***
SDK Bunda Maria, Bandung, 2010
.
.
.
"Yemi, sini dulu!" Seorang gadis dengan gaya rambut kucir kuda menarik Yemi sepihak setelah jam olahraga kelas 6-B di sabtu siang yang terik. Gadis kecil berambut sepunggung itu mengernyit bingung, apalagi dengan kehadiran tiga adik kelasnya di belakangnya.
"Kenapa ya, Kinan?"
"Cepetan, Liam!" kata si adik kelas bermata sipit yang Yemi kenal bernama Javier. Adik kelasnya itu mendorong seorang anak laki-laki bertubuh kurus, dan ... sedikit pendek darinya.
Anak laki-laki itu tampak malu. Berdiri di depan Yemi yang menatapnya keheranan dengan kedua tangan yang tersembunyi di balik tubuhnya.
Yemi pernah melihatnya sesekali. Namanya juga sering di sebut di upacara hari senin dengan berbagai prestasi akademik dan non-akademik. Yang Yemi tahu, dia si ranking satu dari kelas sebelah. William Martinus.
Jadi, apa yang membuat si ranking satu menemuinya di depan kelasnya begini?
"I-itu, Yemi ..."
"Ya?" Yemi memiringkan kepalanya, penasaran.
"Lucu!"
Hening.
Sementara empat orang di belakang Liam tampak menepuk kepala mereka.
"Hah?"
Bukannya menjawab kebingungan Yemi, Liam malah tertawa. "Kamu lucu, aku jadi suka!"
"E-eh?"
"Aaaaa maaf kalau bikin Yemi gak nyaman! Tapi ... ini!" Liam menyodorkan sekotak coklat SilverQueen padanya. Tidak sebatang, tapi sekotak dengan sebuah pita dan surat diatasnya.
"Ini ... maksudnya apa?"
"Buat Yemi! Mau gak jadi pacar aku?"
Yemi bukan anak SD yang lugu soal urusan percintaan. Ia cukup tahu banyak hal karena sinteron yang sering ditonton bibi di rumah. Kata bibi, ia masih kecil dan jangan main cinta-cintaan dulu. Tapi justru sinetron yang bibi tonton menceritakan kisah-kasih anak SD dengan orang ketiga di dalamnya. Bahkan Yemi sampai ikut-ikutan kesal dan sering berkeluh kesah bersama teman-temannya akan kekesalan mereka pada Farel yang lebih memilih Luna padahal Rachel yang padahal selalu ada untuknya.
Di usianya, Yemi pun sudah paham cinta-cintaan kok. Hanya saja mengalaminya langsung seperti ini, Yemi tak paham. Jika harus ia gambarkan bagaimana perasaannya saat ini pun Yemi sama sekali tak mengerti.
Ia bahagia. Sangat. Ada perasaan meletup-letup di dadanya yang menimbulkan senyum lebar dan getaran asing pada seluruh tubuhnya.
Tapi Yemi juga tahu, mereka masih kecil bukan waktu yang tepat untuk cinta-cintaan. Meski beberapa teman sekelasnya sudah ada yang punya pacar, tapi Yemi masih tutup mata akan hal itu.
"Terima ... terima ..."
Sorak sorai disekitar Yemi membuat kepala gadis kecil itu pening. Dan lagi, Yemi tak sadar kapan teman-teman sekelasnya muncul dan menyaksikan dari balik jendela juga berkerubung di depan pintu kelas.
Kenapa mereka mencampuri urusannya, sih? Ini kan soal perasaan Yemi.
"Eum ... i-itu aku ..."
"Kalau Yemi gak mau, Yemi ambil coklatnya aja gapapa, kok!"
Yemi tak mengerti bagaimana Liam yang sempurna menyukai gadis sepertinya yang nilaipun peringkatpun masuk 10 besar. Tapi anak pintar dan sebaik hati Liam, mana mungkin Yemi sia-siakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why you?
FanfictionKenapa? Dari sekian banyak orang di dunia, kenapa harus dia yang menjadi tetangganya?! Markri Short Fanfiction Mature content for harsh word