Kini, purnama menggantikan kedudukan sang surya yang telah menenggelamkan dirinya. Bersama para bintang, purnama menemani 2 muda mudi yang sedang berjalan pelan menyusuri sebuah taman. Hanya ada cahaya rembulan dan cahaya remang-remang dari lampu taman yang menerangi jalan yang mereka tapaki. Suara burung hantu dan suara jangkrik menjadi instrumen lagu alam yang menemani kesunyian malam.Greesa berjalan beberapa langkah di depan Adimas. Kini, diantara mereka tak ada yang ingin bersuara. Mulut memilih terkunci sembari menikmati malam, hingga Greesa memilih berhenti melangkah kemudian membalikkan badannya. Kedua pandangan mereka kini beradu. Adimas bisa melihat bola mata coklat Greesa dan bulu mata lentiknya yang terlihat indah dibawa sinar lampu taman yang temaram, begitupun Greesa, ia bisa melihat bola mata hitam legam Adimas yang juga terlihat indah.
"Adimas, makasi untuk hari ini ya."
"Iya."
"Makasih untuk semuanya Adimas."
"Iyaa Greesa, tapi kamu ngucapin makasih kayak gini kayak orang mau pisah aja hahaha," canda Adimas sembari mengacak pucuk kepala Greesa. Namun Greesa, ia memilih tak menanggapi apa yang Adimas katakan sebentar ini, membuat Adimas semakin yakin, inilah saatnya.
Inilah saatnya untuk mereka berpisah.
"Adimas, maaf, aku pasti terlihat sangat menyedihkan sekarang," ucap Greesa dengan nada getir. Greesa menundukkan kepalanya, memandangi tanah yang ia pijak, berharap Adimas tak melihat air matanya yang mulai turun.
"Hey, gak kok," Adimas menenangkan Greesa yang mulai terisak. Segera Adimas menarik badan Greesa kedalam pelukannya, berharap Greesa menjadi sedikit tenang. Ya, justru Greesa malah semakin terisak.
"Maafin aku Adimas, semua ini hanyalah kebohongan, a-aku, aku berbohong Adimas..."
"Gak, aku tau kamu berbohong untuk kebahagiaan mu, kamu gak salah, jangan minta maaf."
"Adimas, maafin aku..." tangis Greesa semakin menjadi, ia mencoba meminta maaf kepada Adimas, laki-laki yang hanyalah bayang-bayang yang ia ciptakan di dalam mimpinya.
Ya, mimpi Greesa.
"Udah aku bilang kamu gak perlu minta maaf, kamu berbohong demi kebahagiaanmu, aku paham itu, tapi aku harap, setelah kamu sadar nanti, kita tak akan pernah bertemu lagi ya?"
"Adimas...."
"Greesa, berhenti membohongi dirimu sendiri, ini justru malah menambah luka hatimu, selama bersamaku, kamu selalu jujur dengan apa yang kamu rasakan, kamu menangis disaat sedih, kamu tersenyum disaat bahagia, aku harap disaat kamu sadar nanti kamu juga seperti ini ya? Jujurlah pada dirimu sendiri, menangislah jika ingin menangis, tersenyumlah jika ingin tersenyum," tutur Adimas sembari tetap memeluk Greesa dan mengelus lembut surai hitam milik Greesa.
Adimas pun melepas pelukannya, lalu memegang kedua bahu Greesa.
"Greesa, disaat kamu sadar nanti, akan ada satu hal yang akan kamu ketahui, aku harap kamu kuat menghadapinya, jika kamu bersedih, bersedihlah secukupnya, jangan berlarut ya?" ucap Adimas dengan lembut dan menghapus air mata di pipi Greesa.
"Sampai jumpa Greesa."
Satu kata yang keluar dari mulut Adimas membuat pandangan Greesa seketika menjadi gelap. Namun, tidak berselang lama dari kegelapan yang ia rasakan, matanya samar-samar melihat cahaya. Cahaya itu semakin terang, membuat Greesa berjalan maju menuju cahaya. Semakin dekat dengan cahaya itu, semakin ia memejamkan mata, hingga akhirnya- Greesa tersadar.
Greesa tersadar dari tidur panjangnya setelah operasi jantung.
Ia membuka matanya pelan, membuat seorang wanita paruh baya yang duduk di sebelah ranjangnya terkejut bukan main dan segera memanggil dokter dan suster keluar ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Greesa's Happines
RomanceAku hanya ingin bahagia, namun mengapa mewujudkannya harus sesakit ini?