1. Kembali dan Perubahan (1)

5 1 0
                                    

"Kenapa kau disini, huh?"

Pria jangkung itu tak menjawab dan hanya diam dengan tatapan kosong. Tubuh jangkungnya terduduk di tanah dengan lemah bersandar di dinding batu. Dengan perut terkoyak karena taring beracun dan paha remuk karena cambukan ekor, raut wajah pria jangkung itu tak berubah sama sekali seperti tak merasakan apapun dan tetap menatap kosong.

"Hei, aku tanya, kenapa kau disini bajingan?!"

Pria jangkung itu mengangkat pandanganya pada pria yang berteriak di depanya, tetap tak menjawab. Dia memperhatikan pria itu masih berteriak dan bersumpah serapah tanpa peduli situasi.

"Sial, aku tau aku sampah. Jadi biarkan aku mati disini, hm? Kenapa kau menyusulku? Bukankah kau membenciku sampai tulang?"

Masih tidak menjawab, pria jangkung dengan ketampanan yang menghancurkan dunia itu mengerutkan bibirnya. Dia melirik ke belakang pria yang masih bersumpah itu dan melihat bahwa ular bersayap sialan yang membuat semuanya runyam seperti ini mulai bergerak.

Sialnya, pria dengan tinggi rata-rata di depanya tidak memperhatikan gerak monster itu.

Monster ular bersayap dengan ukuran tidak masuk akal mulai merambat kearah mereka berdua. Akhirnya pria dengan tinggi rata-rata itu sadar dan menoleh ke belakangnya.

Giginya gemeretak karena marah dan frustasi. Apa yang bisa dilakukan oleh swordman sampah sepertinya melawan boss monster didepanya ini. Bahkan adiknya yang top ranker, kini terduduk lemah di lantai batu dengan luka yang mustahil di sembuhkan jika tidak segera ditangani.

Pria tinggi rata-rata itu mengalihkan pandanganya kembali pada adik jangkung yang masih menatap ular bersayap dengan tajam. Dia mulai berjongkok dan mengumpulkan adiknya dalam pelukan untuk menggendongnya. Memang sulit, tapi sebagai kakak, dia tidak akan membuang adiknya dan memberikan tubuhnya pada monster untuk dimakan, sekalipun adiknya sudah mati.

Dia mulai berlari dengan hati-hati menjadi tempat persembunyian sementara, dan dia menemukan sebuah celah diantara dinding batu yang cukup untuk menampung mereka berdua. Dia menurunkan adiknya dengan perlahan agar tidak menyakitinya. Menyempatkan diri untuk mengobrak-abrik 'Space Room'-nya dan menenukan kain untuk membalut luka adiknya sementara.

"Jadi, Dimitri. Sekarang jawab aku kenapa kamu ada disini tiba-tiba? Aku tidak pernah ingat membaca namamu di daftar raid sialan ini."

Pria jangkung itu, Dimitri, hanya menipiskan bibirnya dan tidak menjawab. Dia malah membuka 'Space Room' miliknya dan memberikan 'Gate Stone' pada kakaknya. "Vale hyung, pakai ini untuk keluar dan biarkan aku menahan ular itu sementara,"

Vale, atau Valerian memejamkan matanya dan menghembuskan napas frustasi. Lihat, siapa yang melindungi siapa. Hati Valerian menjerit karena penghinaan ini. Sial, kemana perginya adik sialan yang dingin dan membencinya. Valerian mengacak-ngacak rambut silver nya sendiri hingga ikatan di rambutnya mengendor berantakan.

"Dengar ya bodoh. Aku heran kemana semua kebencianmu padaku, malah menyusulku kemari dan menjadi tameng dagingku. Tapi sekarang aku yang melindungimu, oke?" Valerian mengembalikan 'Gate Stone' milik Dimitri. Dia malah mengeluarkan 'Gate Stone Exclusive' yang sengaja dia beli beberapa bulan yang lalu untuk pintu terakhir menyelamatkan pantatnya dari kematian.

Dia memberikan benda mahal dan berkilau itu pada Dimitri. Dimitri menatap kosong kearah Valerian.

"Apa? Pakai itu dan aku akan memberi pelajaran berharga padamu, kalau hyung-mu ini tidak se-sampah julukanya. Hm?"

Valerian tidak menunggu Dimitri menjawab dia bangkit dan menghunuskan pedangnya bersiap untuk serangan pada ular bersayap yang akan mendekat karena bau darah Dimitri yang sempat menetes dimana-mana.

ASGARDIA - Descendants Of QuetzalqoatlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang