Beberapa langkah lagi Aku sampai ke depan kamar 606,Jantungku berdebar,Aku melihat 2 orang tinggi berjas berdiri didepan pintu seperti sengaja menunggu kedatanganku.
Aku terhenti dihadapan mereka,baru kali ini Aku dapat melihat raut wajah orang,mengerikan.
Dahulu Aku selalu meremehkan mereka yang berhadapan denganku,tentu saja karna Aku buta,Aku tidak dapat melihat raut wajahnya,dan sekarang tampak jelas.
Ini seperti hadiah sekaligus kutukan untukku.
Aku menarik nafasku dalam-dalam, "Jangan menghalangiku."
Satu orang dengan penampilan rambut di kepang 2 maju dan meninjuku dengan lantang "Kau fikir,kau bicara dengan siapa?"
Aku dapat melihat matanya penuh amarah,tapi kenapa?
Aku memegang tangannya dan memutar balik tubuhnya,setelah tubuhnya ambruk ke lantai Aku tersenyum puas.
Entah perasaan apa ini?apa karna melihat wajahnya yang menunjukan rasa sakit?Ah,begitu rupanya,mata ini benar-benar memberikan keindahan yang Aku harapkan.
"Kakak!kau tidak apa?" Lelaki berambut panjang ber ombre membantu lelaki ber-kepang itu untuk bangun.
Lelaki berambut kepang itu berdiri dan memegang tangannya yang tampaknya terkilir,
"Kurang?" Tanyaku
Lelaki berkepang itu mengeluarkan semacam besi panjang dan ingin menghajarku kembali,tapi Adiknya mencegahnya "Sudahlah kak,tidak ada gunanya,amarah kakak tidak akan mengembalikan dia seperti semula,ini kemauan dia,untuk memberikan kehidupan yang ia tuju untuk orang ini."
Lelaki berambut pirang ombre itu melihatku dengan iba,dia menurunkan pandangannya "Dia sudah menunggumu"
Dia membukakan pintu,ruangan itu tampak hampa,gelap dan dinginnya menusuk tulang-tulang ku.
"Dia sudah datang."
Aku melihat sekeliling,tidak ada seorang pun,dia bicara dengan siapa?
"Rin,bawa dia kehadapannya" suruhnya
Lelaki pirang itu hanya mengangguk dan menututi perkataan si rambut kepang yang tidak lain adalah kakaknya.
"Kriek-kriek-kriek" suara kursi roda terdengar mendekat kearahku
Seketika lelaki berkepang itu bersujud,Aku melihatnya dibalik cahaya yang samar-samar.
"Tuan,Aku sudah menjalankan semua yang kamu inginkan,dia sekarang dapat melihat dunia yang Tuan inginkan."
Rin mengambil pena dan kertas lalu membawanya ke lelaki yang duduk diam mematung tanpa ekspresi di kursi roda.
Orang itu benar-benar seperti mayat hidup,matanya tidak berkedip,dia hanya diam dan sekarang tangannya perlahan dengan gemetar menulis sesuatu di kertas itu,tampak kesulitan.
Aku melihat air matanya mengalir ketika menulis di kertas itu.
"Sudah?" Rin mengambil kertas itu dan memberikannya padaku
Aku menerimanya "Apa ini?"
"Baca lah bodoh!udah punya mata masa gak bisa!" Lelaki kepang itu membentakku
"Krang!" Lelaki di kursi roda itu menjatuhkan katana dari tangannya
Lelaki kepang itu menundukkan kepalanya, "Maaf atas kelancanganku,Tuan..."
Rin tersenyum tipis "Dia Ran,dia Kakakku."
Aku terdiam dan melihat mereka bertiga dengan aneh "Siapa dia?kenapa 2 orang ini sangat tunduk kepadanya?" Tanyaku dalam hati
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream & Die
FanfictionGimana jika suatu impian itu menjadi kutukan yang mematikan? pilihan mana yang harus dibuat dan siapa yang harus di korbankan?Aku?Kamu?atau Kalian?? Penasaran?Yuk,kepoin :).