[iv.] Pursuit of The White Swan Role

56 7 10
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

MALAM SEMAKIN LARUT di akademi balet Rolthon, namun Laiyasa masih berkutat dengan latihan intensifnya. Gerakan demi gerakan enggan dia pungkasi hingga benaknya melahirkan sepetik kata 'sempurna' sepanjang mengevaluasi satu per-satu tekniknya di depan cermin full-length tanpa bingkai yang terpasang di dinding kokoh akademi balet Rolthon. Pasca terengah-engah, kedua tungkainya kembali dia dirikan, lantas berputar seperti pola sebelumnya, terus seperti itu, tanpa peduli betapa pedihnya urat tubuhnya yang sudah diklaim bekerja selama berhari-hari.

Mengagung-agungkan balet seperti itu, bukanlah sesuatu yang tidak beralasan. Laiyasa dibesarkan di tengah kemewahan dan kemegahan kastil keluarga Schwan. Ayahnya, Earl Schwan, yang dikenal sebagai pelindung seni telah menanamkan kecintaan pada seni dan budaya sejak Laiyasa kecil hingga gadis itu rela menghabiskan berjam-jam berlatih di aula dansa kastil, dibimbing oleh para guru balet terbaik negeri itu. Bakat Laiyasa tidak luput dari perhatian Madame Bailey, seorang legenda balet yang terkenal di seluruh Middlescott. Pada usia 14 tahun, Laiyasa melangkah ke atas panggung profesional untuk pertama kalinya dan performanya sukses memukau para kritikus dan penonton. Sejak saat itu, Laiyasa menjadi berlian yang bersinar di dunia balet. Bersama Diane, dia tampil di berbagai pertunjukan balet ternama di seluruh dunia dan menerima banyak penghargaan bergengsi.

Tidak heran, jika berlian balet Middlescott itu kini sangat terobsesi dengan peran White Swan dalam pertunjukan kontes balet kerajaan. Yang pahitnya, di balik ambisi Laiyasa yang membara itu, harus tersimpan trauma masa lalu yang menghantui setiap langkahnya.

Pada tanggal tiga Februari, tahun 2016—tepat dua hari sebelum ulang tahunnya ke lima belas—Laiyasa mengalami kecelakaan tragis saat berlatih. Riuk pada tungkainya cukup parah hingga membuatnya terbaring di ranjang selama berbulan-bulan dan mimpinya menjadi ballerina muda terancam pupus. Masa pemulihan yang panjang diwarnai rasa sakit, frustrasi, dan ketakutan. Laiyasa hampir menyerah pada mimpinya. Belum lagi, di tengah pemulihan, tragedi lain menimpanya. Kakak tertuanya, Seraphina, yang selalu mendukung dan mendorong bakat Laiyasa, wafat dalam kecelakaan pesawat. Kematian sang kakak meninggalkan lubang besar di hati Laiyasa, mulai membuatnya ragu akan kemampuannya. Setiap kali menari, bayangan kecelakaan dan kenangan sang kakak selalu muncul, memicu gemetar yang berlebihan.

Tidak sampai disana, tekanan sebagai seorang ballerina internasional yang dituntut selalu tampil sempurna kian memperburuk trauma Laiyasa. Dia tidak pernah merasa cukup baik dan selalu dihantui rasa takut mengecewakan orang-orang di sekitarnya.

Sampai suatu saat, sesuatu datang untuk menebus segala peradangan mental Laiyasa, yang tidak lain dan tidak bukan adalah rasa cintanya kepada Pangeran Louise Sean. Ada banyak sekali malam yang Laiyasa gunakan untuk membawa wajah Crown Prince Middlescott itu ke dalam mimpi indahnya. Mengagumi keberanian, kebijaksanaan, maupun kepemimpinan Pangeran Louise Sean adalah sesuatu hal paling berharga yang bisa Laiyasa rasakan.

SWAN LACK, SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang