DENGAN langkah perlahan menginjak aspal sesekali jemari juga telapak kakiku terkena bebatuan kecil, membuatku meringis sakit. Berjalan tanpa menggunakan sepatu itu menyebalkan!
Akibat sepatuku yang robek, membuat ku harus berjalan tanpa menggunakan alas apapun.
Sembari berjalan, netraku tak pernah lepas dari sekeliling. Banyak orang tengah sibuk berlalu-lalang yang melewati jalan sekitar sini. Ah, sepertinya aku pulang sekolah terlalu sore, bahkan ini sudah hampir menjelang senja.
Kaki ku pegal, sungguh. Aku ingin beristirahat sejenak.
Seketika pandanganku teralihkan saat melihat sebuah pondok kecil yang tak jauh dari sini. Aku memutuskan pergi kesana, untuk beristirahat dari perjalanan yang melelahkan ini.
Saat sampai, aku mendudukkan bokong ku dipondok itu, sembari menaruh tasku.
"Sepatu sialan! Kau membuatku harus berjalan tanpa menggunakan apapun! " Gerutuku pada sepatu milikku kemudian aku menendangnya.
Aku mengusap wajahku yang dipenuhi oleh peluh. Kemudian menghela nafas kasar.
"Hari yang melelahkan, seperti biasanya. " Gumamku kemudian mendongak memandang langit-langit.
Swastamita kian membentang menampakkan baswara yang begitu indah bahkan bisa mengalahkan arunika. Hembusan angin pun menerpa membuat helaian suraiku bergoyang.
Sudut bibirku terbentuk sebuah lengkungan garis. Netra ku tak pernah lepas dari langit senja hari ini, begitu indah dan mempesona.
"Senja itu indah, ya? " ucapku ntah pada siapa.
"Benar, tak bisa dipungkiri lagi. Cahaya nya pun begitu menenangkan. "
Atensi ku seketika teralihkan saat mendengar suara lembut memasuki indra pendengaranku. Aku menoleh, dan betapa terkejutnya aku, mendapati seorang lelaki manis berambut hitam dengan setelan hoodie bewarna abu-abu. Tapi tak bisa dipungkiri wajahnya begitu tampan juga manis.
"Astaga, " Refleks aku memegang dadaku karna saking terkejutnya.
"Ah, maaf. Aku menggagetkanmu, ya? " ujarnya sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Dengan cepat aku menggeleng kecil.
"Ti-tidak juga. "
"Maaf, ya. Aku seperti arwah yang muncul tiba-tiba, aku hanya ingin menumpang duduk disini. " Ucapnya sembari tersenyum tipis. Manis sekali!
"Hm, iya tak apa, jika ingin duduk silahkan. Ini kan tempat umum. "
"Kau sedang apa disini? "
"Beristirahat sejenak. "
"Ah, begitu .. "
"Ituu ... Sepatumu? " Tanya nya lagi sembari menunjuk sepatuku yang tergeletak ditanah. Aku tersenyum kecil, gadis ini sangat pintar berceloteh, ya? Haha.
"Umm ah, iya. Itu sepatuku. " Sahutku sedikit gugup.
"Kenapa tidak dipakai, hum? "
"Sepatuku robek, sudah tidak bisa dipakai kembali. " Balas ku dengan wajah sedikit sendu.
"Lalu kau menggunakan apa saat berjalan kesini, tadi? "
"Tidak ada. "
"Sebentar, " Aku meliriknya yang tengah sibuk membuka ransel miliknya.
"Pakai ini. " Titahnya padaku, sembari memberikan sebuah sandal berukuran sedang bewarna hitam.
Aku mengerutkan alis, lantas menjawab,
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala [soojun] ✓
FanfictionSenja menyadarkanku bahwa yang manis hanya berada diawal saja. (oneshoot) ____ ©2023, Hiro_sann