“Tidak semua pertemuan selalu berakhir dengan berteman, dan tidak semua yang berteman akan berakhir menjadi sahabat. Begitupun kita, tidak semua musuh akan tetap berakhir menjadi musuh.”
________________Dugh!
"Anying, pantat gua!"
"Fuck!"
Tabrakan yang tak sengaja terjadi akibat salah satu lelaki terlalu fokus dengan bukunya, sang korban tabrakan itu langsung bangkit dari duduknya, lalu menepuk-nepuk bagian bokongnya dan sedikit meringis ketika merasakan rasa nyeri di bokong miliknya itu, menatap lelaki yang sedang menepuk-nepuk paha miliknya lalu bangkit dengan terburu-buru, melupakan bahwa dirinya tak sengaja menabrak pemuda tan ini.
"WOY! MINIMAL MINTA MAAF KEK! MAIN LARI AJA LO, HEH!" Teriak pemuda tan, Haigra namanya—pada sang pelaku penabrakan tersebut, sedangkan pemuda tampan dengan alis camar itu terus berlari. Seakan ia tak mendengar teriakan Haigra.
"Udahlah, ayo balik ke kelas." Ajak teman Haigra lalu menarik tangan milik Haigra, sedangkan Haigra nya sendiri hanya bisa pasrah sembari menggerutu kesal, awas kau manusia rambut undercut! Tunggu saja, Haigra pasti akan membalasnya! Pasti!
Selama perjalanan menuju kelas, Haigra dan temannya—Nanda, hanya berbincang ringan sembari membahas tentang bagaimana burung bisa terbang. Hal random namun itu bisa membuat mereka berpikir dengan keras.
"Tapi kata Bu Andini, burung bisa terbang karena adanya gravitasi. Eh, iya gak si?" Kata Nanda sembari mengingat-ingat penjelasan dari gurunya, sedangkan Haigra hanya mengendikan bahunya, mana Haigra tahu. Di setiap pelajaran IPA, Haigra selalu tidur. Karena menurutnya, logat Bu Andini—Sang guru IPA—saat menjelaskan tentang materi sama dengan logat ibunya dulu ketika membacakan dongeng untuk dirinya. Bagaimana tidak? ketika menjelaskan, suara Bu Andini sangat kecil dan lembut, tak heran ketika banyak murid yang tak sengaja tertidur saat guru cantik itu menjelaskan.
Lupakan soal Bu Andini, sekarang Haigra dan Nanda sudah ada di bangkunya. Hari ini hari senin, yang dimana ada mata pelajaran Matematika. Sungguh, ingin sekali rasanya Haigra izin ke UKS atau pergi melarikan diri saat mata pelajaran itu dimulai. Namun apa daya, ia adalah ketua kelas. Pasti ia akan dimaki-maki dan diomeli dengan embel-embel harus menjadi contoh bagi para murid yang lainnya.
Ya memang tak salah, maka dari itu ia ingin sekali mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua kelas itu. Lebih baik ia menjadi murid biasa, serius!
"Haigra? Kamu melamun saat bapak menjelaskan?" Tanya Pak Baron, sedangkan Haigra hanya bisa cengengesan sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal, sial!
"Maju ke depan! Bagaimana kelas ini bisa maju kalau ketua kelasnya saja seperti mu, Haigra?" Tuhkan! Sudah Haigra bilang, jika ia melakukan kesalahan pasti jabatannya akan dibawa-bawa.
Haigra hanya bisa diam sembari memutar matanya kesal, lalu pergi ke depan, menghampiri guru matematika-nya itu dengan langkah yang sedikit gontai.
Setelah sampai di depan kelas, telinga miliknya ditarik dengan keras, sontak membuat Haigra dengan lantang menjerit lalu meminta untuk dilepaskan. Namun apalah daya, ia hanya bisa diam sembari menahan rasa sakitnya.
"Jangan kalian contoh sikap si Haigra ini! Jabatan aja gede, otak gak pernah dipake. Keluar kamu dari pelajaran saya! Saya tidak butuh murid seperti kamu!" Omel Pak Baron yang hanya bisa dituruti oleh Haigra, sialan! Andai saja orang tua Haigra adalah pemilik sekolah ini, sudah pasti ia akan mengeluarkan guru ini.
Lagi-lagi dengan langkah yang lemas dan gontai, Haigra pergi keluar kelas, dengan niatan untuk mengunjungi kantin.
Saat diperjalanan, ia sedikit menoleh ke arah kelas kekasihnya—Gaisya namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate U, But Love U
Teen Fiction⟨ Hate U, But Love U ⟩ Cinta tidak selalu bermula dari pertemuan yang mulus dan damai. Kadang, ada saja yang pertemuannya penuh dengan dendam namun berganti dengan rasa sayang dan cinta yang melimpah. Begitupun dengan kisah Marselo dan Haigra, kedua...