Seorang gadis tersenyum lebar. Berjalan dengan santai menyusuri jalanan yang tak terbilang ramai. Hanya beberapa orang yang berlalu lalang atau hanya sesekali saja ada kendaraan yang lewat.
Gadis berhodie putih itu berjalan santai, sesekali ia memejamkan matanya. Kedua telingannya tersumbat earphone, memutar musik kesukaannya.
Sesekali ia bersenandung kecil, menyanyikan lirik yang ia hapal. Kedua tangannya ia masukan ke dalam kantong hodienya, sekedar mengurangi rasa dinginnya suasana malam yang menerpa tubuhnya.
Langkah gadis itu tiba-tiba terhenti. Kala ia menyadari ponselnya bergetar, petanda ada yang menghubungi dirinya.
Ia pun mengambil ponselnya Setelah ia membaca nama pemanggil yang terpampang di layar ponselnya, segera gadis itu pun langsung mengangkat telpon itu."halo, ada apa mah?"
"kamu ada dimana vania? Ini udah malem, kenapa belum pulang?" seorang wanita bertanya disebrang sana.
"Vania lagi jalan-jalan aja kok disekitar komplek, bentar lagi vani juga pulang mah"
"ya sudah mamah tunggu. Eh, sebelum kamu jalan pulang. Mamah boleh nitip ya, tolong beliin mamah pembalut. Mamah tadi lupa soalnya, kamu tau kan dimana tempat minimarketnya? Atau mamah suruh pak rahman buat ngenter ama jemput kamu?"
"nggak usah mah, vani tau kok tempatnya, tapi janji nanti duitnya diganti ya mah, sekalian upah buat jalan kakinya hehe"
"Hiss..kamu ini perhitungan banget sama mamah sendiri"
"hehe..kan lumayan buat beli album oppa-oppa kesayangan vani mah"
"hais..oppa-oppa aja yang kamu pikirin..! Yaudah nanti mamah ganti uang kamu"
"nah gitu dong, kan mamah paling best kalo gitu"
"terserah kamu, mamah tunggu pesanan mamah. Cepet pulang vani, udah mulai malem van, biasanya disekitar sini jam segini udah sepi, awas loh nanti ada yang nyamperin kamu pake baju putih"
"ih!! Mah kok ditakuitin sih! Tau sendiri anaknya penakut, pake ditakutin segala!"
"ha ha.. iya-iya nggak lagi, makanya cepet pulang"
"ish! Mamah nggak asik mah, nanti mamah aduin vani sama eyang"
"ih..tukang ngadu..ya udah mamah tutup ya, hati-hati loh.."
"ah, mamah nggak asik!"
Vania langsung menutup telponnya kesal. Kesal dengan mamahnya yang menakutinya itu. Sudah tau anaknya penakut, malah ditakutin. Batinya kesal
Seketika ucapan mamahnya itu terngiang di kepalanya, sontak ia melihat sekitarnya.
Sepi, tak ada siapapun selain dirinya di jalanan itu. Sontak suasana berubah jadi dingin dan mencekam menurutnya.
Dengan segera ia berjalan cepat menuju minimarket yang memang tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Sesekali ia komat-kamit membaca do'a agar tak bertemu de-
ah! Vania tak mau memikirkannya. Ia mengeleng-gelengkan kepalanya dan fokus berjalan.Minimarket yang berada tak jauh didepannya itu, terasa sangat jauh menurutnya. Padahal hanya beberapa puluh meter saja darinya.
Sesekali ia mengelus tekuk belakangnya. Entahlah suasana tiba-tiba menjadi lebih dingin menurutnya.
Dan lagi ia memang menyadari, jika jalanan disekitarnya saat ini sangat sepi. Hanya suara jangkrik dan hewan lain yang mendominasi.
Tak mau mmemikirkannya, vania fokus berjalan. Sesekali ia mengusap dahi berkeringatnya, seraya menatap minimarket yang seperti surga menurutnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Introvert Boy [HIATUS, AKAN BERUBAH JUDUL]
Teen FictionYongki. seorang pemuda yang dingin terhadap lingkungannya. Kemampuan sosialnya sangat buruk. Banyak yang mengira bahwa ia pria yang bermasalah, dikarenakan sifatnya yang sangat tertutup dan introvert yang ada padanya. Sehingga banyak yang segan untu...