24 Juli 2022
Bugh! Bugh! Bugh!
Suara pukulan dan tendangan memenuhi sebuah ruangan yang cukup luas. Tangan yang terbalut kain di setiap sela jari itu terkepal dengan kuat. Seolah tidak merasa lelah, lengan kurus itu terus terdorong untuk maju. Kiri dan kanan, bergantian. Tidak memberikan jeda bagi korban pemukulan yang tergantung. Korban yang bergoyang mengikuti arah pukulan yang bertubi itu. Kali jenjang juga tidak lupa turut melakukan tendangan.
Wanita yang rambut sebahunya diikat tinggi itu, menyeka peluh di pelipis dengan lengan. Ia berhenti sejenak. Sekedar mengambil napas. Sebelum mengadu kedua tinjunya dan kembali melayangkan pukulan pada guling yang tergantung.
Kahi. Wanita jangkung itu menyadari seseorang baru saja memasuki ruangan di mana ia melakukan latihan seorang diri. Ia menghentikan pukulan dan memeluk samsak yang bergoyang untuk mendengar langkah kaki yang mendekat. Meski tanpa menoleh, ia mengetahui siapa pemilik langkah tersebut. Kahi melanjutkan latihan tanpa memedulikan tamu yang tidak diundang itu.
Prok! Prok! Prok!
“Pukulan yang sangat mengagumkan. Ini yang membuatmu selalu menjadi ‘permata’ di mata Bos.”
Kalimat itu terdengar di sela suara pukulan keras Kahi. Namun, wanita bertubuh tinggi dan berotot itu mendengar dengan jelas. Dan ia mengetahui, itu adalah kalimat sarkastis. Yang Kahi tidak tahu adalah tujuan lelaki yang selalu berpakaian rapi ini menghampiri dirinya di tempat latihan.
Merasa tidak dihiraukan, Jackson mencebik. Ia merogoh saku jas hitam yang dikenakannya. Ia berjalan ke sudut ruangan, tidak jauh dari wanita sedang melatih ototnya itu. Setelah meletakkan sebuah amplop coklat di samping botol minum berwarna hitam, Jackson kembali berjalan menghampiri wanita yang tidak disukainya itu.
Kahi bisa menebak isi amplop itu adalah pekerjaan yang harus ia selesaikan berikutnya.
“Bagaimana caramu merayu Bos Besar?” Lelaki berpakaian serba hitam itu berdiri tepat di samping samsak yang sedang dipukul Kahi.
Jackson tidak terima jika wanita yang memiliki tinggi badan melebihi dirinya ini, selalu menjadi kebanggaan bagi bos mereka. Jackson yang merasa dirinya lebih baik, bahkan tidak pernah mendapatkan pujian setelah berhasil melakukan misi. Itulah sebab ia tidak menyukai Kahi.
“Dengan tubuh kurusmu?” Jackson terkekeh.
Kahi tidak menghiraukan lelaki yang ia anggap selalu mengusik hidupnya itu. Wanita itu mengepalkan tangan lebih kuat. Kepalan tangan kurus Kahi mendarat dengan kuat.
“Sehebat apa dirimu di ranjang?”
Tepat setelah Jackson selesai mengucapkan kalimat itu, pukulan Kahi meleset dari bantalan samsak. Kepalan tangan wanita jangkung itu mendarat tepat di rahang Jackson. Hampir saja membuat lelaki yang tidak siap menerima pukulan itu tersungkur.
“Hei!”
“Maaf. Tangan kiriku meleset.” Kahi sedikit menunduk, memandang lelaki yang lebih pendek darinya. Wanita yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahnya itu, memutar bahu kiri dan kanan bergantian.
Wanita itu tidak menyukai Jackson karena terlalu sering mengusik dirinya. Oleh karena itu, Kahi memukul lelaki yang terlalu banyak bicara itu. Ia tidak takut jika harus adu jotos dengan Jackson. Dengan senang hati. Anggap saja latihan otot.
Jackson yang masih mengacungkan telunjuk ke wajah Kahi itu melotot. Otot wajahnya tegang, menahan amarah yang siap meledak.
“Tunggu pembalasanku!” Alih-alih meluapkan emosi, Jackson berlalu sambil mengusap rahang yang terasa kaku.
“Sialan!”
Kahi masih mendengar umpatan kekesalan lelaki yang meninggalkan ruangan latihan itu. Meski dalam kondisi yang juga menahan emosi, tetapi raut wajah Kahi tidak banyak berubah.
Kahi berjalan ke pojok ruangan, meraih botol, dan duduk di lantai samping jendela kaca. Ia meneguk beberapa air tanpa warna itu.
Ruang tempat Kahi latihan itu ada di lantai tiga. Wanita yang memakai pakaian membentuk lekuk tubuhnya itu memandang jauh pada luar jendela. Hamparan rumput hijau membentang luar. Beberapa jalan yang diaspal membelah lautan rumput itu.
Ini adalah rumah. Rumah bagi Kahi yang tidak memiliki siapa pun. Hanya ada satu orang yang Kahi segani dan hormati di rumah ini. Derick Grey. Bos besar mereka.
Kahi tidak ingat sejak kapan ia tinggal di rumah ini. Ingatannya dimulai saat ia belajar memukul dan menendang bersama Ben, lelaki lain yang selalu menunjukkan sikap bersahabat pada Kahi di rumah ini. Meskipun Kahi memakai nama belakang Grey, tetapi ia tahu, tidak ada darah Grey yang mengalir di tubuhnya.
Dari Ben pula, Kahi mengetahui perihal Derick yang pulang membawa gadis kecil yang sangat pendiam 26 tahun yang lalu. Gadis itu bahkan tidak berbicara sepatah kata pun selama satu minggu tinggal di rumah ini. Hingga suatu hari, gadis kecil itu mencincang seekor kucing yang mencuri ikan miliknya. Hal tersebut disaksikan oleh Derick. Lelaki itu merasa bangga pada yang dilakukan oleh gadis kecil yang diselamatkannya. Sejak saat itu ia memanggil gadis kecil itu dengan nama Kahi Grey. Serta melatihnya fisik dan mentalnya menjadi seorang profesional.
Kahi menjadi anggota wanita satu-satunya yang bekerja di belakang layar 'Kelompok' yang berstatus perusahaan investasi itu. Kahi juga sering mendapatkan pujian dan perlakuan berbeda dari bos besar mereka. Hal itu sering menimbulkan kecemburuan, dan membuat beberapa anggota lain mencoba mencelakai Kahi, tetapi wanita yang memasuki usia awal 30-an itu termasuk yang terkuat di antara mereka.
Kahi menyadari, semakin banyak anggota kelompok yang tidak menyukai keberadaannya. Untuk meninggalkan tempat yang Kahi sebut rumah ini, ia tidak bisa melakukannya. Kahi merasa berhutang nyawa pada bos besar sekaligus ayah angkatnya. Ia akan menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Derick.
Kahi kembali meneguk air dari botol hitam di tangannya. Ia meletakkan botol itu di lantai setelah mengencangkan tutupnya. Kemudian tangan yang memerah di setiap bukunya itu terulur meraih amplop coklat yang sedari tadi terabaikan.
Kahi mengeluarkan isi amplop itu. Dahinya mengerut seketika. Ia bertanya-tanya, apa yang harus ia lakukan?
![](https://img.wattpad.com/cover/317235092-288-k561281.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOTS MY HEART
Mystery / ThrillerKahi. Gadis yang terbiasa dengan dunia gelap tiba-tiba merasakan gemerlapnya hidup. Ia tidak tahu, ada rasa selain pahit dan asam. Ia juga tidak tahu, ada wangi semerbak yang memabukkan. Namun, keadaan memaksa Kahi untuk menutup mata dari gemerlap...