Han Seonwoo atau kini Valerian, menatap lamat-lamat posisi Zehelath saat ini. Dari apa yang dia ingat, tuhan yang sangat terkenal di Asgardia adalah Dewa Matahari. Dewa itu sangat terkenal dikalangan ksatria dan pandai besi. Sangat relevan memang. Matahari diangap sebagai harapan dalam kegelapan bagi ksatria, sedangkan matahari bagi pandai besi adalah berkah suhu tungku untuk penempaan sangat berpengaruh. Anggapan bahwa tungku yang diberkahi Dewa Matahari, panas yang dihasilkan akan lebih pas dan hasil peralatannya berkualitas tinggi.
Tetapi, Valerian tidak pernah mendengar sedikitpun tentang Tuhan Gerhana. Bukan dewa seperti Dewa Matahari, tetapi Tuhan. Itu yang jelas-jelas di ucapkan Zehelath. Untuk saat ini ia akan mengurus pedang dulu, kemudian ia akan menanyakan soal Tuhan Gerhana itu.
"Iya, tetapi berdiri dulu pak tua. Aku tidak enak melihatnya tahu," Valerian meringis dan mengusap pita rambut hitamnya dengan canggung.
"Baik, jika itu mau anda. Tetapi bisakah anda memberi berkah pada tungku dari workshop saya? Saya tidak yakin dengan ide menempa sisik tuhan ini hanya dengan berkah Dewa Matahari, aku tebak itu hanya akan menghangatkanya, tidak sampai bisa menerapkanya pada material pokok pedang," Zehelath berkata dengan serius. Valerian menatapnya aneh. Berkah? Apaan? Bagaimana berkah itu dibuat?
Valerian dan penyakit chuuni yang ditularkan Dimitri dimasa lalu tersengat di otaknya saat ini.
Apakah... aku harus mengucapkan mantra atau apalah itu?
'Tuhan Gerhana yang agung. Aku sebagai keturunanmu, memohon untuk meminjam kekuatanmu! Berikanlah Berkah mu untuk tungku penempa baik hati, dari tanah pengabdimu!'
Valerian hentak mengucapkan itu sebelum telinganya memerah. Gila! Dia tidak akan mengucapakan hal menjijikan itu. Akhirnya, Valerian hanya akan berkata, "Aku, Keturunan Tuhan Gerhana, memohon pada Tuhanku, berilah berkah untuk tungku penempa tanah tertinggal ini,"
Kemudian cahaya berwarna biru keperakan menyelimuti tungku pembakaran milik Zehelath. Ada beberapa simbol asing yang tidak Valerian tahu terukir di dekat cerobong tungku dan beberapa di sisi tempat bara api bergejolak didalam sana.
"Apakah itu berhasil?"
"Iya, Han Seonwoo-nim,"
Valerian mengangguk ringan. Kemudia ia mulai bertanya tentang detail bahan dan rincian selanjutnya. Ia berpesan untuk membuat dua pedang dengan bahan yang sama dengan karakteristik pedang sebuang long-sword gaya eropa dan yang lainya sejenis katana.
"Oh ya pak tua, tolong. Kau melihatku dengan kedua visualku kan? Jika aku memakai visual ini tolong panggil aku Valerian Decaprion atau nama depanku saja. Jika aku memakai visual sebelumnya, panggil saja Seonwoo. Oke? Apakah itu baik-baik saja?" Valerian lagi-lagi menggosok ikat rambutnya karena kebiasaan canggung lama miliknya.
"Itu baik-baik saja Valerian-nim. Bahan utama kedua pedang ini, apa Valerian-nim?"
Valerian membuka Inventory dan meletakan dua biji yang sangat besar untuk dipanggil biji, bongkahan adamantium hitam di meja kerja Zehelath. Saking hitamnya item itu menyerap cahaya bara api dari tungku yang terpantul di seluruh ruangan.
"Sangat baik..."
°
Disisi lain, Seonjae yang berada di pinggiran Forsaken Area karena mencari toko potion yang direkomendasikan oleh beberapa pedagang di kompleks pasar City of Begining, merasakan fluktuasi udara lumayan lemah dari pusat Forsaken Area.
Pergerakan gelombangnya sangat lemah, tetapi sensitifitas aura milik Seonjae sangat tinggi dibanding pemain pemula top rank lainya, ia bisa menangkap aura familiar ini. Ah, pria silver cantik itu. Auranya sama dengan saat ia merasakanya di alun-alun. Ia penasaran, apa yang ia lakukan di tempat kumuh itu. Tetapi ia urung melakukanya, ia membutuhkan pendukung untuk menjadi lebih kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASGARDIA - Descendants Of Quetzalqoatl
Fantasy"Asgardia. Dimensi terbatas dengan fantasi kental didalamnya. Ayo segera mainkan game luar biasa ini! Dijamin anda tidak akan menyesal! Untuk 400 pembelian pertama akan dikenakan diskon 10%!" Iklan yang buruk dan membosankan, tayang pada dini hari d...