga seperkian detik kemudian tubuhnya menegang kala mendengar suara yang mengarah padanya. Itu suara mobil, lalu ... mesin mobil yang berjalan padanya membuat pria tua itu membulatkan matanya dan ....
Brak!
"AYAH!!"
Peluh keringat yang membanjiri dahi hingga turun kerahang pria itu. Napasnya tersendat-sendat saat mengingat hal tadi. Kejadian itu seolah sangat nyata didepan matanya. Namun, ia melupakan siapa orang yang berdiri ditengah malah dan tertabrak mobil itu?
Pria itu mengacak rambutnya kasar, dia mengambil air putih disampingnya kemudian meneguknya hingga tandas. Tak lupa juga dia terus mengucapkan istighfar didalam hatinya. Jika itu mimpi, mengapa terasa nyata? Apakah ada pertanda buruk untuknya kedepan?
Pria itu menghilangkan semua pikiran buruknya, tak mau terus berprasangka dan akhirnya melenggang keluar kamar. Decitan suara pintu yang sangat pelan, pria itu masuk ke salah satu kamar yang mana terdapat seseorang disana.
Terdengar helaan napas yang berat ketika melihat orang itu belum sadar, luka disekujur tubuh orang itu membuatnya merasa bingun dan berpikir keras.
"Sebenarnya, apa yang terjadi sama lo, Pico?!"
"Dan ... Dimana kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekedar Santri
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [ON GOING] Belum di revisi Pria dengan kopiah hitam dikepalanya yang sedikit miring tengah memandang satu bangunan yang cukup besar di hadapannya. Sarung yang tadinya ia pakai kini berada dilehernya dan bergelantungan bebas...