•••
Menerima undangan ke tempat Sasuke masih membuat Hinata terkejut. Tapi memutuskan untuk mampir ke sebuah toserba dan berbelanja beberapa barang berdua dengan pria itu adalah hal yang tidak masuk di dalam rencananya.
Itu karena Sasuke baru ingat bahwa dia belum mengisi isi kulkasnya dan berniat membeli beberapa minuman mengingat dirinya belum lama pindah. Dan Sasuke telah menawarkan untuk makan malam di sebuah restoran namun Hinata menolaknya. Tapi sebagai gantinya, Hinata mengusulkan untuk membeli makanan siap saji yang ada di toserba tersebut dan dia berjanji untuk membuat tamagoyaki yang lezat sebagai menu pendamping.
Mendengarnya, tentu itu bukan ide yang buruk. Mereka segera mengambil apa yang diperlukan lalu setelah 30 menit, mereka melanjutkan perjalanan ke apartemen Sasuke. Dan Hinata menjadi tahu bahwa tempat tinggal Sasuke ternyata tidak terlalu jauh dari kantor di mana Hinata bekerja.
Kesan pertama Hinata saat sampai di apartemen Sasuke adalah bau cat yang masih sedikit menyengat. Beberapa boks yang belum dibongkar terlihat di sudut ruang tamu. Hinata menyapu ruangan dengan pandangannya. Sejujurnya tempat ini tidaklah buruk. Jika semua barang sudah tertata rapi, ini akan jadi tempat tinggal yang nyaman. Oh, jangan lupakan kenyataan bahwa hampir semua furnitur yang ada di sini merupakan merek terkenal dengan harganya yang ... mahal.
"Maaf jika tempat ini masih begitu kacau. Aku belum sempat untuk membereskan semuanya," kata Sasuke saat ia kembali dari toilet dan menemukan Hinata masih berdiri di tengah ruang tamunya.
"Ah, bukan. Aku justru sama sekali tidak terganggu. Aku hanya terkesima bagaimana kamu mengatur penempatan semua barang ini. Apakah ini idemu?"
"Tidak juga. Aku hanya meminta mereka mengatur ruang kerja dan kamarku sesuai keinginanku. Selebihnya aku serahkan pada yang lebih profesional."
"Begitu, ya. Omong-omong di mana dapurnya?"
Teringat dengan tujuan awal, Sasuke bergegas memandu Hinata ke dapur. "Ah, ya. Ayo."
Lagi-lagi Hinata terkesima. Dirinya baru sadar, ternyata bagian dapur jauh lebih rapi dan tertata dari ruang tamu apartemen Sasuke. Seolah bahwa tempat inilah yang diatur pertama kali. "Aku suka dapurnya," kata Hinata jujur apa adanya.
"Oh, aku lupa. Saat tahu aku pindah ke sini, ibuku adalah orang yang memilih desain serta perabot yang ada di sini. Beliau paling suka menata dapur dan meja makan."
"Ah, pantas saja." Hinata bergumam. Sejak awal Hinata memang merasa familier dengan barang-barang yang ada di sini. Pemilihan dan pegaturan desain dapurnya agaknya sedikit mirip dengan yang ada di rumah Sasuke ketika ia diundang untuk makan malam tempo hari.
"Apa kamu benar-benar menyukainya?" tanya Sasuke.
"Tentu. Ini rapi dan bersih. Ibumu memiliki selera yang bagus."
"Terima kasih. Akan kusampaikan padanya."
Hinata tertawa kecil lalu ia menghampiri kantung belanja yang tadi dibawa Sasuke. Dia mulai membongkar isi belanjaan mereka lalu memisahkan mana yang akan dia masak dan mana yang harus diletakkan di dalam kulkas.
"Apa aku bisa membantumu?"
Hinata sedikit kaget karena suara Sasuke terdengar sangat dekat dan dia menyadari bahwa pria itu berdiri menjulang tepat di sampingnya. Berusaha menyembunyikan raut wajahnya, Hinata lanjut mengeluarkan beberapa buah dan tanpa menatap Sasuke ia berkata, "Kupikir kamu bisa memasukkan buah dan minumannya ke dalam kulkas."
"Oke." Tanpa segan, Sasuke melakukan apa yang Hinata perintahkan.
Saat sedang sibuk mengatur isi kulkasnya, Sasuke tidak sengaja melirik Hinata. Wanita itu sedang menggulung lengan kemejanya lalu mengikat rambut panjangnya. Itu bukanlah sesuatu yang istimewa atau aneh. Tapi entah kenapa, Sasuke begitu terpaku saat melihat ekspresi-ekspresi di wajah Hinata yang mungkin tidak disadari pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GET MARRIED!
FanfictionKarena tidak ingin membuat ibunya khawatir, Sasuke meminta Hinata untuk menjadi kekasihnya selama dua bulan atau tepatnya sampai hari pernikahan Itachi. Itu hanyalah kesepakatan tapi siapa sangka di tengah keterpurukan akibat lamarannya ditolak, Sas...