Hari Minggu adalah Hari dimana Yamauchi menyegarkan pikirannya. Yamauchi berdiri di balkon sambil sesekali menyeduh teh hangat untuk menemani harinya. Ia melihat langit yang masih tersisakan bayang bulan dan menikmati kicauan merdu burung burung berterbangan.
"Berhubung ini hari Minggu ...." Yamauchi mengeluarkan buku kecil berisikan catatan catatan kecil. "tidak biasa nya aku ingin menulis mengenai wanita aneh itu...tapi perasaan iba ku terhadapnya ternyata begitu besar ya??" Yamauchi membuka lembaran demi lembaran dan menemukan foto ibu nya. "ibu...kau ini sama aneh nya dengan wanita itu...".
FLASHBACK YAMAUCHI POV
"KAU !! ANAK BERANDAL!! BISA BISA NYA KAU CUMA BERDIRI DISITU! CEPAT AMBIL KAN AYAH MINUMAN ITU" kata ayah ku sambil menggenggam botol kaca minuman keras yang telah habis.
"Ayah ... ayah sudah terlalu banyak minum" kata ku yang masih berusia 8 tahun.
"KAU INI DUNGU ATAU BAGAIMANA!? CEPAT AMBILKAN" Bentak ayah ku sambil mengacungkan botol minuman keras itu, hendak memukulkannya pada ku.
"JANGAN!! AKU MOHON JANGAN KERASI ANAK KITA YANG MASIH KECIL" kata ibu ku sambil menahan tangan ayah ku.
tak ada hari yang ku lewati tanpa mendengar ayah ku berteriak, memaki, menampar ibuku, melukai aku dan tiada hari bagi ku untuk meluapkan apa yang aku rasakan. Apakah aku sedih? kesal ? aku pun tak tau...yang jelas, ketika aku menangis karna ayah, ibuku selalu berkata "Yama...Ayah mu orang yang baik, itu ayah mu sedang lelah. Ibu mohon, jangan benci ayah mu." Aku hanya mengangguk mematuhi perkataan ibuku.
Hanya itu yang aku ingat...
FLASHBACK YAMAUCHI POV END
Author POV
"Yama" panggil Yuki dengan nada tenang dan dingin seolah ia tau apa yang sedang Yamauchi pikirkan.
Yama hanya menengok dan memandangi foto ibu nya. "Ada apa? Kenapa ikut naik kesini?" Jawab Yamauchi sambil tetap terfokus pada foto ibunya.
Yuki yang paham akan hal itu seketika menghela nafas dan memasukkan tangannya ke dalam kantung celananya. "Aku tidak paham apa yang sedang kau rasakan terhadap ibu mu, tapi memandangi foto ibumu tidak akan membuatnya kembali ke dunia ini kan?" Jawab Yuki dengan tenang. "Hiduplah...aku rasa kau hanya butuh untuk memahami dirimu sendiri. terlebih pada perasaan mu."
Mata Yama melirik sedikit penasaran kepada Yuki. "Apa? Perasaan apa?"
Yuki sedikit tersenyum heran dengan Yama yang tak mengerti maksud nya. "Kau ini... Kau memandangi foto ibumu karena ia mirip dengan gadis itu kan? kau mencintai mencintainyakan? kau suka Minami?" singkat Yuki pada Yama.
"Apa?! apa kau sudah gila?! jangan sok tau tentang perasaan ku!" Bentak Yama yang shock akan statement Yuki.
"Santai saja, jangan terlalu galak seperti itu." Yuki mendekati Yama dan menepuk pundak nya. "Baru kali ini aku melihat mu berani membawa wanita ke tempat kita. Jika itu bukan berawal dari cinta, lalu apa?" Kekeh Yuki.
Yama menghela nafas dan berusaha menenangkan dirinya. "Aku membencinya, tapi aku hanya iba karena nasib nya sama dengan ku. Jika aku tidak membantu nya maka aku akan merasa bersalah seumur hidup, aku sudah menyusahkan dia setiap hari, membully nya hingga ia menangis dan menghancurkan hidupnya. Aku hanya tidak ingin hidup seperti iblis kau tau."
"Hmmm...baiklah kalau begitu...berarti jika aku menjadikannya pacarku kau tak apa apa kan? hahah! " Goda Yuki kepada Yama.
"Kau ini sungguh ... ah tidak tau lah! terserah kau saja! Kau ketua di rumah ini, tapi kau bertingkah seperti bayi?!" kata Yama kesal.
Yuki hanya tertawa kecil melihat Yama kesal dengan fakta yang ia lontarkan. "Selama ini yang menjadi penterjemah suasana hati mu itu hanya aku haha, sudahlah aku akan membangunkan Minami, dia harus bekerja kan."
"Hmm iya. sudah sana kau pergi. Menyusahkan saja." Usir Yama.
(Di Ruang Baca)
Yuki memasuki ruang baca hendak membangunkan Minami yang masih tertidur. Ia menyusuri segala sekat buku yang berdiri berjajar dan tinggi, matanya menengok kesana kemari dan ia dapati Minami masih terbaring di tempat ia tidur. "Minami.." lirih Yuki. Ia mendekati Minami dan duduk di samping Minami.
"Minami..." Yuki mengelus wajah Minami dengan lembut.
"Jangan...Ayah...jangan pukul ibu" Minami mengigau menandakan ia sedang mendapati mimpi buruk. "Jangan! Jangan jual aku! Jangan ayah! Jangan jual aku untuk melunasi hutang!! JANGAN!!" Minami sontak langsung terbangun terduduk dengan keringat dingin membasahi tubuhnya.
Yuki yang mengetahui itu sontak langsung memeluk Minami. "Hey..hey..kau tak apa, kau aman disini..Minami tenanglah." Yuki mengelus lembut kepala Minami dan sesekali memberikan kecupan spontan.
Minami hanya bisa menangis dipelukan Yuki. "Kak, bisa kah aku tinggal disini hiks! aku tidak mau pulang" kata Minami sambil terisak membuat nafas nya tersengal.
"Minami, kau bisa menetap disini sampai kau mendapatkan tempat baru. Atau jika kau mau, kau bisa tinggal disini selamanya". Kata Yuki menenangkan Minami. "Kau tenanglah ya, mau coklat panas? aku bisa minta maids disini untuk membuatkan nya untukmu"
Minami tidak dapat fokus pada Yuki, matanya bengkak, tubuhnya bergetar kesakitan, jantungnya berdebar begitu kencang. Ia sedikit hilang akal karena trauma akan mimpi buruknya. "Kak...orang tua ku ingin menjualku hiks!"
"hey, itu hanya mimpi Minami, aku yakin ayah mu...." perkataan Yuki terpotong oleh Minami.
"Tidak kak! kau tidak tau! hiks!" Minami semakin menjadi, tangisan nya semakin kuat.
Yuki hanya mampu terdiam dan mengelus nya lagi. Ia hanya mampu memberikan sedikit kenyamanan bagi Minami. "Jika kau ingin menceritakannya pada ku, itu mungkin akan membuat mu merasa lega."
Minami hanya terdiam dan sesekali mencoba menghela nafas panjang. "alasan aku kabur dari rumah sebenarnya bukan karena ibu ku mengusir ku...tapi ...Ayah ku waktu itu berdiskusi dengan ibuku ketika aku hendak pergi ke sekolah." Minami menghentikan perkataan nya sebentar. "Dia hendak membelikan aku baju bagus untuk bertemu dengan klien. Aku sempat tidak mengerti klien apa, sampai pada akhirnya ibuku mengeluarkan kata-kata bahwa aku akan dibayar untuk menemani pria hidung belang hiks! dengan begitu aku bisa membantu ayah melunasi hutang".
Yuki mengusap air mata Minami. "Aku minta maaf atas apa yang telah menimpa mu. Tapi..orang tua seperti itu tidak layak hidup bersama mu. aku berharap kau bisa berdiri sendiri, kau wanita kuat. Aku tau akan hal itu." Yuki menggenggam tangan Minami dan berlahan mengajaknya berdiri. "Aku rasa kau tidak perlu bekerja hari ini. Kau butuh pemulihan, mau pergi dengan ku? aku berencana mencari beberapa buku edisi baru, setelah itu ke pastry caffe, kau mau? Aku yang traktir." Yuki tersenyum manis membuat Minami sedikit lebih tenang.
"Kenapa kau dan Yamauchi begitu baik pada ku?" tanya Minami dengan suara yang begitu lembut.
"Hmmm...mungkin akan aku beri tahu nanti ketika kita sudah menemukan momen yang baik. Sekarang mandilah, bersihkan dirimu dan bersiaplah. akan aku coba pinjam kan baju wanita disini. biasanya pelayan kami menyediakan baju wanita dan pria." kata Yuki menenangkan Minami.
Yuki POV
Aku benar benar tidak habis pikir mendengar perkataan Minami soal orang tua nya. Wanita semanis ini seharus nya mempunyai nasib yang lebih baik jika terlahir dari orang tua yang memang berniat mendidiknya. Hutang? dibayar dengan badan ? aku bahkan tak yakin ia akan dijual dengan harga yang pantas. Minami...aku rasa Yama lebih tau kondisi dari pada aku. Aku rasa dia membawa mu kesini untuk menyelamatkan mu. Minami, aku dan Yama akan menyelamatkan mu.
YOU ARE READING
Our Stars
RomanceThis is a fictional character inspired by Japanese Volleyball Players Yamauchi Akihiro and Yuki Ishikawa. If you want to feel the story very well, you are suggested to listen to a song : - Under the Influence (Chris Brown) - Next to You (Chris Brown...