Saat Ghastan kecil, dia sama sekali belum mengerti apa yang sedang orang-orang dewasa itu lakukan. Saling membentak satu sama lain—tak sekali dua kali mereka menyebut namanya.
"Aku nggak mau ngurus anak itu lagi, Dana!"
"Terus sekarang mau kamu gimana?!"
"Ya, suruh aja istri kamu yang ngurus Ghastan!"
"Prisa, kamu gila?! Dia anak kamu!"
"Ghastan juga anak kamu, Gardana!"
Sebelumnya, Ghastan mengaku tidak kenal dan tidak tahu siapa laki-laki itu. Dia datang ke rumah dan langsung bertengkar dengan ibunya. Namun, setelah mendengar apa yang baru saja ibunya katakan, di usia 5 tahun, dia akhirnya tahu siapa laki-laki itu. Dia adalah Gardana, ayah kandungnya.
Di balik pintu kamar yang terbuka sedikit, Ghastan mengintip dengan perasaan senang. Dia berpikir setelah ini orang-orang tidak akan mengejeknya lagi.
Orang-orang di luar sana sering mengatainya anak tanpa ayah. Nyatanya, sekarang Ghastan tahu siapa ayah kandungnya.
"Nggak! Aku nggak sudi ngurus anak dari perempuan gila seperti kamu!"
"Kamu pikir, aku sudi? Darah kamu ngalir ke dia, kalo kamu lupa! Tanggung jawab, Dan! Dia lahir juga karena ulah kamu!" Gardana menjambak rambutnya dan langsung pergi begitu saja.
Dengan wajah sedih, Ghastan membuka pintu kamar lebar-lebar, menghampiri Prisa yang kini sudah duduk di atas soffa sambil memijat pelipisnya.
Gardana pergi tanpa bertemu dengan Ghastan. Padahal, putranya itu selalu menantikan bermain bersama seorang ayah, seperti teman-temannya yang lain. "Mama. Itu, Papa Atan?" tanya Ghastan polos.
"Iya, itu Papa kamu!" balas Prisa dengan nada membentak. "Udah sana keluar! Main sama temen-temen kamu. Mama pusing ngadepin Papa kamu yang nggak mau tanggung jawab!" lanjutnya. Tubuh anak kecil itu sedikit terhuyung saat Prisa mendorongnya.
Keesokan harinya, Ghastan kembali senang karena ayahnya kembali datang. Kali ini, Gardana tidak datang diri seperti kemarin. Di belakangnya ada seorang anak laki-laki terlihat jauh lebih tua dari Ghastan.
Jelas hal itu, membuat senyum Ghastan seketika luntur. Anak itu menghampiri Ghastan, dan mengaku bahwa dia adalah kakaknya.
Untuk waktu yang cukup lama, mereka berdua menghabiskan waktu bermain di depan rumah. Sampai di mana mata Ghastan teralihkan, Prisa dan Gardana keluar membawa sebuah koper dan juga tas yang biasa Ghastan pakai.
Mereka memanggil Ghastan dan anak kecil itu,"Ghastan. Kamu ikut Papa ke rumah baru, tinggal bareng Kak Shaka. Di sana rumahnya jauh lebih besar dari rumah ini dan kamu bisa main sepuasnya," jelas Prisa.
Mendengar hal itu, Ghastan yang belum mengerti maksud dari ucapan Prisa, dengan polosnya berjingkrak heboh, merasa senang. Rumah yang Ghastan tinggali bersama Prisa hanyalah sebuah kontrakan kecil. Maka dari itu, Ghastan kecil antusias sekali mendengar rumah yang akan mereka tempati nanti jauh besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and volley smash [Hiatus]
Teen FictionGhastan Nevalion terlahir dari rahim seorang wanita penghibur. Sejak usia 5 tahun, dia dibesarkan oleh istri sah ayahnya. Hari-harinya di rumah itu selalu suram. Semua orang disana membencinya. Terutama ayahnya sendiri. Ketika keluar rumah, dia bisa...