Prolog

133 116 65
                                    

Happy Reading!!

Raga mengangkat kameranya sejajar dengan mata. Memerhatikan objek dari balik lensa dengan mata sebelah kananya. Memiliki profesi sebagai jurnalis memaksanya untuk selalu membawa benda itu kemana-mana. Ini sudah pukul empat pagi dan ia masih ingin memotret kehidupan malam. Sebut saja gelandangan yang tidur di emperan, anak-anak muda yang teler karena mabuk, atau mungkin wanita-wanita yang bisa 'dibeli' di pinggir trotoar dengan harga murah. Saat ia akan memotret lagi, tiba-tiba seseorang menabrak tubuhnya hingga membuat kameranya terjatuh. Raga berbalik dan menemukan seorang perempuan mabuk yang sedang terhuyung. Ia yang tadinya hendak marah langsung mengurungkan niat. Siapa pun yang meladeni orang mabuk sudah pasti tidak waras, begitu yang dipikirkannya.

Raga memungut kameranya dan perempuan itu menabraknya lagi. "Hei, ada apa denganmu?" Tanya Raga setengah membentak.

Yang ditanya hanya tertawa tanpa maksud jelas. Ia menggoyang-goyangkan tas kecil yang dipeganginya dan memandang pria di hadapannya dengan pandangan berkunang. "Kau yang ada apa? Aku tidak pernah cari masalah denganmu! Kau yang membawaku ke sini!" Balasnya ngawur.

Raga mengerutkan kening tak mengerti. Orang ini pasti mabuk berat, pikirnya.
"Apa kamu bisa pulang sendiri?" Tanya Raga simpati. Ia tak tega juga meninggalkan wanita mabuk sendirian di tengah jalan.

Wanita tadi mengangguk-angguk dan menggoyangkan tasnya lagi. "Aku akan datang lagi. Aku harus datang ke sana!" Lalu ia tertawa keras tanpa menjawab tanya Raga. Dia masih menggoyangkan tasnya saat semua isi dalam benda kecil itu berhamburan keluar.

Melihat hal itu, Raga langsung mendecak. "Ya ampun, kamu menjatuhkan barang-barangmu!" Serunya tertahan.

Wanita itu berhenti tertawa. "Benarkah?" Tanyanya lalu tertawa lagi.

Untung saja dia langsung berjongkok dan memunguti semua barang-barangnya. "Terima kasih. Tuan!" Katanya setelah selesai dan berlalu dari situ dengan langkah tak beraturan, masih dengan tawa yang sesekali terdengar. Kali ini, Raga tak ingin mencegahnya.

Raga geleng-geleng kepala sambil terus memandangi tubuh yang jatuh bangun itu dengan wajah simpati. Alkohol memang sering membuat orang-orang lupa diri.

Saat akan melangkah, matanya menagkap sebuah kertas di dekat ujung sepatunya. Awalnya, Raga ingin mengabaikan benda kotor itu, tapi kemudian ia melihat ada bercak darah di sekitar kertas itu, dan ia memungutnya.

__________________

Kalau aku bisa memilih antara hidup atau mati, mungkin sebaiknya mati yang harus kupilih. Kamu tahu kenapa? Itu karena aku tak punya harga diri lagi. Perempuan tanpa kehormatan sama sekali tak ada artinya. Tapi kalau aku mati, siapa yang akan bertanggung jawab atas keluargaku? Aku bakal meninggalkan ayah dan adikku. Aku tak akan membiarkan adikku yang masih kecil itu menggantikanku. Cukup aku saja yang yang harus mengalami semua ini.

Aku harus bisa bertahan untuk tidak bunuh diri. Ya, walaupun keinginan itu muncul setiap hari, tapi harus coba melupakannya sebelum hasrat itu semakin kuat mengungkungku. Aku harus bertahan dalam setuasi apa pun. Aku tidak boleh menyerah! Walau setiap waktu aku mengikis nadiku, tak akan membuat nyawaku hilang. Ya, walau aku merasakan sakit, tapi setidaknya, rasa sakit itu menhadarkanku kalau ini bukanlah mimpi. AKU HARUS TETAP HIDUP.... bahkan untuk realita yang menyedihkan!".

____________________

Raga melipat kertas itu dengan perasaan hampa. Ini seperti tidak ditulis oleh wanita yang kelihatan urakan tadi. Jauh sekali dari penampilannya yang glamor. Raga masih tercenung seraya mengusap bercak darah yang mulai kering itu dengan tangan bergetar. Dan, walau setiap waktu aku selalu mengikis nadiku, ini tak akan membuat nyawaku hilang. Kalimat itu mulai menghantui Raga.

Pria itu lalu berlari cepat menyusul wanita tadi. "Nona! Nona!" Panggilnya heboh seraya melambai-lambaikan kertas itu, namun tak menemukan wanita itu di mana-mana.

Tiba-tiba saja, entah mengapa, ia merasa begitu peduli.

Raga merasa ingin menjaga dan melindungi wanita itu.

------

Terima kasih yang sudah membaca cerita ini, dan gue harap kalian menyukai cerita karangan yang gue buat dari otak gue sendiri. Maaf in kalo ada salah dalam penulisan karena di sini gue masih belajar dalam menulis, dan kalo ada kesamaan dari tokoh, karakter serta cerita gue mohon maaf sebesar-besarnya.. karena itu semua tanpa sengajaan yang gue buat.

Jangan lupa tinggalkan Vote serta komen jika kalian menyukai cerita ini, dan gue harap kalian selalu menunggu cerita ini up, dan gue bakalan up jika ada waktu senggang jadi bisa kapan saja....

Thankyu gessss

05 Agustus 2022

Revaline AralineWhere stories live. Discover now