Seorang gadis duduk termenung di tepi jalan. Wajahnya tampak kusut akibat make-up yang berantakan tak karuan menghiasi wajahnya. Make-up yang seharusnya membuat ia tampil cantik itu hanya membuatnya seperti ondel-ondel. Lipstiknya belepotan kemana-mana, maskaranya meleleh jatuh ke telungkuk lesung pipinya. Ia menangis. Dan ia sadar bahwa ia sangat kacau karenanya.
"Hidupku sudah tak berarti lagi." ujar gadis itu sembari sesenggukkan. Kemudian gadis itu menghentakan kedua kakinya ke tanah. Amarah, kecewa dan sedihnya campur aduk menjadi satu.
"Kamu jahat dimas. Aku benci padamu! Brengsek kamu! Laki-laki macam apa kamu itu? Gak lebihnya kamu sama dengan binatang!" cacian demi cacian mengalir deras dari mulut kecil gadis itu. Ia tak menghiraukan pendapat orang-orang yang berlalu lalang dan mendapati dirinya memaki-maki seseorang yang bahkan tidak diketahui oleh mereka sedikit pun.
"Aku korbankan kuliahku demi kamu! Tapi apa yang ku dapat? Hanya 6 bulan kesenangan belaka bagimu! Sekarang kuliahku berantakan! Teman-teman menjauhiku! Mana janji kamu yang akan selalu setia menemaniku? Kamu penipu! Seharusnya aku mendengar kata-kata desy, ia benar tentangmu! Dari awal kamu memang hanya main-main denganku demi sebuah taruhan konyol itu! Sial sial sial! Bejat kamu dimas!" ia berteriak histreris. Gadis itu mungkin tidak sadar dengan apa yang dilakukannya. Ia hanya terus memaki sosok laki-laki yang bernama dimas itu.
"Kenapa eneng itu? Serem aink mah, meni kitu bahasa na. Teu di ayak we."
"He'uh, ieu budak nu geulish, tapi bahasa na kasar."
"Tong deket-deket hasan sama teteh itu!"
Itulah segelintir komentar orang-orang yang berlalu lalang. Tak sedikit dari mereka mencibir gadis itu. Kemudian dengan sedikit kesal gadis itu berdiri menghadap ke arah kerumunan tersebut.
"Kalian kalau tidak tahu masalahku, jangan ikut campur lah! Aku tidak mengerti bahasa kalian, tapi aku tahu kalian pasti mencibirku kan? Ayo ngaku!" ujar gadis itu geram. Kerumunan orang itu memandang sinis ke arahnya.
"Ye, situ tuh gelo! Nangis di dieu! Marah-marah ka orang teu jelas. Kumaha sih?" celetuk salah seorang dari mereka dan di ikuti dengan anggukkan dari beberapa orang dibelakangnya.
"Ngomong apa sih kamu?!" seru gadis itu tak kalah sengit. Ia tak terima begitu saja ada orang yang tidak tahu apa-apa tentang apa yang di alaminya tadi itu mencibirnya. Sampai kapan pun tak rela! Batin gadis itu.
"Eta awewe meni teu sopan!"
"Sok rame-rame kita kasih pelajaran aja na! Setuju bapak ibu?!"
"Setuju!!"
Kerumunan orang itu menjadi murka. Mereka serempak mengitari si gadis hingga membentuk lingkaran mengelilinginya.
"Mau apa kalian?!" serunya panik. Ia mengamati satu persatu dari mereka. Ia tahu betul kalau ada sesuatu yang tak baik akan terjadi padanya sebentar lagi.
"Ayo semua!"
"Iya.."
Dua-tiga orang lelaki memegang pundaknya dan mengunci pergelangan kedua tangannya kebelakang sehingga sang gadis pun tak bisa bergerak penuh. Lalu seorang wanita paruh baya menutup mulutnya dengan sapu tangan. Lalu enam-tujuh orang berikutnya bersiap untuk melakukan aksi selanjutnya namun...
Tiiiiiin tiiiiiiiiiin!!
Bunyi klakson panjang dari sebuah mobil mengagetkan mereka semua, tak terkecuali gadis malang tersebut. Semua mata menoleh ketika ada seseorang menyeruak keluar dari pintu mobil.
"Beraninya menyiksa seorang wanita! Apa kalian orang xxx (nama daerah disamarkan agar tidak menyinggung pihak manapun) tidak ada kerjaan apa? Benar-benar orang kampung!" ujar sinis sesosok laki-laki yang menampakkan dirinya sempurna keluar dari mobil. Semua tercengang menatapnya. Laki-laki itu berbeda. Ya berbeda. Karena ia bukanlah penduduk dari tempat ini. Semua tahu itu. Postur tubuhnya yang tegap dan menjulang tinggi lengkap dengan pakaian ber-stelan jas hitam dan berdasi. Kemudian matanya yang sipit namun terlihat mempesona. Kulitnya yang putih bersinar terang ditengah sinar matahari pagi serta gaya bicaranya walaupun fasih namun terdengar sangat berantakan membuat mereka semua yakin bahwa ia bukanlah penduduk indonesia apalagi penduduk asli desa xxx ini.
"Saha deieu ieu?!" tanya sewot salah seorang laki-laki dari kerumunan tadi. Matanya menatapi tiang jengkal sosok orang di depannya itu, mulai dari ujung rambut gondrong laki-laki itu sampai ujung sepatu hitam mengkilat pantofel yang menutupi kakinya.
"Hmm..dasar tak sopan! Siapa yang memperbolehkan mu melihatku seperti itu?" seru laki-laki bermata sipit tersebut seraya mengambil sebuah handphone dari saku jas nya dan kemudian menekan tombol-tombol angka dengan cepat. "Halo. Cepat kesini! Ada masalah yang harus segera kalian bereskan. Sekarang!" ia memutus sambungan telepon tadi dengan raut wajah kesal dan menaruh kembali handphone di saku jas nya.
"Hayang naon tah?" kerumunan orang tersebut menjadi panik kemudian di antara mereka mulai saling berkomentar tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Heh, kalian pergi sana atau..." teriakan yang nyaring tiba-tiba membuat terkejut semua orang yang hadir disitu, tak terkecuali gadis yang menangis tadi dan laki-laki bermata sipit.
"Hei, kau! Kerja tak becus! Malah mengagetkanku?! Cepat urus mereka semua!" perintah laki-laki bermata sipit tajam kepada beberapa satpam bertubuh kekar, yang kiranya berjumlah dua sampai tiga orang.
"Malah diam, cepat!"
"Ba..baik pak!"
###
Nb: aku membuat cerita lagi. Semoga kalian tak bosan dengan cerita tokoh utama prianya pasti selalu wajah asia timur. Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Jatuh Cinta Kepada Oppa Korea ku
Teen FictionMenikah dengan pria kaya raya adalah impian setiap kaum hawa. Apalagi jika wajahnya membuatmu ingin meneteskan air liur? Kang in young, seorang pengusaha muda berbakat dibidangnya sedang dilanda masalah hebat. Ia terancam dipecat sebagai anak oleh k...