Chapter 1

168 8 3
                                    



"Ajiiisssss!!!" Cita berteriak, setengah berlari menyambut Aziz yang telah datang menyetir RVnya. Summer pertama setelah ia meninggalkan 3V, summer di 1 SMA. Di Lian, SMP adalah 4 tahun dan SMA adalah 3 tahun. Seperti biasa Cita dijemput di rumah keluarga Besar setelah menghabiskan hari-hari pertamanya disana. Ia telah begitu lama tak melihat sahabat-sahabatnya, karena kini Cita bersekolah di asrama Teratai semenjak ia lulus SMP dan kejadian di hutan Chesne (Lihat cerita Asrama Di Lian - Pen.). Satu tahun di Teratai adalah siksaan yang begitu panjang untuk Cita. Ia sama sekali tak mempunyai teman dekat di sekolah ini. Selain dari konsentrasi dengan kegiatan sekolah dan latihan memanah, ia tak mengerjakan hal-hal lain kecuali memenuhi obsesinya mencari Mark, pembunuh ayahnya. Ketika akhir minggu barulah ia bisa bertemu dengan Aziz, Yayank, dan CP. Atau lebih sering lagi hanya melewatinya bersama CP. CP adalah...adalah apakah dia? Sahabat yang sering terasa lebih dari sahabat untuk Cita. Dimana? Kebanyakan di internet cafe, juga untuk mencari informasi tentang Mark dan drug cartelnya. Tetapi terkadang juga kesibukan sekolah membuat mereka tak bisa memenuhi janji untuk berkumpul.


Kato sekarang duduk di kelas 3 SMA, tahun terakhir dan tersibuk karena persiapan untuk menuju perguruan tinggi. Kalau Cita sulit untuk berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, lebih sulit lagi untuk bertemu Kato. Mereka cuma bisa bertemu ketika liburan panjang memaksa mereka untuk pulang ke rumah. Satu-satunya tempat pulang untuk Cita adalah rumah Kato, rumah keluarga Besar.


"Cita, kalian mau liburan kemana?" Bu Besar setengah berlari mencoba menghentikan Cita sambil membawakan tas kecil berisi pembersih muka, lotion, dan teman-temannya. Hal-hal yang menurut Bu Besar amat perlu untuk anak remaja perempuan, tetapi tak pernah terpikirkan oleh Cita.


"Kita mau ke Chapoola State, Bu!" sambil mengarahkan parkir RV Aziz di halaman luas keluarga Besar Cita menjawab.

"Iya, dimananya kalian bakal tinggal? Chapoola State kan luas, nak!"

"Di State Parknya itu loh bu, yang ada di pinggiran danau Louise." RV pun terparkir lurus.

"Kalian berapa lama disana?" lanjut pertanyaan Bu Besar.

"Kita bakal disana selama seluruh summer, bu. Aku udah dapat kerjaan di state park itu untuk jadi state ranger selama summer. Aziz katanya mau ngamen di kota Sealy, lima belas menit naik sepeda dari state park. Aku gak jelas CP sama Yayank mau cari kerja apa selama di sana. Kata CP dia jadi koresponden jalanan untuk salah satu majalah di Syka."

"Jadi selama tiga bulan penuh kamu gak balik lagi ke rumah?" terlihat garis kecewa di wajah bu Besar. Cita melihat itu, dan ada rasa tak tega di hatinya.

"Kan kita harus nabung untuk persiapan kuliah dua tahun lagi, bu. Tahun depan kami pasti sibuk untuk persiapan mendaftar kuliah dan lain sebagainya. Tahun ini terakhir kami bisa bekerja penuh selama summer sambil liburan bareng. Gak papa kan?" Cita mendekat sambil mengecup pipi Bu Besar.

"Nabung? Kamu gak perlu nabung, kami masih bisa membiayakan kuliah dan hidup kamu, Cita."

Cita tersenyum menatap ibu angkat tak resminya ini. "Aku tahu, bu. Tapi aku juga tahu aku harus bisa mandiri, ya kan bu?"

Bu Besar tak menjawab apa-apa. Ia tak rela, tetapi ia juga tahu Cita adalah seperti kuda liar yang jinak. Ia tak bisa dikurung, dan hanya datang dan pergi sesuai dengan jadwalnya sendiri. Bu Besar hanya bisa menyediakan tempat untuk Cita selalu pulang, walaupun ia tak yakin kosa kata "pulang" itu ada di kamus Cita.


Cita sibuk bolak-balik mengisi barang ke RV Aziz. Pipinya merah karena panas, tetapi mukanya ceria.


"Cit, kenapa?" Tiba-tiba CP menghentikan langkah Cita sambil menggenggam lengannya Cita, ada lebam lebar disitu.

"Ouch!" Cita teriak tertahan karena tangannya CP menyentuh lengannya di lebam itu.

"Huh? Ohh...ini, gak tau aku. Paling juga karena kena tali dari busur panah." Tanpa melihat muka CP, Cita meneruskan membawa kotak yang berisi peralatan kebutuhan wanitanya. CP menggeleng-gelengkan kepalanya, lebam itu ada di tangan yang sama dimana garis jahitan panjang bekas pisau akan selalu ada di tangan Cita (lihat Asrama di Lian).


"Tante, tante! Ini pastries yang aku suka itu kan, tan?" Yayank kegirangan mengambil kotak makanan dari tangan Bu Besar.

Bu Besar mengangguk sambil tertawa senang melihat reaksi Yayank yang bersemangat melihat masakan favoritnya.


Pak Besar telah keluar, berdiri merangkul Bu Besar dan memperhatikan empat sahabat itu bolak-balik mengisi RV dengan bawaan yang telah dipersiapkan oleh Bu Besar dari jauh-jauh hari. RV itu diisi dengan keperluan hidup selama sebulan, seperti kepentingan dapur, kamar mandi, dan sebagainya. Pak Besar tersenyum tipis, tak habis pikir bagaimana bisa ia mempercayai begitu saja tiga laki-laki membawa anak perempuan yang seperti anak kandungnya ini. Hanya, seperti pula istrinya, ia tahu anak perempuan ini tak bisa diatur seperti keinginannya. Ketiga sahabatnya ini pun tak bisa begitu saja dipisahkan dari Cita. Di dalam hatinya ia mengerti bahwa tiga sosok ini lebih dekat artinya sebagai keluarga untuk Cita bahkan dibanding dirinya dan Bu Besar sendiri. Satu tahun mereka tinggal di satu kamar yang sama, dari empat tahun SMP mereka lewati di satu asrama.


Pak Besar juga tahu dari percakapannya dengan kepala sekolah Asrama Teratai bahwa Cita tidak beradaptasi dengan baik disana. Berbeda ketika ia di 3V dan kemampuannya ia berprestasi di sekolah yang berkembang, di Teratai prestasi Cita agak di bawah rata-rata. Akhir-akhir mendekat liburan ini bahkan ia harus menghadap ke Teratai sebagai wali Cita. Cita menjadi korban bullying di sekolahnya. Ia menawarkan Cita untuk pindah dari Teratai, tetapi Cita bilang ia tak ingin lebih jauh lagi tinggal dari sahabat-sahabatnya. Ia berjanji pada Pak Besar untuk mencoba lebih baik untuk "fit in". Apapun artinya itu. Pak Besar sempat berdiskusi tentang Cita ke satu-satunya anaknya, Kato. Tak banyak komentar Kato, selain pertanyaannya, "Pa, Cita gak bisa dipindahin balik ke 3V? Aku tau dia perempuan dan asramaku itu isinya laki-laki semua. Tapi dia bukan tipikal anak perempuan biasa, dan dia kayaknya kesepian banget disana. Waktu di 3V senggak-nggaknya dia bahagia." Walaupun Pak Besar kepala sekolah 3V, tetapi ia harus menuruti keputusan board. Sudah keajaiban tersendiri Cita diperbolehkan untuk tinggal di 3V selama 4 tahun SMP. Alasan utamanya tentu saja untuk melindungi dia dari drug cartel yang terbongkar di tahun pertama Cita di 3V. Drug cartel itu terbongkar terutama karena Cita dan sahabat-sahabatnya. Tetapi mengingat selama 4 tahun itu tak ada ancaman bahaya apa-apa yang terjadi, alasan itu tak bisa dipakai Pak Besar untuk meyakinkan board menyediakan tempat lagi untuk Cita di SMA.

Summer di ChapoolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang