Jam menunjukan pukul 7 pagi, seperti biasa Quinn sedang bersiap untuk berangkat ke sekolah. Memakai seragam putih abunya, dengan roknya yang pendek di atas lutut, atasan yang dikeluarkan, aksesoris seperti gelang hitam, kalung hitam dengan bandul love, yang menghiasi lengan dan lehernya membuat Quinn terlihat perfect. Kali ini rambut Quinn hanya diikat satu ke belakang, biasanya Quinn memilih menggerai rambutnya atau memilih di curly.
"Quinn, buruan. Nanti kita telat nih!" Teriak Rainer dari luar kamar Quinn.
"Iya tunggu sebentar, bentar lagi gue kelar kok."
"Lo ngapain aja sih di dalam, lama amat?" Tanya Theo mulai kesal.
"Lo tuh ya, kaya ga tau cewek aja." Ucap Rainer pada Theo.
"Iya, iya, iya, gue juga tau. Tapi kan Quinn bukan cewek."
Rainer yang mendengar celetukan Theo yang memang ada benarnya tertawa. Namun tak berselang lama, hanya dalam hitungan detik ada benda melayang yang menuju arah mukanya Theo.
Brakk…
"Apa lo bilang, gue bukan cewek?" Ucap Quinn sesaat setelah ia membuka pintu kamarnya dan melemparkan tasnya pada Theo.
"Anjir, sakit Quinn."
"Syukurin, lagian pagi - pagi udah ngatain gue."
"Lah, emang bener kan. Lo tuh cewek jadi - jadian. Mana ada cewek yang kelihatannya manis, feminim, tapi kelakuan lo kaya laki."
"Udah lah, berisik. Bawain tuh tas gue sampe ke sekolah." Paksa Quinn pada Theo, setelah itu ia pun pergi melewati Theo dan Rainer begitu saja.
"Lo sih, pagi - pagi udah cari gara - gara aja. Udah tuh bawain tasnya Quinn, terus buruan kita susul dia, lagian kita udah telat ini!" Ucap Rainer lalu berlalu menyusul Quinn.
"Eh, tungguin gue."
* * *
Hari ini Quinn, Rainer, dan Theo sangat bersemangat, karena beberapa hari lagi mereka akan lulus SMA dan akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Rencananya mereka bertiga akan kuliah di universitas yang sama, karena mereka sudah berjanji satu sama lain, apapun yang terjadi mereka akan tetap bersama - sama selamanya.
"Quinn, jadi kan kita touring pas acara kelulusan nanti?" Tanya Theo sambil menyetir mobil.
"Jadi dong, masa nggak?"
"Quinn!" panggil Rainer dari belakang.
"Tumben lo ga mau bawa mobil? Malah nyuruh gue sama Theo jemput lo lagi."
"Lagi males bawa mobil gue. Pengen duduk santai aja, sambil menikmati udara pagi."
"Bullshit… mana ada seorang Quinn nikmatin udara pagi. Bilang aja mobil lo lagi masuk bengkel kan?" Ucap Theo ga percaya.
"Lah, apa kabar lo? Lo tiap hari ke sekolah nebeng mulu sama Rainer. Sekarang aja lo lagi nebeng kan?"
"Dih, serah gue dong. Suka - suka gue."
"Terus, ngapain lo yang nyetir? Biasanya juga Rainer yang nyetir?"
"Gue sih sadar diri, teman yang baik itu pasti selalu nawarin jasanya sama sahabatnya."
"Bilang aja kalau lo takut ga diajak lagi." Ucap Quinn sambil tertawa meledek Theo.
"Kalian berdua ini ya, ribut mulu kerjaannya. Sakit tau ga kuping gue dengernya."
"Theo tuh yang mulai duluan."
"Kok gue?"
"Udah! Liat nih jam berapa? Kita tuh telat tau. Lo berdua mau kena hukuman lagi?"
"Astaga! Kok gue baru sadar ya. Theo, buruan nyetirnya. Ngebut! Kalau gue kena hukuman, jam istirahat nanti lo yang traktir gue makan."
"Apaan sih, enak di lo ga enak di gue dong."
"Iya bener, kan ko yang nyetir. Kalau gue sama Quinn kena hukuman, berarti lo yang traktir kita berdua."
"Kalian curang, tau gitu tadi gue yang duduk di belakang."
Tak berselang lama, mobil Rainer sampai di parkiran sekolah, dan buru - buru mereka bertiga keluar dari mobil langsung menuju kelas mereka.
Suasana sekolah sudah sepi sekali, hanya terlihat Pak Slamet penjaga sekolah yang sedang bersih - bersih halaman, karena sudah dipenuhi oleh dedaunan yang berjatuhan ke tanah.
Quinn dan yang lainnya agak sedikit berlari, namun sayang sekali saat mereka hendak menaiki anak tangga untuk masuk kedalam gedung sekolah, Pak Anton guru BK di sekolah Quinn sudah menunggu berdiri tegak, tatapannya yang tajam seakan - akan ingin memakan Quinn dan teman - temannya, membuat Quinn terkejut bukan main.
"Kalian bertiga, terlambat lagi?"
"Anu Pak, i-ini.. Tadi, dijalan macet." Ucap Theo sedikit terbata - bata.
"I-iya Pak." Jawab Quinn menambahkan.
"Alasan kalian, Bapak ga percaya. Sekarang daripada kalian banyak alasan, lebih baik sekarang kalian bertiga Bapak hukum, lari 10 kali mengelilingi lapangan basket."
"T-tapi Pak."
"Ga ada tapi - tapian Quinn."
"Udah nurut aja, daripada ga kelar - kelar. Mau lo berdua dengerin terus ocehannya Pak Anton." Bisik Rainer pada Quinn dan Theo.
"Baik Pak, kita bertiga akan lari 10 kali."
"Ya udah, tunggu apa lagi?"
Tanpa ada aba - aba mereka bertiga akhirnya pergi ke lapangan untuk menjalankan hukumannya, walaupun Quinn masih kesal karena pagi - pagi sudah dapat hukuman dari Pak Anton.
"Gue ga mau tau ya, Theo abis ini lo traktir gue makan."
"Iya, iya.. Kali ini gue ngaku salah."
Theo yang tau mood Quinn lagi berantakan, langsung meng-Iya kan permintaannya. Karna Theo dan Rainer tau betul sifat Quinn bagaimana kalau sedang marah atau bad mood.
Setelah berhasil mengelilingi lapangan basket sebanyak 10 kali, Quinn dan yang lainnya segera pergi ke kantin untuk membeli minuman. Karna 10 menit lagi jam waktu istirahat, mereka memutuskan untuk tidak pergi ke kelas, melainkan langsung pergi ke kantin untuk makan dan istirahat.
"Gue pesen es teh manis sama bakso aja ya." Ucap Quinn pada Theo.
"Gue juga sama." Tambah Rainer.
"Ok, gue pesen dulu."
Walaupun Quinn, Rainer dan Theo adalah 3 remaja yang berbeda karakter dan sifat masing - masing, akan tetapi karena persahabatan mereka yang terjalin sejak lama membuat mereka tetap kompak walaupun masih sering berantem atau pun cekcok dengan urusan kecil yang sepele.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Mistake
Teen FictionIni kisah tentang 3 orang sahabat, dengan latar belakang yang berbeda-beda, tapi mereka bertemu untuk sebuah alasan tertentu yang mengakibatkan kesalahan yang tak bisa mereka lupakan.