15. Jesselyn Ngeselin

637 134 73
                                    

Sesampainya di rumah, Flavio berjalan gontai memasuki ruang tamu. Perasaannya sudah tidak karuan sejak mendengar sang kakak ipar nyidam dan ingin bertemu dengannya.

"Ini dia yang kita tunggu-tunggu," sambut Fara melihat Flavio.

Flavio meneliti sekitar, di ruang tamu sudah berkumpul papa dan mamanya. Kak Edgar dengan Kak Jess, Fara dengan Teo, juga beberapa pekerja. Semua menatap ke arahnya.

Dari belakang, Ax yang baru masuk pun sama terkejutnya. Lelaki itu menelan saliva kasar. Lalu dengan langkah pasti berjalan lebih dalam menuju ruang tamu.

Tangannya mendorong pelan bahu Flavio yang masih diam mematung, bimbang antara masuk atau kabur.

"Kemari, Princess." Panggil Papa Yugo.

"Vio... kenapa lama banget sih? Ponakan kamu kangen sama aunty-nya dari tadii. Liat, dia sampe ngambek gak mau nendang-nendang lagi!" Omel Jesselyn saat Flavio mendekat.

Kakak iparnya itu duduk di sofa panjang dengan kaki yang di selonjorkan, memenuhi sofa. Matanya sembab seperti habis menangis. Sedang Edgar berdiri di sampingnya, merangkul bahu sang istri.

"Vio salah apa ya? Dateng-dateng langsung kena semprot." Protes Flavio yang langsung mendapat pelototan tajam dari Fara dan Mama Fani.

"Apa?" Flavio tak paham. Gadis itu menatap Jesselyn yang juga menatapnya dengan mata sembab beraura permusuhan.

"Princess, mendekat pada Kakakmu."

"Untuk apa, Pa?"

"Huwaa... Edgar! Adek kamu sama sekali gak peka. Ponakannya minta di sapa. Minta di elus-elus sama aunty-nyaaa,"

"Hah?"

Edgar menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Ia sendiri tidak paham dengan permintaan aneh istrinya ini.

"Sudahlah, Sayang... turuti Kakakmu." Mohon Mama Fani.

"Iya, Vi. Kasian kalo gak diturutin. Ponakan lo ileran nanti," sambung Fara. Teo mengangguk mendukung.

"Vio harus apa?" Flavio masih tidak paham.

Ax yang berdiri di belakang gadis itu membantu menjelaskan. Di bisikinya pelan ke telinga Flavio. "Kak Jess pengen lo elus-elus perutnya, Flavio. Turuti yaa."

"Harus gue? Kan ada suaminya."

"Huwaa... Edgar! Liat adek kamu. Hiks hiks hiks."

Ini ada apa sebenarnya? Menurut Flavio, sangat tidak masuk akal seorang ibu hamil meminta perutnya di elus-elus orang lain.

Tapi permintaan ibu hamil memang sering tidak masuk akal. Dan Flavio mana tau itu.

"Turuti ya," pinta Ax sembari menepuk-nepuk pelan punggung Flavio, memberi semangat.

Akhirnya, dengan sangat terpaksa Flavio duduk di lantai tepat di bawah sofa Jesselyn. Gadis itu mengulurkan tangan, mengelus perut kakak iparnya yang masih rata.

"Sambil senyum," permintaan tambahan.

Flavio menarik sudut bibirnya.

"Yang ikhlas senyumnya."

Flavio melebarkan senyum.

"Dedek bayi minta di sapa juga sama aunty."

"Gue harus ngomong sama perut gitu?"

"FLAVIO!" Tajam seisi rumah kompak.

Ck. Flavio menghela napas pasrah. Seram juga ternyata di tatap ramai-ramai seperti ini.

Sweet IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang