Bagaimana rasanya menjadi pahlawan bertopeng?
Atau menjadi alpaca raksasa yang memiliki kekuatan sihir?
Seperti hari-hari biasanya, situasi di kelas selalu terlihat ramai sekaligus sepi. Ramai di sudut kanan lalu sepi kembali di sudut kiri. Di tengah-tengah, keduanya menjadi sebuah transisi. Terus berganti-ganti, seperti gelombang di laut. Tergantung di mana letak guru mereka berada karena para murid akan otomatis menjadi kikuk dan diam seketika tatkala sang pengajar berada di sekeliling mereka. Riak-riak bunyi itu akan berubah setiap kali ada seseorang yang bergerak melintas di dekatnya.
Di pojok kiri, Linda berdiam diri dengan setumpuk imajinasi yang nyaris meledak. Ia sedang menggambar sebuah bidang. Benar-benar sebuah bidang biasa dan sama sekali tidak menunjukkan cerminan imajinasi di kepalanya.
Tubuhnya memang melekat di bangku. Namun, imajinasi di kepalanya berhasil mengelilingi bumi. Sekarang, Linda sedang membayangkan dirinya sebagai seorang pahlawan. Tidak perlu menyelamatkan seluruh umat manusia di dalam sebuah planet atau bahkan di suatu kota. Sebab, pasti ada pahlawan yang jauh lebih super-super-super-super lagi, dan orang itu pasti bukan Linda. Cukup menyelamatkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Berbekal penggaris plastik elastis yang dibelinya di koperasi sekolah seharga seribu rupiah, ia akan memusnahkan seluruh kekejian di muka bumi yang datang kepadanya.
Jadi, kekuatan seperti apa yang bisa ia miliki sebagai pahlawan biasa-biasa saja yang senjatanya hanya penggaris mika? Apakah dengan benda ini, ia bisa menghentikan waktu?
Dengan penggaris itu, barangkali dia bisa menjadi seperti Sailor Moon tetapi tidak dengan kekuatan bulan. Mungkin planet katai saja seperti ceres. Tetapi, sepertinya dia tidak bisa menjadi pahlawan yang bergerombol seperti Sailor Moon dan teman-temannya yang lain. Sebab, selain tidak memiliki teman, ia selalu kesulitan melakukan kerja tim.
Klise. Tapi dalam kerja tim pasti ada pertikaian. Misalnya saja pasukan power rangers. Alih-alih bekerja sama melawan monster, mereka biasanya berkonflik terlebih dahulu dengan sesamanya. Mereka disibukkan dengan mengatasi konflik-konflik itu -- dan baru kemudian mengenyahkan monster yang memporak-porandakan kota.
Jadi, apakah Linda mau bersusah payah mengatasi konflik internal alih-alih langsung menumpas kejahatan? Sepertinya tidak. Lagipula, ada atau pun tidak ada konflik internal, mencari empat teman lainnya untuk memakai seragam warna-warni pasti akan membutuhkan usaha yang besar. Namun begitu, kalau harus demikian, Linda ingin jadi power ranger oranye, belum ada kan?
Sebagai manusia biasa -- bukan pahlawan super apalagi setengah dewa -- mendapatkan teman adalah hal yang tidak mudah. Meski dia sendiri tidak yakin, apakah menjadi manusia super atau setengah dewa akan memberinya kekuatan untuk bersosialisasi dan mendapatkan teman?
Mungkin memang tidak perlu menjadi pahlawan yang bergerombol, Linda bisa bertarung seorang diri seperti superman, samurai atau ksatria baja hitam. Menjadi ultraman juga bukan ide yang buruk. Bagaimana rasanya menjadi raksasa yang bahkan tingginya melebihi gedung tertinggi di sebuah kota lalu melawan monster godzilla? Kadang, ia juga terpikirkan untuk menjadi seorang penyihir. Tentu saja, alih-alih tongkat sihir, kekuatan magisnya berasal dari penggaris sihir. Sepertinya akan sangat menyenangkan sekali jika memiliki kekuatan magis. Ia bisa mengubah batu menjadi kue. Atau dia bisa mengubah daun-daun menjadi uang.
Sebentar, itu kekuatan magis atau ilmu hitam untuk pesugihan?
Guru Seni Rupa yang tengah mengajari perspektif bidang selalu komplain tentang penggaris itu. "Itu bukan penggaris," katanya ketus. Linda tidak pernah tahu mengapa guru seni rupanya begitu sensitif terhadap penggarisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bel Sekolah [Completed]
FantasyDua anak paling aneh dan dikucilkan di kelas mesti menjadi teman sebangku. Pada suatu hari, keduanya sama-sama ketiduran tanpa seorang pun membangunkan ketika berganti pelajaran. Ketika keduanya terbangun karena bel yang berbunyi, mereka mendapati b...