DUA💉

266 37 5
                                    

Dimata manusia, menjadi Dokter adalah profesi yang sangat keren bgaikan super herro yang mampu menyelamatkan nyawa seseorang, setelah sudah berhasil menyandang status sebagai Dokter mereka akan bilang 'Wah enak ya udah jadi Dokter, pasti gajinya besar'.

Namun dimata Jia menjadi Dokter itu layaknya menjadi manusia biasa kuwajiban kita sebagai sesama manusia yang harus saling menolong, bedanya gaji besar itu adalah nilai plus nya. Semua profesi ada prosesnya masing-masing, jika dijabarkan menjadi Dokter banyak minusnya yang artinya banyak kesulitannya dan Jia mengakui itu.

Tapi Jianna bersyukur ia sampai dititik saat ini, bekerja menjadi Dokter karena ada sesuatu misi yang ia pikirkan sedari ia SMA namun belum terpenuhi, misinya yaitu membangun rumah sakit untuk orang-orang yang tidak mampu untuk berobat dirumah sakit besar. Terkadang Jia merasa sedih karena bagaimanapun juga orang kecil yang dari desa sekalipun mereka juga harus mendapat keadilan yang layak, Jia juga merasa jengkel walaupun orang yang ingin berobat itu sudah mempunyai BPJS dokter-dokter lain terlihat lambat dalam menanganinya.

"Maaf Dokter Jia bangun, pasien yang kemarin sudah siuman" ucap Maya menepuk pundak Jianna.

Jianna yang tertidur itu terusik, ia membuka matanya perlahan lalu terduduk menegapkan badannya. "Ada apa May?" ucapnya dengan suara seraknya.

"Pasien yang kemarin sudah sadar Dok" ucap Maya.

"Oh udah siuman, yasudah nanti saya kesana untuk mengecek, saya mau cuci muka dulu"

Maya mengangguk. "Baik Dok"

Jujur Maya terkadang tidak enak membangunkan acara tidur Jianna yang bisa dibilang minim jam tidur, bahkan tadi Jianna baru tidur 2 lantaran sepanjang malam gadis itu yang selalu terjaga, tapi bagaimana lagi salah satu beratnya menjadi Dokter ya gini.

Yang Maya salut dari rekan kerjanya itu, Jianna tak pernah mengeluh atapun sebagainya.

***

Seorang laki-laki tampan dengan baju pasien tengah berbaring dan terdiam, entah apa yang ia fikirkan membuat rekan satu grupnya itu menepuk lengan cowok itu.

"Jangan diam terus Jaem, kau menakutkan ketika banyak diam" ujar Haechan.

"Apakah ada yang menganggu fikiranmu?" tanya Renjun.

"Ya" jawab Jaemin.

"Aku hanya memikirkan konser kita yang gagal karena ku"

"Syukur-syukur kau tidak koma Jaem, kau membuat jantung kita berenam seperti meledak kemarin" ujar Renjun mendengus tak suka ketika Jaemin berbicara seperti itu.

Haechan menghela nafas. "Tidak usah memikirkan hal yang membuatmu menyalahkan dirimu sendiri, kau ini kebiasaan"

"Tapi ini acara kita pertama setelah satu dua tahun lamanya ada pandemi Chan" ujar Jaemin.

"Begini ya Na Jaeman tolong lubang kupingmu itu dibuka selebar-lebarnya. Ini bukan kesalahanmu ini kecelakaan yang tidak bisa diprediksi dan Sijeuni pasti faham hal ini dan mungkin mereka banyak khawatir dengan keadaanmu" ucap Haechan.

Renjun mengangguk setuju. "Iya aku lihat diluar rumah sakit para Sijeuni dan beberapa wartawan terlihat menunggu kabarmu"

"Aku hanya takut jika punggungku semakin parah" ucap Jaemin.

"Kau tak perlu mengkhawatirkannya kau pasti bisa sembuh" ucap Renjun cepat.

"Mangernim memberitahuku jika Dokter disini sangat hebat jadi jangan patah semangat, jikalaupun kau disuruh rehat sampai kau sembuh bukankah itu kesempatan yang bagus buat healing?" hibur Haechan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Boyfried IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang