Hallo, namaku Ara. Tak perlu kuberitahu siapa nama lengkap ku, karena dicerita ini, informasi itu tidaklah penting.
Mari ku ajak kamu untuk mendengar kisahku. Kisah cinta mengenaskan yang tak sempat aku mulai, tapi harus aku akhiri.
Mari duduk, bawa cemilanmu. Mungkin cerita ini akan sedikit panjang dan rumit, sebab begitu banyak hal yang satu namun tak padu.
Baik aku mulai.
Pertemuan awal kami di sebuah cafe kecil yang kini telah tutup. Cukup menyedihkan. Jangan tanya aku kenapa cafe itu tutup. Aku ingat baik saat itu, kami bertemu untuk mengerjakan sebuah tugas kuliah, Pengantar Pengkajian Sastra. Tak hanya berdua, ada satu lagi teman kami. Kami bertiga, namun aku menjadi yang pertama tiba.
"Ara?"
Begitu mendengar seseorang memanggil namaku, aku menoleh. Seorang pria dengan pakaian santainya, berdiri tepat di depan meja kecilku.
"Oh hai." ucapku.
Sebenarnya dibagian ini, aku menyebut namanya. Tapi tak akan aku beritahu kepada kalian. Dia rahasia. Hanya aku yang boleh tau. Bodo amat!
Dia duduk, di depanku. Pertemuan awal yang canggung. Aku lupa kita berbicara tentang apa saja, tapi sepertinya kebanyakan tentang tugas. Perlu aku jelaskan bagaimana teman kami yang satu datang? Sepertinya tidak, ini cerita tentang aku dan pria itu.
Pertemuan awal yang biasa saja. Tidak ada yang menarik. Namun, kami semakin dekat setelahnya. Ya, karena kami kembali bertemu untuk mengerjakan tugas, hahaha.
Aku pangkas saja kisah dimana kami kembali mengerjakan tugas itu, jujur, bagian itu tidak terlalu membekas di dalam kepalaku.
Aku kira, kami hanya sebatas teman kelompok. Ternyata aku salah. Kami dekat. Ehm, konteksnya adalah kami teman.
Pertemanan kami berlanjut. Cukup sering berencana untuk kembali membuat tugas bersama. Hanya berdua. Maaf teman yang satu, hiks.
Ternyata dia adalah seorang penyanyi. Suaranya bagus, dan dia cukup mahir bermain gitar.
Di cafe kecil ini, kami bertemu, dekat, dan menjadi seorang teman baik.
Di cafe kecil ini, awal mula grup kami terbentuk.
Nanti akan kuberitahu namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpang/Rampung
Short Story"Kalau kita ada di dalam sebuah novel, kamu akan memilih untuk menjadi apa?" "Aku kapal pesiar ... dan kamu dermaga." "Alasannya?" "Aku hanya singgah dan berlabuh sembari bercerita tentang kapal-kapal lain." Lama ia terdiam, kemudian melirikku, "sed...