Regret

1 1 0
                                    

                 Aku selalu yakin bahwa Ian itu tidak pernah salah dalam menilai apa pun, dia tau semuanya tentang diri ku. Lebih tau dari ayahku dan Fitri, bahkan dari diriku sendiri. Aku tidak sembarang menaruh percaya pada orang, dia tau tentang akar dari semua kerumitan dalam hidup ku, akar dari aku yang tidak bisa jujur pada perasaan ku sendiri, akar dari aku yang tidak bisa mencintai orang yang aku cintai. Semua berawal dari hari itu.

***

              Di dalam keluarga ku, aku tidak pernah kekurangan apa pun. Aku memiliki segalanya, kasih sayang dari ayah dan mama, apa pun yang aku inginkan dengan mudah aku dapatkan. Aku tidak memiliki saudara. Ayahku adalah orang yang hebat, dia bijaksana dan amat penyayang. Kami berdua suka bermain basket, katanya aku harus sering lompat agar cepat bertambah tinggi. Ayah bekerja di salah satu perusahhan swasta yang besar, karena jabatan ayah yang mumpuni dia sering keluar kota tapi itu tidak membuat ku kekurangan apa pun darinya. Aku sangat menyayanginya, dia panutanku waktu itu.

                 Mama, sampai saat ini belum ada perempuan yang memiliki karisma seperti dia. Wajahnya yang cantik, tutur katanya yang halus, sikapnya yang lemah lembut dan dia memiliki jiwa yang tangguh. Mama selau memasak apa pun yang aku suka, membacakan dogeng sebelum tidur dan karena itu kami punya hobi yang sama, membaca. Di tidak pernah marah pada siapa pun dan semua orang menyayanginya, terutama aku. Dia perempuan terhebat di dunia ini, sampai kapanpun.

                 Hari itu ayah pulang lebih cepat dari yang dia katakan pada ku di telfon, aku sangat senang. Kami bermain main basket sampai sore, mama membuat kue kesukaan aku dan ayah. Pada malam hari seperti biasa kami makan malam bersama sambil bercerita tentang hal-hal yang menyenangkan, setelah itu kami melanjutkannya di ruang keluarga, aku bertanya tentang pengalaman ayah mendaki gunung dua hari yang lalu sebelum dia pulang, walaupun aku sudah mendengarnya lewat telfon aku ingin mendengarnya lagi. Tentang dia yang hampir terjatuh karena jalan yang curam, tentang air terjun yang tersembunyi di balik tebing dan cerita tentang teman ayah yang kentut di dalam tenda. Aku sangat mengagumi ayah ku. Tapi yang aneh pada hari itu adalah mama lebih banyak diam, aku sempat bertanya apa dia sakit atau tidak enak badan tapi mama hanya menjawab dengan lembut dan senyum yang manis kalau dia baik-baik saja. Aku percaya, tentu saja. Malam itu ayah yang membacakan dongeng untuk ku, mama harus istirahat lebih cepat katanya. Setelah ayah melihat aku sudah tertidur, dia mengecup kening ku lalu keluar dengan menutup pintu.

               Satu-satunya hal yang tidak diketahui oleh kedua orang tua ku adalah aku selalu terjaga di tengah malam. Saat aku terbangun yang biasa aku lakukan adalah membaca buku atau belajar, tapi malam itu aku sangat haus dan sepertinya ayah lupa menaruh air di kamar ku. Aku membuka pintu kamar dengan sangat pelan lalu aku melangkah menuruni tangga. Baru sampai di anak tangga yang ke lima aku mendengar mama menjerit dan menangis. Aku mendengar mama berteriak pada ayah menanyakan salahnya dimana, apa selama ini ayah merasa kurang, apa selama ini dia tidak becus menjadi istri. Ayah menjawab tidak, katanya tidak ada yang salah. Tapi mama terus menangis, terus berteriak. Aku mendengar ayah terus mencoba menenangkan mama, tapi tidak ada yang berubah.

               Aku mencoba melangkah ke anak tangga selanjutnya, aku ingin melihat dan menanyakan ada apa sebenarnya, aku juga ingin mencoba menenagkan mama karena aku tidak pernah mendengarnya seperti ini.

               Tapi sebelum aku benar-benar menginjakkan kaki ku, aku mendengar ayah berteriak "CUKUP!!!". Aku terkejut sampai sulit menahan beban tubuh ku, nafas ku sesak, tubuh ku gemetar dan aku tidak tau harus bagaimana, tidak pernah aku dengar hal seperti ini dari kedua orang tua ku.

               Mama tidak lagi berteriak, aku mendengar Langkah ayah dan pintu rumah dibanting dan suara mobil ayah, dia pergi. Tangisan mama berubah jadi lirih, sangat lirih sampai siapa pun yang mendengarnya akan turut merasakan kesakitannya, kesedihannya dan kepedihan yang tengah dia hadapi. Aku menyesal sudah terjaga malam ini, haus ku hilang dan yang tersisa hanyalah rasa takut. Aku ingin menghampiri mama, bertanya ada apa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang