01. Senin

4 0 0
                                    

"Oh manusia berisik, bermulut satu dan bicaranya lantang, lidah tertutup gigi, tapi bagai terpampang."
Dere — Berisik

••••••

Bagi Nessa, masa depan yang cerah itu sebenarnya tidak ada.

Baginya, masa depan itu seperti ruangan tanpa cahaya. Gelap, sulit diterawang, dan sulit diperkirakan. Harus mengambil langkah yang super hati-hati agar tidak tersandung atau terjatuh ke dalam jurang yang lebih gelap lagi, jurang kegagalan.

Namun pada hakikatnya setiap manusia pasti punya rasa ingin tahu, setiap manusia pasti punya mimpi, jadi demi membayar rasa ingin tahu dan mewujudkan mimpi tersebut mau tidak mau harus berjalan di dalam kegelapan. Berjalan bersama harapan yang besar dan memikul ekspektasi mereka sendiri— oh, bahkan tidak sedikit dari mereka yang juga memikul ekspektasi semesta.

"Dia kan anak pinter, pasti pr-nya bener semua, liat punya dia aja."

Selain jurang kegagalan, ada juga ancaman-ancaman lainnya.

"Nes, mtk wajib ada pr kan ya? Liat punya lo dong."

Ancaman yang bisa membuat persen keberhasilanmu terbagi dengan orang lain.

"Liat sama yang lain aja, Ri."

"Ah lo mah gitu!"

Kita memang harus tegas dengan pencuri.

"Liat aja nanti kalok ada kerja kelompok!"

Tetapi setiap pencuri memang kerap tidak tahu diri.

Clara selalu bilang padanya untuk tidak apa-apa berkata tidak. Karena kata tidak adalah kata umum yang semua orang bisa pakai. Nessa tidak harus membayar mahal demi berkata tidak. Itu gratis.

Berkata tidak memang melegakan, tetapi kita harus menanggung konsekuensi setelah berkata demikian.

"Baiklah anak-anak, untuk tugas halaman 51, Ibu bebaskan kalian untuk memilih kelompok sendiri. Diskusikan tema yang akan kalian ambil, lalu Minggu depan kumpul. Ibu izin ke kamar mandi sebentar ya, jangan ribut! Suara kalian ini sering kali terdengar sampai ke kantor guru."

Dan begitulah awal dari kesialan Nessa di hari Senin.

Yah, penyesalan memang selalu datang di akhir.

Begitu siluet Bu Indah tidak lagi terlihat karena di telan jarak, kelas langsung riuh, menghiraukan kalimat terakhir yang sang guru ucapkan barusan. Mereka lekas memilih kelompok. Berkumpul dengan lingkaran pertemanan mereka masing-masing. Menyeret kursi mereka dari meja satu ke meja lain. Berkumpul.

Sedangkan Nessa, tak berkutik. Pergerakan mereka terlalu cepat dan ramai, membuat sesuatu dalam dirinya bergejolak, menggetarkan nyaris seluruh tubuhnya, terutama pada bagian jantung.

Di tengah-tengah keramaian anak-anak kelas lain yang sedang membicarakan tema tugas, Nessa masih ada di tempatnya, ditemani diam, dan suatu getaran yang menganggu. Getaran yang membuat tangannya dingin dan berkeringat, dan detak jantungnya menjadi dua kali lebih cepat.

"Nessa."

Suara itu lebih terdengar seperti gema di telinga Nessa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mahesa & CinderellanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang