kantin belakang sekolah

5 0 0
                                    

"ABI!!!!"suara Mentari menggema didalam ruang kelas 11 SOS 2 kelas sepi hanya ada 5 orang tersisa sisanya pergi kekantin

"Apa Umi"sahut Abi dengan nada yang dilembutkan, Mentari bergidik ngeri menatap Abi dengan tajam "ANJENG.....NAJISS, Lu mau pergi kekantin dibelakangkah"

Abi mengangguk membenarkan pernyataan Mentari "Kenapa Tar??mau nitipkah?"

Mentari menggelengkan kepalanya"engga, gue mau ikut beli disana"

"Hah???!!sakit ni anak. beli dikantin biasa aja udah, jangan cari mati"peringat Abi

Mentari tetaplah Mentari ia akan kokoh dengan keinginannya, sebenarnya ia takut pergi ke kantin belakang tetapi jika tidak begitu maka ia tidak akan melihat Jiwa.

Jantung Mentari berdetak lebih kencang melihat pemandangan di depan matanya, tempat ini lebih seran dari rumah hantu yang ia pernah datangi Mentari ingin pergi saat itu juga dari tempat yang dipenuhi para siswa badung niat itu diurungkan ketika melihat Jiwa yang sedang asik menyantap gorengan sambil bergurau dengan temannya

"Assalamualaikum ahli kubur"ujar Abi menyapa teman temannya

Saat Mentari melangkah maju mengikuti langkah Abi siswa yang berseragam batik tidak rapi itu bersorak menyoraki Mentari dan Abi. takut, senang, gugup semuanya tercampur rata bak bumbu sayur saop

3 diantara beberapa siswa lainnya bersiut seperti burung "siapa itu Bi???"tanya mereka

"Umi dari anak anak ku"celetuk Abi seperti bercanda

Mentari bergidik ngeri, anak anak badung kawan Jiwa tambah berosak ada yang mengejek Abi ada juga yang mencie-cie kan kami berdua "sadar Abi, muka lo kayak ikan arwana"sorak siswa dengan topi abu abu khas sekolah menengah atas yang kotor karena coret-coretan pulpen

Mata Mentari melihat ada Jiwa yang ikut meneriaki dirinya dan Abi tentu saja ia tidak ingin sang pujaan hati akan salah paham nantinya "najis, bi"sarkas Mentari

lantas itu mengundang tawaan yang menggema disana"kasihan kawan gue niii"celetuk siswa yang tidak mengenakan dasi dengan rapi

Jiwa ikut menertawakan Abi, Mentari melangkah disamping Jiwa seolah olah memesan pop mie kepada perempuan setengah paru baya

"Ngapain beli disini"kata Jiwa, astaga ya tuhan suara itu benar benar bisa membuat tumbang sebab salting

Mentari menggaruk lehernya yang tak gatal ia menampilkan deret giginya yang bersih"hehehe, pengen aja kak"ucap Mentari

"Besok besok beli dikantin biasa aja, jangan disini"kata Jiwa dengan nada penuh peringatan, Mentari  menganggukan kepalanya " engga bisa janji" batin Mentari

"Elo pesen mie karih?"tanya Jiwa, Mentari mengangguk ia tidak bisa berkata kata ketika berada di dekat Jiwa

"Buk mie saya sudah disiram?"

"Ni mienya Wa"perempuan setengah paru baya itu memberikan mie yang Jiwa pesan bukannya disantap ia malah memberikan mie itu kepada Mentari"kebetulan gue juga pesan mie yang sama, ini untuk Lu aja."

Mentari bingung perasaan campur aduk sekarang, kalo pun bisa teriak mungkin ia akan teriak sekencang kencangnya"makasih kak Jiwa"kata Mentari yang hanya dibalas angukan kepala oleh Jiwa,

Setelah membayar Mentari pergi dari sana, ia berjalan ke ruang kelasnya dengan riang senyumnya tak bisa luntur bak seorang perserta lomba yang baru saja mendapatkan tropi.

"Bi, sini Lo" panggil Jiwa menepuk nepuk tempat kosong didekatnya mengisyaratkan Abi untuk duduk disana

Panggilan dari Jiwa itu serem seperti bisikan malaikat penyabut nyawa ia berjalan ragu mendekat kearah Jiwa yang sedang menyantap mienya dengan santai

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kak JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang