KG - 1

4 2 0
                                    

"5 menit gak siap, gua tinggal."

Adalah kalimat terakhir dari Renjun membuat Kaia dengan cepat mengisi hp dan buku-bukunya ke dalam ransel miliknya. Tak lupa memakai sepatu yang talinya diikat dengan asal- tak apa, yang penting cepat selesai. pikirnya.

Perlu diketahui, hal yang paling dibenci Renjun ketika semester baru dimulai adalah terlambat. Sebenarnya bukan cuma saat semester baru dimulai aja, setiap hari pun lelaki bermarga Huang itu benci kata terlambat. Membuat Kaia sulit mengimbangi pola hidup disiplin sahabatnya itu. Sebab, Kaia sama seperti remaja jompo pada umumnya- magerrr dan lambat.

"Lama." gerutu Renjun namun tak digubris Kaia, gadis itu langsung menaiki motornya.

"Pegangan. Kalo jatoh gua gak tanggung jawab." lanjut Renjun.

"Iye." jawab Kaia seadanya. Sungguh, ia sangat mengantuk hari ini. Mengingat semalam ia membaca AU favoritnya sampai jam 2 dini hari.

Kegiatan yang sangat bermanfaat untuk dirinya yang baru akan masuk di hari pertama semester yang baru.

"Jangan nyender woi, lu berat."

"Bentar doang elah, ngantuk banget gue nih."

"Megang pundak aja sambil merem."

"Jangan ngadi-ngadi lo anak Samsudin, kalo gue jatoh gimana?"

"Sialan, nama bapak gua Samuel bukan Samsudin."

"Sama aja."

Kira-kira itulah yang menjadi percakapan absurd diantara keduanya selama perjalanan ke kampus. Terkesan absurd dan sering berakhir dengan adu mulut satu sama lain. Yang satunya nyolot, yang satunya tak mau kalah. Benar-benar klop.

Sesampainya, Kaia belum melepaskan pelukannya dari Renjun. Gadis itu ternyata ketiduran. Renjun mau tak mau melepas paksa tangan Kaia lalu menyentil dahi gadis itu sampai ia terkejut dan terbangun.

"Lo gila?!"

"Lu yang gila. Bisa-bisanya ketiduran, jaket gua penuh iler lu nih."

"Enak aja." protes Kaia tak terima, padahal memang ada bekas ilernya di jaket Renjun. Kaia menahan tawanya.

Renjun yang tampak kesal pun meninggalkan Kaia yang meneriaki namanya dari belakang, menyuruh lelaki itu untuk menunggunya.

"Gak! Inget perjanjian kita!"

Satu kalimat dari Renjun sukses membuat langkah Kaia terhenti. Benar, ia lupa dengan perjanjian keduanya. Maka ia pun beralih ke jalan yang lain menuju ke kelasnya.

Kucing Garong | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang