Prolog

321 65 3
                                    

Hari ini langit terlihat begitu mendung, angin bertiup begitu kencang namun hal itu tak membuat para rakyat dan para bangsawan gentar untuk melanjutkan hukum gantung salah satu anak Marquess yang berpengaruh di emperior Athemia.

Roseanne Mary Rodriguez anak dari pasangan Rodriguez yaitu Jonathan Robert Rodriguez dan Victorie Mary Rodriguez. Kedua orang tuanya adalah orang yang cukup berpengaruh baik dibidang politik, ekonomi maupun militer.

Namun karena perkara cintanya yang tak terbalas kini gadis itu harus berakhir dengan hukuman gantung didepan para rakyat dan para bangsawan dengan tuduhan bahwa Roseanne telah meracuni Juliette Anneth de Louvain, perempuan yang kini menjabat sebagai tunangan dari mantan tunangannya yaitu Jayden Arthur de Gorge.

"Untuk terakhir kalinya apakah ada yang ingin anda sampaikan nona Juliette?" Tanya hakim.

"Apakah aku boleh mendekatinya?" Tanya gadis itu kepada sang hakim, mendengar hal itu hakim lantas menganggukan kepalanya.

Gadis itu langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju tempat dimana Roseanne digantung, gadis itu segera naik kepijakan dimana Roseanne berdiri dan mulai menatap gadis itu dengan senyuman manis, berbanding terbalik dengan Roseanne yang kini tengah menatapnya dengan tatapan bengis.

"Long time no see Lady Roseanne Mary Rodriguez. Ah, aku lupa kau sudah tidak menyadang nama Rodriguez lagi ya? Sangat menyedihkan. Pertama-tama dicampakan oleh tunanganmu, lalu oleh keluargamu, dan sekarang? Kau dipermalukan didepan umum dan dianggap sebagai dalang dibalik pembunuhan berencana terhadapku" ucap Juliette kepada Roseanne yang kini tengah menatap kearahnya dengan tajam.

Gadis itu mendekatkan diri kepada Roseanne, lalu gadis itu membisikan kata-kata yang membuat raut wajah Roseanne memerah dan hal itu membuat Roseanne tak segan-segan mendorong gadis yang berada disebelahnya hingga Juliette hampir terjatuh jika tidak ada kstaria yang mendampinginya.

"SIALAN! SINI KAU KETURUNAN VISCOUNT RENDAHAN"
"BAJINGAN! SAMPAI KAPANPUN AKU TAKKAN MEMBUAT HIDUPMU TENANG. DASAR LICIK" teriak Roseanne saat gadis dengan gaun hitam itu berjalan menjauh.

"Sudah cukup Yang Mulia Hakim" ucap Juliette saat sudah duduk kembali dikursinya.

"Kalau begitu pasung dia" ucap sang hakim.

Dengan demikian sang ksatria mengencangkan talinya hingga membuat Roseanne tercekik, wajahnya memucat namun hal itu tak membuat raut angkuhnya berubah. Dan tak lama sang ksatria memindahkan balok yang menjadi pijakan Roseanne. Wajah gadis itu memucat, matanya melirik kearah kanan dan kiri berusaha mencari pertolongan. Hingga akhirnya gadis itu tewas dengan kata-kata Juliette yang terus terngiang-ngiang dikepalanya.

"Aku sangat berterima kasih kepada sifat burukmu, karena hal itu mereka tidak curiga bahwa akulah yang meracuni diriku sendiri"

"Sialan, aku bersumpah aku akan membalaskan dendamku, bahkan dikehidupan selanjutnya. Aku percaya dewi Themis mendengarkan doaku" gumamnya.

***

Roseanne POV

"Nona Roseanne bangun" Gelap, itulah yang pertama kali aku rasakan namun samar-samar dapat kudengar suara pelayanku. Apakah aku berhalusinasi? Mana mungkin Alice ada disini, akukan sudah mati.

"Nona sebentar lagi waktunya sarapan" Kenapa suara Alice terasa sangat nyata? Kenapa aku dapat merasakan tangan seseorang menggoyangkan lenganku.

Perlahan aku membuka mata, jelas aku kenal dengan tempat ini. Benar, ini langit-langit kamarku dan Alice disebelahku yang kini menatapku dengan senyuman manisnya.

"Selamat pagi Nona" ucap Alice dengan senyuman manisnya. Aneh, apakah ini kilasan hidupku? Apakah ini waktunya untuk memperhitungkan semua dosa-dosaku didunia?

"Alice bukankah aku sudah mati? Kau sedang apa disini?"

"Nona mengigau ya? Atau mungkin bermimpi buruk?" Ucap gadis itu sambik tertawa melihat raut wajah bingungku.

"Alice aku tidak becanda, aku baru saja dihukum gantung karena dituduh meracuni tunangan Jayden" ucapku pada Alice, lagi-lagi Alice tertawa saat mendengar pernyataanku.

"Nona benar-benar mengigau, mana mungkin nona dihukum gantung karena meracuni diri sendiri" ucap Alice padaku.

"Apa maksudmu? Aku dan Jayden—"

"Iya, nonakan tunangan Tuan Jayden, nona dan Tuan Jayden akan bertunangan saat nona berumur 17 tahun dan itu 2 hari dari sekarang. Iya, aku paham nona" ucap Alice yang lagi-lagi membuatku merasa bingung.

"Alice sekarang tanggal berapa?"
"Tanggal 9 Februari nona" ucap Alice dan hal itu membuatku berdecak kesal.

"Aku tau itu, maksudku tahun berapa?"
"1864, nona tidak apa-apakan? Apakah nona sakit? Apa perlu nona sarapan dikamar saja?" Tanya Alice yang terlihat khawatir.

"Ah, aku tidak apa-apa. Mungkin karena mimpi burukku aku jadi bingung" ucapku pada Alice.

"Baiklah, kalau begitu aku akan menyiapkan pakaian untuk nona" ucap Alice lalu melangkah pergi meninggalkanku.

1864 ya? Berarti aku kembali ke 2 tahun sebelum hari kematianku. Aku akan melewati umur ke 17 untuk kedua kalinya.

'Kau aku berikan kesempatan kedua, gunakan hidupmu dengan baik. Cari keadilan untuk dirimu sendiri'

"Alice apa itu kau?" Ucapku saat mendengar suara samar-samar ditelingaku, namun tak ada jawaban dari Alice.

"Ini semua pasti berkat dewi Themis, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang Ia kasih. akanku pastikan aku akan menang kali ini. Tunggu pembalasanku Juliette Anneth de Louvain"

***

*Athemia adalah sebuah kerajaan yang berada diswiss, disana para bangsawan dan para Rakyat memuja dewi Themis. Mereka percaya dewi denga  timbangan ditangannya dan mata yang ditutup itu akan memberikan kesempatan hidup kepada mereka yang dicurangi dan membalas perbuatan jahat para manusia licik. Dewi ini digambarkan sebagai lambang keadilan dan juga hukum.

The TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang