Bab 2. Pelarian

1.4K 153 8
                                    

Brukkk

Tubuh Jeongwoo limbung ketika menabrak seseorang dan terjatuh dengan tidak estetik, kepalanya terpisah dengan kaki.

"Kamu siapa? Kenapa bisa ada di kamar saya?" suara berat orang di hadapannya membuat Jeongwoo membuka matanya dengan nafas yang terengah dan mendongak ke atas.

"Lo itu siapa?! Ngehalangin pelarian gue aja!" Jeongwoo berdiri dan menabrak bahu si penanya.

"Minggir! Gue buru - buru!" bentak Jeongwoo kemudian menuju ke arah pintu dan meraih knop pintu.

"Loh ini dimana?" Jeongwoo celingak celinguk kekiri dan kekanan kemudian kembali menutup pintu tersebut dan berbalik.

"Lo siapa? Ini dimana?" tanyanya pada sosok yang terlihat kesal menatapnya.

"Kamu itu sudah tidak sopan, malah balik nanya. Seharusnya kamu duluan yang jawab pertanyaan saya, bukannya kamu yang nanya balik." cerocos pemilik kamar tidak terima.

"Ya udah whatever kalo lo gak mau jawab, gak penting juga buat gue. Minggir lo, gue mau istirahat." Jeongwoo merebahkan tubuhnya yang masih mengenakan seragam sekolah ke atas kasur tanpa izin. Sementara sang pemilik kamar tidak bisa lagi menahan amarahnya. Dengan kasar dia menarik tangan Jeongwoo hingga terduduk.

"Kamu kotor!" Jeongwoo mendelik tidak suka.

"Apa-apaan bahasa lo? Gue gak kotor, gue cuma keringetan!" dalih Jeongwoo.

Pemuda tersebut duduk di depan Jeongwoo kemudian mengendus Jeongwoo, Jeongwoopun mau tak mau mengendus ketiak kanan dan kirinya.

"Aromamu aneh." Jeongwoo menaikkan sebelah alisnya tanda tak mengerti.

"Ini parfum gue masih nempel loh, gue gak bau sama sekali. Secara gue pake parfum mahal! Jangan asal ngomong deh lo. Gue gak terima lo ngatain parfum gue, parfum gue ini import tau! Bukannya parfum sepuluh ribuan!" cerocos Jeongwoo panjang lebar.

"Bukan itu yang saya maksud. Aroma kamu bukan berasal dari sini. Seharusnya kamu tidak boleh datang kemari. Cepatlah pulang sebelum ada yang mengetahui."

"Ogah, gue gak mau pulang. Gue masih mau disini. Nanti yang ada gue dipukulin lagi sama mama." Jeongwoo teringat akan apa yang baru saja terjadi dengan dirinya sebelum terdampar di kamar yang cukup asing.

"Mama?"

"Iya mama." Jeongwoo memperhatikan sekilas wajah pemuda di hadapannya.

"Mama itu sejenis apa? Apakah sejenis monster baru?" Jeongwoo kaget mendengar pertanyaan barusan.

"Lo beneran gak ngerti Mama itu apa?" pemuda dihadapan Jeongwoo kini hanya menggeleng.

"Mama itu sejenis ibu, bunda, mami, umi." Jelas Jeongwoo

"Oh ibunda."

"Ibu sama bunda, bukan ibunda."

"Ibunda."

"Ya,ya terserah lo aja. Gue capek." Jeongwoo kembali merebahkan tubuhnya, kemudian terduduk kembali. "Gue laper, lo ada makanan?"tanya Jeongwoo mengelus perutnya yang minta diisi.

"Ada, sebentar." Pemuda tersebut membuka laci nakasnya. "Saya cuma ada ini." Jeongwoo mendelik kaget dengan pemberian pemuda tersebut.

"Lo pikir gue setan? Gue gak makan ginian."

"Tapi ini enak. Kamu beneran gak mau coba?" pemuda tersebut mengambil isi dari bungkusan plastiknya dan memasukkan ke dalam mulutnya.

"Gue gak makan kembang! Gue maunya makan daging!"

"Daging? Tapi saya tidak punya." Pemuda tersebut mengedarkan pandangannya. "Tunggu sebentar." Jeongwoo kembali merebahkan tubuhnya.

"Bangun, saya punya daging. Ini yang kamu mau kan?" Dengan semangat Jeongwoo mendudukkan tubuhnya kembali.

"Mana dagingnya?"tanya Jeongwoo penasaran. Pemuda tersebut membuka tangannya yang sedari tadi menggenggam sesuatu.

"ARGGGHH."teriak Jeongwoo kaget. Pemuda yang berada dihadapannya ikut kaget dan segera membungkam mulut Jeongwoo.

"Hueekkkk. Awas! Tangan lo bau!" kesal Jeongwoo menarik kasar tangan yang membungkam mulutnya.

"Lo apa-apaan sih? Bleuuhh. Tangan lo bau azab megang gituan, watados lagi nyumpel mulut gue tanpa lo cuci tangan." Jeongwoo mendelik, heran dengan tingkah manusia satu ini.

"Kamu kan mau daging, sudah saya kasih malah teriak. Kalo ada yang dengar bagaimana?"

"Iya sih daging, tapi bukan cicak juga kaliii! Lo pikir gue manusia apaan? Emang lo selain makan kembang gak pernah makan daging apa?!"

"Saya pernah makan daging, tapi saya tidak terlalu suka."

"Emangnya lo makan daging apaan?"

"Semua daging saya makan."

"Jangan bilang lo juga makan daging manusia?" Jeongwoo bergidik ngeri.

"Ya, terkadang teman saya menyukainya. Tapi saya tidak terlalu suka." Keringat dingin Jeongwoo membasahi dahinya.

"Ini gue dimana sih? Manusia macam apa yang memakan daging manusia lainnya?"

Tok tok tok

"Haruto, kamu lagi sama siapa? Apa kamu dapat mangsa baru?" terdengar pertanyaan dari luar pintu. Seketika Haruto memandang Jeongwoo yang ketakutan.

"Mangsa? Tuhan Jeongwoo mau pulang aja. Gak papa deh mau dipukulin sama mama,mau seharian juga gak papa. Jeongwoo rela."

"Mangsa? Sepertinya menarik jika saya punya." Haruto tersenyum smirk, membuat ketakutan Jeongwoo bertambah berkali-kali lipat. Jeongwoo mengedarkan pandangannya.

"Lepas dari kandang harimau masuk kandang buaya. Tempat apa-apaan ini? Kamarnya juga aneh, kenapa gue baru sadar sekarang? Apa gue ada ditempat pemujaan setan?"

Jeongwoo meringis, kepalanya pusing. Ditambah lagi badannya yang lemas karena belum makan. Seketika Jeongwoo hilang kesadaran ketika Haruto menjentikkan jemarinya.

"Hmmm, mangsa ya?" Haruto tersenyum penuh arti ketika mendengar pertanyaan seseorang yang sudah pasti dia ketahui siapa orangnya tanpa perlu membuka pintu. 


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lanjut?

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang