04. MABIRO

0 0 0
                                    

LANJUT SINI

Setelah kejadian tadi siang, semua anggota mabiro kumpul di markas. Seperti yang di katakan Xavi, bahwasanya dia akan menyampaikan apa yang tadi dia bicarakan dengan Rey.

"Jadi, apa yang tadi Lo omongin sama Rey"

Xavi melempar ponsel miliknya ke Bima, dengan cekatan, Bima menangkap ponsel tersebut dan membaca percakapan antara dua sejoli itu.

Tidak lupa juga dia membaca nama kontak Rey "CALABIR" (calon Abang ipar) tidak sengaja juga dia membaca kalo Rey suka ke Bima.

"Dek, gue suka ke Abang lo, Bima" gumam Bima, tapi masih terdengar oleh Xavi.

Dengan cepat, Xavi merebut ponselnya dan menyembunyikan di dalam saku roknya.

"Anu bang a itu"

"Gapapa, gue juga udah tau dari lama" ucap Bima sambil menyesap sebatang rokok.

"Hah? Serius?" Bima hanya mengangguk singkat.

Xavi yang mempunyai jiwa fujo akut pun langsung jingkrak-jingkrak layaknya monyet di jalanan.

"Jadi apa Bim?" Tanya ragas yang sudah kepalang kepo.

"Kalfa ngajak damai" hanya itu? Serius? Ragas ingin mendengar lebih banyak.

Ragas menatap Bima dengan curiga. Bima yang paham akan tatapan itu langsung menjelaskan.

"Bukannya dulu mabiro dan kalfa baik-baik aja? Hanya karena kesalahpahaman, mabiro dan kalfa menjadi musuh?"

Ya memang benar, saat kepemimpinan mabiro masih di bawah kendali kakeknya, mabiro dan Kalfa adalah teman akrab. Tapi saat masuk generasi kedua yang akan di pegang oleh Baim, ayahnya bima, kesalahpahaman yang tidak bisa di hindari akhirnya memecah belah kan dua geng yang saat itu di idolakan oleh semua orang.

"Ya, Lo bener." Hanya itu yang ragas ucapkan. Setelah itu ragas pergi ke lantai dua, dimana ruangan yang sudah di cap menjadi kamar olehnya jika dia berada disini.

Tapi di satu sisi, ragas masih curiga. Apa hanya itu tujuan dari Kalfa meminta damai? Sebelum benar-benar pergi ke kamarnya, ragas memanggil Xavi untuk ikut bersamanya.

Anjir, mau Lo apain anak orang anjir.

"Xav, ikut gue xav" ajaknya pada Xavi yang sedang asik memainkan ponselnya.

"Kemana" tanya nya sambil melihat ke arah ragas

"Kamar" ucapnya tanpa ada beban

"Gak, nanti loeh persoka guweh"

"Gue gey" jawabnya asal ceplos

Mendengar itu, tanpa sadar Xavi menjatuhkan ponsel nya yang sedari tadi di mainkan. Seperti ada jarum 1000 yang menusuk sampai ulu hati nya.

"TUHAN, KENAPA ORANG YANG GUE SUKA HARUS PELANGI" ucapnya dengan keras sambil menadahkan tangan ke atas.

Seketika, Xavi menjadi pusat perhatian anggota mabiro. Jadi? Xavi suka ke ragas?? Dan kabarnya, ragas juga suka ke Xavi?? Takdir Tuhan memang tidak ada yang bohong.

MABIRO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang