Kejutan!

289 12 3
                                    

|be wise... Kissing scene|



Kalina bingung dia harus mengucap syukur atau panik, sesaat sebelum hari pentingnya malah mendapati dua garis merah. Dia positif ! Diluar dugaan yang sudah direncanakan. Kehamilan adalah hal terakhir dia inginkan selain pernikahan antara dia dan Hardin. Baginya menjadi ibu adalah sesuatu yang masih belum siap Kalina tanggung, masa lalu itu masih menjadi hal mengerikan untuknya hingga saat ini.

Dan disinilah dia termenung di hadapan Yasha juga Ima, mereka menatap lekat ke arah benda pipih tercetak dua garis merah juga tulisan positif. Kehamilan selalu menjadi hal luar biasa bagi siapapun, mengejutkan sekaligus menegangkan.

"Kak congratulations..!!!" Ima mengucap penuh semangat sekaligus memberikan pelukan pada Kalina.

Yasha pun mengulas senyum lebar diiringi genggaman erat tangannya. Melihat bagaimana respon penuh syukur itu membuat Kalina sulit membendung air mata. Dia nggak menduga bagaimana akhirnya hal ini begitu berarti untuk orang lain.

"Terus kenapa lo malah ngasih tau gue sama Ima? Harusnya Hardin jadi orang pertama yang tau Kal" tanya Yasha heran.

"Gue takut.."

"Alasannya?"

"Iya kak alasannya apa?" Ima pun menimpali ucapan Yasha dengan wajah yang sama herannya.

Menghela nafas panjang, Kalina menggeleng pelan. "Gue takut.."

"Hardin pasti senang denger soal ini and he will be a good daddy. Percaya sama gue"

"Gue tahu itu tapi Yash.. gimana kalau gue ga bisa jadi ibu yang baik? Lo tahu seumur hidup gue belum pernah ngerasain disayang sama ibu ataupun ayah. Gue ga tahu orang tua gue siapa, gimana gue bisa jadi ibu buat anak ini" keluh Kalina dengan mata berkaca-kaca.

Yasha dan Ima saling menatap satu sama lain, mereka pun lupa menyadari hal ini.

"Tapi kak.. ga semua orang kayak kita ga bisa jadi ibu yang baik, lo punya mas Hardin kak. Kalian bisa saling belajar satu sama lain, percaya deh sama gue" Ima membujuknya dengan lembut.

Yasha pun mengangguk tanda setuju. "Iya pertama-tama lo bisa jujur sama Hardin dan kedua lo rasain deh amazing nya dia ada disana".

Kalina tersenyum tipis terasa matanya mengabur, ada rasa lega yang mengisi kekosongan ragu dalam hatinya. Seraya menghela nafas panjang dia mendapati senyuman teduh diluar pintu shop mereka, Hardin datang menjemputnya.

"Noh laki lo datang, sumringah banget tuh muka" gurau Yasha diikuti tawa keras dari Ima.

Kalina hanya terkekeh ringan menanggapi candaan kedua temannya, dia berdiri menyambut Hardin yang langsung memeluknya. Berbisik begitu hangat. "Hai sayang..".

"Hai… mau langsung balik ga?" Tanya Kalina.

"Boleh.." sahut Hardin. "Lo sama Ima balik sekarang?" Giliran Hardin melempar tanya pada dua orang dihadapan mereka.

Dua saudara itu serempak menggeleng penuh senyum arti yang mana membuat Hardin sedikit heran. "Kenapa sih lo pada, seneng banget" kata Hardin.

"Ya senang dong, udah pulang gih sana. Kalina capek tuh, oya dia harus banyak-banyak istirahat buat lusa"

"Iye.. makanya kita mau langsung balik"

"Yaudah kita duluan ya Yash, Ima"... Kalina berpamitan.


---


Malam itu Kalina sedang duduk santai di karpet berbulu ruang tamu apartemen mereka, di tangannya ada wadah besar berisi ice cream. Hardin pun bersamanya yang memilih duduk diatas sofa, membiarkan Kalina bersandar di tengah-tengah pahanya. Dia tak hentinya memandangi Kalina yang sibuk dengan suapan besar di mulutnya. Layaknya anak kecil, Kalina makin terlihat menggemaskan di matanya.

TENTANG CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang