••✦[6 - Bad Mood]✦••
happy reading!
vote + komen + share [✓]
***
"Buka mulut, aaa."
"Aaaa."
Vallerie memakan suapan nasi dari Zavier, mengunyahnya pelan seraya tersenyum senang.
Ia memperhatikan cowok blasteran itu yang menyuapinya makan dengan telaten tanpa mengeluh. Kalau dilihat-lihat sekarang, kesan Zavier jadi lebih baik daripada sebelummya. Namun, kenangan buruk di masa lalu masih menyangkut di hati Vallerie dan masih belum menghilang.
Tanpa sadar Vallerie cemberut, membuang muka ke arah lain, enggan bertatapan dengan mata cokelat terang Zavier. "Kenyang," beritahunya singkat.
Zavier menaikkan sebelah alisnya. "Kenyang? Baru dua suap, Valley." Vallerie diam tak menanggapi, alhasil membuat cowok itu mendekat, satu tangannya menarik dagu cewek itu hingga mata mereka berpandangan. "Lo kenapa? Tadi seneng sekarang lesu begini."
"Ih, lepas." Vallerie berusaha menyingkirkan jari-jari panjang Zavier yang memegang dagunya, tapi usahanya sia-sia karena si pelaku sama sekali tak berkutik. "Lepasin ngga?!"
"I can't." Lalu Zavier tersenyum miring, mata elangnya menyoroti lekuk wajah Vallerie. "Gue nggak suka lo main rahasia-rahasiaan dari gue."
"Bodo amat," balas Vallerie sewot.
Zavier berdecak. Baru beberapa saat lalu ia senang karena cewek itu bersikap manja padanya, namun sekarang cewek itu sudah terang-terangan menyolot seperti biasanya.
"Valley."
"Apa?!"
Baru hendak menginterupsi, Zavier dikejutkan dengan mata hitam teduh Vallerie yang berkaca-kaca. "Valley? Hei, kenapa?" tanyanya lembut, mengusap butiran air mata yang mulai turun di pipi Vallerie.
"Hiks, Zavier!!"
Alih-alih menjawab, tanpa diduga Vallerie terisak dan memeluk Zavier erat, menyembunyikan wajahnya di dada bidang cowok itu.
"Jangan pergi, jangan tinggalin Valley lagi...!"
Zavier yang kaget tak mampu berkata-kata, ia hanya balas memeluk dan mengusap rambut Vallerie pelan. Pikirannya berusaha keras mencerna situasi, menebak-nebak perbuatan buruk apa saja yang pernah dilakukannya dulu.
"Lo selingkuhin gue."
Ucapan Vallerie saat di rumah sakit segera melintas di kepalanya. Zavier mengepalkan tangannya erat.
B*rengsek!
Sambil menenangkan Vallerie yang masih terisak, Zavier mengusap pipi gadis itu pelan seraya memanggil, "Valley, liat gue."
Masih sesenggukan, Vallerie menengadah, bertatap muka dengan Zavier yang menatapnya penuh kasih.
"Gue ngga akan pergi ninggalin lo, apa pun yang terjadi. Gue juga akan selalu ada di sisi lo, suka atau ngga gue bakal ada di samping lo. Harusnya gue yang bilang, lo jangan pergi ninggalin gue. Janji?"
Vallerie mengangguk kecil. Dengan mata hitamnya yang berair serta hidungnya yang memerah, ia bertanya polos, "Kalo Valley meninggal gimana? Artinya Valley pergi, dong."
Zavier terkekeh. Ia semakin mendekat, memiringkan wajahnya dan berbisik di telinga gadis itu, "Kalo itu terjadi, gue bakal ikut lo pergi," ucapnya disertai senyuman.
Vallerie memandang Zavier tidak suka. Ia pun mengulurkan jari kelingkingnya. "Nggak boleh. Kalo Valley meninggal, Zav ngga boleh ikut. Janji?"
"Gue nggak bisa janji." Zavier diam sejenak, memperhatikan ekspresi Vallerie yang mulai cemberut. Ia terkekeh kecil, merasa gemas. Sedetik kemudian tawa kecilnya sirna, menatap sendu mata hitam teduh itu. "Valley, kalo lo pergi, gue sama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(HIATUS) My Dangerous Boy
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) --- Saat Vallerie tahu kalau pacarnya selingkuh dengan sahabatnya, dia langsung bilang putus saat itu juga dan pindah sekolah setelah mempermalukan mereka berdua habis-habisan. Baru seminggu dia di sekolah baru, tiba-tiba...