•••
"Camera roll ... action!"
"Minami, aku sadar bahwa aku telah melakukan kesalahan. Maaf karena tidak memberitahumu soal pertunanganku. Tapi demi apa pun, aku cuma mencintaimu."
Ino menyentak lengan lelaki itu dan berbalik. Tapi sebelum ia melakukan dialognya, sang sutradara menghentikannya. "Cut, cut!!" serunya lantang. "Yamanaka-san, tolong lakukan lebih intens lagi saat kau menyentak tangan Hidan."
"Ah, baik. Maafkan saya, Ebisu-sensei."
"Semuanya, kita ulang adegan. Bersiap di tempat kalian dan ... action!"
"Minami, aku sadar bahwa aku telah melakukan kesalahan. Maaf karena tidak memberitahumu soal pertunanganku. Tapi demi apa pun, aku cuma mencintaimu."
Ino menyentak lebih keras tangan Hidan yang menggenggamnya. Kemudian ia berbalik dan berkata, "Maaf, tapi aku ...."
"Cut!" Teriak Ebisu lagi. "Bukan minta maaf, tetapi kau harus mengatakan, aku tidak perlu maafmu. Hatiku sudah terlanjur kecewa, Takeshi-san."
Ino memejamkan matanya. Ia jelas tahu kesalahannya dan merasa begitu menyesal. Ia lantas membungkuk pada sang sutradara. "Maafkan saya. Maaf. Saya akan berusaha lebih baik lagi."
Ebisu berdecak sebal. "Ada apa denganmu hari ini, Yamanaka-san? Kau sadar tidak, sudah berapa banyak kita mengulang adegan yang sama?"
"Iya, saya tahu itu. Maafkan saya, Sensei."
Ebisu sudah hampir 20 tahun menjadi sutradara. Ia jelas mengerti dengan kasus di mana seorang aktor kehilangan fokus dan harus mengulang adegan. Ebisu memaklumi itu. Namun, saat ingat bahwa ia punya tenggat waktu yang ditentukan, jelas keadaan ini ikut membuatnya tertekan. Kesempurnaan dalam pengambilan gambar serta efisiensi waktu syuting adalah tujuan utamanya. Ia tidak ingin karya yang ia kerjakan menjadi berantakan.
Sementara itu, Karin selaku manajer Ino seketika berlari ke tengah set guna menghampiri artis asuhannya. Ia juga ikut meminta maaf pada sang sutradara. "Saya minta maaf, Ebisu-san. Tapi jika Anda mengizinkan, sebaiknya kita istirahat dulu. Biar aku yang akan bicara dengan Ino-san."
Ebisu yang mulai habis kesabaran, menghela napasnya kasar. "Oke. Kita istirahat 20 menit," serunya pada semua kru.
Sementara itu, Karin langsung memandu Ino ke ruang ganti. Ia menyuruh wanita cantik itu untuk duduk di depan meja rias selagi dirinya mengambil botol air mineral dari kulkas mini yang tersedia di sana. "Sebaiknya kamu minum dulu," ujarnya.
Ino mengambil botol itu dengan lesu. Raut wajahnya muram dan matanya memerah. Karin sudah jelas mengetahui kalau kondisi artisnya tidak baik-baik saja pasca putus dengan kekasihnya dua bulan yang lalu.
Dari sedikit orang, Karin adalah salah satu yang mengetahui siapa kekasih Ino. Karena sebelum debut di industri hiburan pun, Ino memang telah menjalin hubungan dengan anak dari seorang pengusaha bernama Uchiha Sasuke.
Wanita itu mengambil tempat di samping Ino. Ia sempat menghela napas ketika ia melihat wajah nelangsa artisnya. Dia bukannya tidak punya empati, tetapi dia khawatir jika ini terus berulang, maka akan memengaruhi karir Ino sebagai seorang aktris.
"Maafkan aku, Kak." Ino bergumam lemah. Ia bahkan tidak sanggup mengangkat wajahnya untuk sekadar menoleh pada sang manajer. Ia sudah kepalang malu dan merasa bersalah.
Ini sudah kesekian kalinya ia merasa telah begitu banyak merepotkan Karin. Bahkan setelah malam ia berpisah dengan Sasuke, Ino sampai membolos untuk menghadiri rapat di agensinya. Membuat sang manajaer harus menerima teguran. Bahkan wanita itu sampai repot menyusul ke apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GET MARRIED!
FanfictionKarena tidak ingin membuat ibunya khawatir, Sasuke meminta Hinata untuk menjadi kekasihnya selama dua bulan atau tepatnya sampai hari pernikahan Itachi. Itu hanyalah kesepakatan tapi siapa sangka di tengah keterpurukan akibat lamarannya ditolak, Sas...