Sinar matahari yang menembus tirai jendela kamar membangunkanku. Aku terbangun dan membuka jendela kamarku. Langit yang cerah, angin sejuk yang berhembus, dan kicauan burung di pagi hari ini membuatku bersemangat untuk menjalani aktivitas hari ini.
Hp ku berdering yang menandakan ada satu pesan masuk.
Benar saja, itu Faro.
"Pagii sayaangg! Hari ini kamu sibuk ga?"
"Pagii jugaa! Nggaa sih, hari ini bakal seharian di rumah deh kayanya."
"Oke, nanti siang kita keluar ya."
"Ayoo! Mau kemana?"
"Ada dehh."
Entah kemana Faro mengajakku pergi, tapi aku langsung bersemangat untuk segera menyelesaikan semua pekerjaan rumah.
Setelah semuanya selesai, aku langsung bergegas mandi dan bersiap.
Waktu menunjukkan pukul 11 siang dan akupun menghubungi Faro. Baru saja aku buka hp, ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku.
Karena ibuku sedang memasak di dapur, jadi aku yang membukakan pintu.
Aku terkejut karena orang itu adalah Faro. Hari ini dia mengenakan kaos pendek hitam, jeans hitam dengan sobekan di lututnya. Ah betapa tampannya dia hari ini.
Faro tersenyum dan mengelus kepalaku seperti biasanya saat bertemu.
Aku menyuruhnya untuk masuk dulu dan menunggu di ruang tamu karena aku harus membawa tas di kamar.
Saat aku kembali ke ruang tamu, Ibu sudah ada di ruang tamu dan berbincang dengan Faro.
"Mau pada kemana nih? Ibu udah masak tuh, kita makan dulu yu."
"Ibuu nanti aja makannya, aku sama Faro mau pergi dulu, kita mau makan di luar dulu deh kayanya."
Faro hanya tersenyum.
"Ibu, Faro izin mau ajak Arsya makan di luar dulu ya, lain kali kita makan bareng deh hehe."
"Yaudah, kalo gitu hati-hati yaa. Kalo Arsya minta ice cream jangan dikasih ya, dia udah kebanyakan makan ice cream beberapa hari ini."
Faro terkekeh mendengar perkataan Ibu karena Faro tahu seberapa suka aku makan ice cream.
Setelah itu aku dan Faro langsung pergi.
Aku bertanya kepada Faro kemana kita akan pergi tapi dia tetap tidak memberi tahu.
Tidak lama, Faro memberhentikan mobilnya di sebuah parkiran yang cukup luas dan dikelilingi pohon-pohon tinggi. Sebelumnya aku tidak pernah tahu tentang tempat ini, padahal ini tidak terlalu jauh dari rumahku.
Kita harus meniaiki beberapa tangga agar sampai ket tempat itu. Tangganya tinggi-tinggi dan aku agak kesulitan. Faro berjalan didepanku dan dia tiba-tiba berbalik dan mengulurkan tangannya.
"Tinggi ya? Sini aku bantuin." Sambil tersenyum.
Akupun memegang tangannya.
Tidak terlalu jauh, dan akupun sampai di atas. Betapa terkejutnya aku karena pemandangan di cafe itu sangat indah ditambah cuaca yang begitu cerah.
"Yu kita pesen dulu, abis itu cari tempat duduk."
Aku hanya mengangguk dan mengikuti Faro untuk memesan.
Setelah itu kita mencari tempat duduk, dan aku memilih tempat dipinggir sebuah kolam yang sangat besar. Tempat duduk yang aku pilih itu lesehan, dan jika duduk di ujung aku bisa menceburkan kaki ku ke dalam kolam.
"Sayang, bagus ga tempatnya?"
"Ini baguss bangett, aku sukaaa!"Diam-diam Faro memotretku yang sedang asik bermain air dengan kaki ku.
Kita sedikit berbincang sambil menunggu makanan datang. Tidak terlalu serius, namun hanya berbagi cerita random.
Tak lama kemudian makanan pun datang.
Selama makan, kita tidak berbicara sama sekali. Itu karena kita sangat menikmati makanannya, dan sesekali bertatapan.
Bukan hanya Faro yang memotretku diam-diam, aku juga melakukannya. Aku tidak berhenti bertanya kepada diriku sendiri, bagaimana bisa aku mendapatkan laki-laki yang tampan dan baik seperti Faro?
"Mau coba minuman punya aku ga? Enak loh"
"Mau dong!"Aku mencicipi minuman Faro, dan itu sangat enak.
Faro tiba-tiba menatapku, aku tidak tahu kenapa.
"Kenapa? Ada yang salah? Ahh aku minumnya kebanyakan ya?"
Tanpa menjawab, Faro mengusap bibirku dengan ibu jari nya kemudian menjilat ibu jarinya sendiri dan tersenyum.
Ya, sisa cream ada di bibirku.
Apa aku tetap santai? Jelas tidak! Jantungku berdegup sangat kencang dan wajahku langsung memerah.
"Merah tuh mukanya haha."
"Lagian kamu si ngapain bikin orang salting!"Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, dan kita memutuskan untuk pulang karena disini sudah terasa dingin.
Sesampainya di rumah, Faro hanya berpamitan kepada Ibu dan Papa karena dia harus langsung pulang.
Setelah berpamitan, aku mengantarnya sampai ke depan gerbang.
"Thanks for today babe." Ucap Faro sambil mengelus kepalaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul mate
RomanceDia sudah menemukan jodohnya, dan itu artinya aku sudah tidak mungkin untuk memilikinya. Dan akhirnya aku menemukan jodohku, maut.