✨00✨

8.3K 361 10
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.


.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

°Typo bertebaran°

Anggawirya's Family, Siapa yang tidak mengenal mereka? Keluarga paling berpengaruh dalam kemajuan ekonomi negara. Memiliki kekayaan triliunan rupiah dan berhasil menduduki peringkat ke 23 terkaya di Asia.

Bisnis mereka bergerak dalam berbagai bidang seperti elektronik, fashion, kuliner,elektronik,kesehatan hingga pendidikan. Memiliki total kekayaan miliaran dolar tidak menjadikan keluarga ini sombong. Seringkali mereka terlibat dalam acara sosialisasi dan gerakan masyarakat lainnya sehingga orang-orang cukup dengan dan mengenal mereka dengan sangat baik.

Wiradarma Anggawirya, Seorang ayah 7 anak, istrinya telah lama meninggal dunia setelah melahirkan putra bungsu mereka. Anak-anak Wiradarma semuanya laki-laki, bisnis kuliner dikembangkan oleh Ardevino Aryatama Anggawirya, si sulung itu berhasil membuka lima cabang restoran berbintang yang sudah tersebar diberbagai penjuru kota.

Sementara putra kedua yakni Bara Dinata Anggawirya berhasil mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang elektronik, sejak kecil pemuda yang dianugerahi otak cerdas ini memang sudah tertarik dengan dunia elektro, Terbukti dengan hasil penjualan hingga eropa.

Berbakat dalam bidang modelling dan tata busana. Fajar Rayhan Anggawirya dan Theory Adrian Anggawirya kompak terjun dalam dunia fashion, Fajar adalah pemilik brand pakaian ternama, tak jarang hasil rancangan busananya sampai ke acara peragaan busana tingkat mancanegara dan semua produknya dijual menggunakan model tetap Theory Adrian atau yang lebih akrab disapa Theo.

Kafka Rivaldo Anggawirya, selain menjadi mahasiswa jurusan kesenian. Ia juga memiliki pekerjaan lain yaitu menjadi coach ekstrakulikuler modern dance.

Putra ke enam yaitu Arrayyan Fariza Anggawirya, disamping kewajibannya menuntut ilmu, ia juga seorang atlet boxing yang sudah banyak memenangkan medali kancah internasional.

Sementara itu si Bungsu, kesayangan Papa dan para Abang, Alanka Kenza Anggawirya masih duduk dibangku sekolah. Mewarisi kecerdasan Bara, diusianya yang masih 14 tahun, Alanka sudah menduduki bangku Sekolah Menengah Atas tahun pertama. Kepintarannya tak perlu diragukan lagi karena Bara sudah mencekokinya dengan berbagai buku ilmu pengetahuan sejak masih kecil.

Wiradarma tak pernah gagal mendidik anak-anaknya, hampir lima belas tahun menduda, pria itu sama sekali tidak pernah lagi membuka hati atau mencari istri baru. Prinsipnya cukup satu kali menikah seumur hidup, lagipula selama ini anak-anak tidak pernah menyinggung ingin mama baru atau tidak.

Baginya menjadi orangtua tunggal tidak masalah, ada yang membuatnya sulit melupakan mendiang Windu, istrinya tersebut.

Apalagi ketika dia melihat Alanka..

Mereka berdua memiliki kemiripan, bisa dibilang Alanka adalah Windu versi laki-laki. Alanka memiliki kulit seputih salju turunan Windu, sepasang bulu mata lentik yang membingkai mata indahnya, bibir tipis dan pipi yang akan memerah bila kedinginan.

Jika disuruh melupakan Windu, ia rela menggantinya dengan uang sebanyak apapun asal jangan memintanya membuang bidadari yang sempat dan masih mengisi hatinya.

" Papa...... Alan mau bobo sama Papa, boleh? " sesosok remaja mungil dengan piyama bermotif panda bersama boneka beruang dalam dekapannya berdiri diambang pintu kamar Wiradarma.

" Sini masuk, kita bobo sama-sama ya " Wiradarma menepuk sisi kosong di ranjangnya. Alanka berlari dan melompat kegirangan, senyum gusi miliknya ia tunjukkan pada sang Papa yang buat pria berumur lima puluhan itu gemas bukan main dan tak bisa menahan diri untuk mencubit pipi putra bungsunya.

" Udah Papa, nanti pipinya Alan melar. "

Wiradarma terkekeh, mengusap sayang rambut Alanka dan ganti menghujani wajah bayi itu dengan ciuman kupu-kupu hingga tawa keduanya menggelegar.

Menaikkan selimut sebatas dada lalu mencium kening Alanka penuh kasih

" Tidur yang nyenyak dan mimpi indah ya Little Prince-nya Papa "

" Papa cerita-cerita dong " pinta Alanka

" Cerita? Boleh. Alan mau dibacakan dongeng apa? "

Alanka menggeleng " Bukan Dongeng tapi Papa cerita-cerita tentang Mama "

Gerakan Wiradarma untuk mengambil satu buku dari laci rak kabinet terhenti. Ia menghela nafas lalu tersenyum setelahnya, ikut berbaring menyamping dan memeluk Alanka sambil menepuk-nepuk bokongnya.

" Jadi Mama itu........ "

--

💛

ALANKA|2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang