-3-

5 0 0
                                    

Hari ini, Faro mengajakku ke acara pernikahan temannya. Ini pertama kalinya aku pergi ke acara pernikahan berasama pasanganku.

"Ibuuuu, Arsya harus pake baju apaa?? Arsya gapunya bajuu!!!"
"Yaampun Arsya Maulida kenapa bajunya harus diacak-acak sayangg?"
"Habis Arsya bingung mau pake baju yang mana, Arsya gapunya bajuu."
"Arsya gapunya baju? Terus yang kamu keluarin dari lemari ini apa hm?"
"Hehe."
"Yaudah ayo ke kamar ibu."

Tanpa bertanya, aku mengikuti ibu ke kamarnya.
Ibu membuka lemarinya dan mencari sesuatu.

"Nah ketemu."

Kulihat ibu mengeluarkan sebuah dress putih dari lemarinya.

"Ini baju waktu first date ibu setelah menikah sama papa kamu, coba pake deh kayanya bakal cocok."

Ah iya, sebenarnya papaku sudah lama meninggal akibat kecelakaan. Itu terjadi saat aku berusia 6 tahun.

Aku mencoba baju yang diberikan Ibu dan ini sangat cocok denganku.

"Wahh, cantik banget anak Ibu. Udah, kamu pake baju ini aja yaa."
"Iyaa bu, yauda kalo gitu Arsya siap-siap dulu ya."

Aku kembali ke kamarku dan langsung siap-siap.

"Arsya udah selesai belum nak? Ini Faro udah dateng." Teriak Ibu dari ruang tamu.
"Ini udah selesai ko buuu!"

Kami pun berpamitan dan langsung pergi ke acara pernikahan itu.

Di mobil, Faro beberapa kali menoleh ke arahku.

"Kenapa sayang?"
"Emm, kamu cantik banget hari ini sayang." Sambil menatap mataku.

Aku hanya tersenyum.

Sebenarnya aku sangat gugup karena disana aku pasti bertemu dengan teman-temannya yang tidak aku kenal.

Sesampainya di gedung, Faro mengulurkan tangannya dan aku langsung menggandengnya.

Setelah mengisi buku tamu, kita masuk dan langsung disambut oleh beberapa temannya.

"Weh, sama calon nih."
"Ga ngasih tau ya kalo udah ada calon."
"Jadi kapan nyusul nih?"

Begitulah pertanyaan yang dilontarkan teman-teman Faro kepada Faro.

"Ya kan mau dikenalin disini biar ada semuanya. Jadi ini Arsya, pacar gue sekaligus calon istri gue."

Wait? What? Calon istri?

"Haloo Arsyaa! Kita temen-temennya Faro. Si Faro masih suka tidur sambil jalan ga tuh? Ahahahaha."

"Ahaha haii aku Arsya."

"Yaudah kalo gitu kalian kesana dulu, dah nungguin tuh." Sambil menunjuk ke arah pengantin yang menatap kita.

Aku dan Faro menuju pelaminan. Dan sama saja seperti teman-temannya yang tadi, pengantin pria bertanya kapan kami akan menyusul.

"Nanti deh Desember tahun ini."
"Ahahaha. Awas ya lo kalo bohong."

Faro hanya tersenyum dan kita langsung menuju ke tempat prasmanan.

Setelah cukup mengambil makan, kita menuju ke meja vip yang sudah disiapkan.

Karena aku bergabung dengan teman-teman SMA Faro, jadi aku mendengarkan obrolan mereka yang membicarakan kenangan mereka selama di SMA.

Aku hanya menyimak, karena aku tidak satu sekolah dengan Faro. Dan juga aku berbeda 5 tahun dengan Faro.

Karena sudah merasa gerah, aku dan Faro memutuskan untuk pulang duluan. Tidak lupa berpamitan kepada sepasang pengantin itu.

Kami menuju basement dan langsung masuk ke dalam mobil.

"Sayangg mau ice cream dong. Panas banget ini."
"Yauda tapi jangan banyak-banyak tar kamu yang diomelin Ibu."
"Iyaaaa yayyyy!"
"Okee lets go!" Sambil mengusap kepalaku.

Setelah membeli ice cream, kami langsung pulang. Faro mampir sebentar ke rumahku.

Rumah terlihat sepi, tapi aku mencium aroma masakan. Sepertinya Ibu sedang memasak di dapur.

Aku pergi ke dapur dan benar saja Ibu sedang memasak.

"Eh udah pulang. Faro nya mana?"
"Itu di ruang tamu bu."
"Yaudah ini bentar lagi mateng abis gitu kita makan bareng ya."

Aku hanya tersenyum dan mengangguk, lalu berjalan kembali ke ruang tamu.

"Sayang, Ibu udah masak. Katanya pengen makan bareng."
"Yauda ayo aja."

Sambil menunggu Ibu selesai masak, aku pergi ke kamar untuk berganti pakaian karena sudah gerah.

Tak berselang lama Ibu memanggil kami untuk pergi ke ruang makan.

"Beda ya rasanya makan bertiga sekarang, Ibu seneng banget deh. Tiap hari cuman berdua terus."
"Lain kali Faro bakal sering kesini buat makan bareng ko bu"
"Beneran nak?"
"Iyaa bu, Faro juga seneng bisa duduk bertiga gini sama Ibu, Arsya juga."

Ibu tersenyum mendengar perkataan Faro. Rumah ini menjadi sangat sepi saat kepergian Papa. Itu mengapa kami sangat senang jika ada yang datang ke rumah.

Selesai makan, Faro pamit untuk pulang.

Waktu menunjukkan pukul 8 malam.
Hp ku berdering. Saat kubuka, ada panggilan masuk dari Faro.

"Kenapa sayang?"
"Emm, besok aku mau izin ke Surabaya ya."
"Surabaya? Ada apa?"
"Aku disuruh buat anter Clara ke Surabaya, gatau deh mau ngapain."
"Ahh oke sayang."

Jadi, Clara itu anak teman Papanya Faro. Mereka sering pergi keluar kota dengan bentuk alasan tertentu karena disuruh oleh Papanya Faro.

Terkadang aku sering merasa cemburu jika mereka sudah pergi ke luar kota untuk beberapa hari.

Dan besok, mereka akan pergi ke Surabaya untuk 5 hari.

Soul mateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang