oneshot, 2.4k words, fluff.
.
.
.
Hari ini, Sungchan dan teman-temannya mengunjungi salah satu festival terbesar di Seoul. Untungnya cuaca sangat bersahabat meskipun kini sudah memasuki siang hari. Di sepanjang jalan, terdapat banyak jajaran jajanan beserta kios-kios yang menjual barang-barang lucu yang sangat cocok dijadikan buah tangan. Di sana juga dihiasi oleh banyak lampion warna-warni yang menggantung entah berujung sampai mana. Bahkan beberapa penjual maupun pengunjung memakai hanbok terbaiknya dalam festival megah itu.
Karena merupakan salah satu festival terbesar, maka tak heran ada banyak sekali manusia yang sudah seperti lautan. Butuh ekstra lebih bagi orang dewasa yang membawa anak kecil untuk menjaganya. Jangankan anak kecil, siapapun yang mendadak terpisah dengan rombongannya tanpa sadar juga pasti akan panik dan kebingungan. Ya, dan hal itu sedang dirasakan Sungchan saat ini ketika dia sedang melihat-lihat makanan sebentar tahu-tahu para temannya hilang dari jangkauan pandangannya. Panik sih mungkin, tapi dia lebih kebingungan bagaimana cara menemukan teman-temannya di tengah-tengah ratusan lebih umat manusia. Nahas, baterai ponselnya juga sekarat. Ia tidak tahu apakah pesannya sempat berhasil terkirim atau tidak. Akhirnya, dia hanya berjalan-jalan saja sendirian sambil melihat pemandangan sekitar. Jarang-jarang dia ke festival sebesar ini, masa hanya ingin dihabiskan dengan panik dan bingung? Mending dinikmati saja dan siapa tahu juga ia akan bertemu temannya lagi—seenggaknya Sungchan berpikir seperti itu.
Saat Sungchan sedang berjalan menuju area yang lebih sepi, matanya menangkap seseorang di bawah lampu jalan yang sedang melihat ponselnya dengan serius sambil sesekali celingak-celinguk. Sungchan terus menatapnya sampai rasa penasarannya memuncak yang cukup membuatnya untuk menghampiri sosok tersebut.
Nyasar juga kali ya, batin Sungchan.
"Permisi," kata Sungchan yang membuat orang itu terlonjak kaget. "Lagi nyari sesuatu, kah?"
"Ah ...." Orang itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Nggak, nggak ...."
Hmm ... masa sih.
"Tadi dateng sendirian kesini? Atau jangan-jangan nyasar juga?"
"Ya?" Orang itu memiringkan kepalanya sedikit.
Sungchan mengulang pertanyaannya dengan lebih singkat. "Kesini sendiri atau bareng seseorang?"
"Oh, sendiri ...."
"Ohh ... Kalau gitu mau bareng aku aja? Kebetulan aku kepisah sama temen-temen dan yah, ponselku lowbat."
Dan gak mungkin aku ninggalin dia sendiri jalan-jalan. Kalau dilihat dari penampilan dan wajahnya mungkin dia jauh di bawah aku usianya ... tapi aneh juga, masa gak ditemenin keluarga atau temen apalagi untuk festival sebesar ini, pikir Sungchan.
Sepuluh detik, dua puluh detik, Sungchan tak kunjung mendapat jawaban. Sang lawan bicara hanya tersenyum manis dan menundukkan kepalanya—menggumam pelan seperti sedang berpikir keras.
"Uhm ... kamu-"
"Itu-"
Ada jeda sejenak sebelum mereka berdua terkekeh karena omongan yang saling bertabrakan. Kemudian Sungchan menyuruh orang tersebut untuk berbicara duluan.
"Etto ... saya bukan orang Korea," kata orang itu dengan irama satu-satu. "Saya dari Jepang. Bahasa Korea saya masih fasih belum."
Sungchan mengerutkan kening. Sebenarnya itu hanya respon refleks karena mendengar tata bahasa yang aneh. Di samping itu, dia masih bisa memahami apa yang dimaksud dari orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patbingsu
FanficBuku ini akan berisi oneshot atau cerpen dari bermacam-macam pair dengan cerita yang mungkin tidak akan lebih dari lima chapter (tapi kita lihat nanti aja kedepannya). Dan chapter pertama akan dimulai dari Sungtaro karena aku lagi kesengsem abis sam...