Prologue

231 21 14
                                    

WARNINGS : italic, alur mundur, perpindahan plot, slight unintentionally incest, infidelity issues, cheating, suicidal thought, etc.

Please be wise, you have been warned.

———

[ P R O L O G U E ]

———

Hawa, Giani.

"Mama punya rencana untuk kita."

"Kali ini kita mau ke mana, Ma?"

"Indonesia. Kalau memungkinkan kita bakal menetap di sana."

Merekah senyum dengan indah dan sumringah.

"Tapi, Hawa—"

"Kenapa?"

"Kita perlu hati-hati di sana. Kamu—kamu harus hati-hati di sana."

Usapan di kepala. Mata ketemu mata. Entah sampai kapan Hawa harus hidup dengan tidak tahu apa-apa soal ibunya.

———

Hawa, Demitria.

"AKU MAU KE INDONESIA!!!"

"SUMPAH?! AAAAAAA!"

"Sumpah. Serius. Beneran. See you this summer, Dem!"

"Aku janji bakal jemput di airport. Sama ayah juga!"

"Demitria, thank you ..."

"My pleasure, Kak Hawa. My pleasure."

———

Hawa, Karenina, Jewel.

"Hai, aku Karenina. Panggil Karen aja."

"Kalo gue Jewel."

"Aku Hawa."

Jabat tangan, senyum dan sapa yang ditukar—tidak ada ikrar tertentu untuk menjadi dekat dan bersahabat.

"Kalau ada apa-apa, bilang sama kita, oke?"

Hawa pikir, tidak ada salahnya berteman sekarang. Toh mereka akan menetap.

Iya, kan?

———

List of ones that Hawa needed to know.
Guided by: Jewel.

Hawa, Karenina, Jewel.

Di cafetaria.

"Lo lihat empat orang yang berisik di sana? Itu gengnya Jerel, kembaran gue, cowoknya Karen—iya, yang jidatnya kelihatan itu. Nah, sebelah Jerel itu Gemintang, depannya Gemi itu Sore—"

"Kalau Sore aku kenal."

"Hah?!"

"Dia sepupu aku."

Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang