🕳S-18🕳

13.1K 2.4K 171
                                    

Sama ini aku udah up 5 kali loh, kalau cepat penuh lagi nanti aku up lagi hehehehhee.

200 vote dan 70 komen gasss

LET'S READING

Karena mereka tak akan mampir ke kota, mereka melanjutkan perjalanan setelah berhasil menyebrangi sungai.

Mereka harus melewati hutan dari ras beruang untuk sampai di kota ras beruang, kata Arthair ras beruang sangat amat kaya raya.

Rumah warganya mewah dan besar, tentu saja namanya beruang, ber+uang dimana uang atau alat transaksi mereka banyak.

Terlebih Ras beruang menjadi pusat penjualan gandum dan beras untuk para ras lainnya.

Jadi tak heran jika Ras beruang begitu disegani banyak ras, dan ras beruang sangat sering dikunjungi ras lainnya.

Jadi kota mereka sangat amat ramai dan jarang sepi.

Mereka hanya perlu 1 hari untuk melewati hutan, sebab kota beruang begitu besar sehingga mereka memangkas hutan untuk memperluas kota mereka.

Serena menggendong elang Seager dengan hati-hati, tampaknya Seager juga sudah mulai membaik tapi kata Arthair butuh 2 hari untuk Seager siuman.

Perlahan Serena mengelus bulu-bulu Seager perlahan, Serena sudah merindukan perhatian Seager, padahal baru 4 jam Seager tak sadarkan diri.

"Cuacanya panas ya." cetus Naeus, telinga nya luyu.

Ras rubah memang sensitif dengan hawa panas, sama seperti ras mermaid.

Jadi kedua pria imut itu merengek pada Serena untuk sekedar mampir ke sungai, mereka kepanasan.

"Dimana letak sungai? Javen kamu tau?" Javen mengangguk, dia kan Raja ras buaya jadi dia hafal letak sungai-sungai disini.

"Sebelah barat agak ke timur, ayo ikuti aku." Javen merangkul bahu Serena dan mengajaknya pergi duluan, membuat Ocean, Arthair dan Naeus mencibir pelan.

"Dasar curi kesempatan." gumam Arthair.

"Tau tuh." sahut Ocean.

"Cih, ganjen." cibir Naeus.

Vendra dan Albar mendengus pelan, gak di dunia sana, gak disini, Javen suka sekali ambil kesempatan untuk memonopoli Serena.

Mereka berjalan sekitar 4 menit untuk sampai ke sungai, Serena duduk dibawah pohon yang agak rindang diikuti Vendra, Albar dan Athair.

Ocean, Naeus dan Javen langsung masuk ke dalam air, menikmati segarnya air sungai ini.

"Serena, kamu lapar?" tanya Arthair.

Serena menggeleng "Tidak, kan sudah makan ikan bakar buatan kamu, rasanya enak loh." puji Serena.

Arthair nampak merona tipis, dia mencium pipi Serena dengan gemas "Nanti aku buatin lagi ya."

"Okey."

"Dasar ular." sinis Vendra.

"Apa? Gak terima? Hahahaha aku berhak melakukannya karena dia pengantinku, kalian kan bukan." angkuh Arthair.

Vendra yang memang sudah tak suka melihat Arthair sontak menggeram marah, dia hampir menonjok wajah menyebalkan Arthair jika saja Serena tak menahannya.

Albar mah abai, dia asik menyandar dibahu Serena dan mencium ceruk leher gadis itu, aroma Serena yang sangat dia suka dan dia rindukan.

Akhirnya Albar bisa menciumnya lagi.

"Rere.."

"Iya?"

"Aku minta maaf karena melemparmu ke laut.."

"Ya sudahlah, lagian kalian juga kemari, bukan aku saja hahaha."

"Kamu gak tau seberapa gila Lucian dan Zelgav pas kamu tenggelam, aku sampai dihajar habis-habisan sama Lucian, dia nangis, dia benar-benar cari kamu sampai akhirnya kami terseret ombak."

Serena termenung sejenak, dia tak menyangka jika Lucian yang pendiam akan seperti itu.

Serena menganggap Lucian itu membencinya karena Lucian tak pernah mau menatap matanya, Lucian selalu berkata dingin padanya.

"Itu gak mungkin lah." bantah Serena.

"Itu benar Re, Lucian kaya orang kesetanan pas tau kamu tenggelam." sahut Albar membenarkan.

Serena menunduk, dia tak yakin tapi kalau itu benar, kenapa Lucian melakukannya?

"Haha, dia pasti merasa takut kehilangan kamu, dia kan suka sama kamu Re." celetuk Javen dari arah sungai.

"Iya ya, Lucian tuh suka sama Serena cuma dia tsundere."

"Tau tuh, waktu aku mau ngajak Serena makan malam berdua, dia datang ke kamarku terus ngekunciin pintu kamarku dari luar, sampai aku batal makan malam sama Rere." curhat Vendra sedih.

Masih teringat dia saat Lucian menguncinya dari luar, sialan sekali memang Lucian kalau udah cemburu!

"HACHIIM!!"

"Yang mulia Raja, ada apa?"

"Tidak, hanya bersin."

Lucian mengusap pelan hidungnya yang terasa gatal, siapa yang membicarakannya saat ini, kurang ajar sekali!

"Kalian sudah temukan apa yang aku suruh?"

"Belum Yang Mulia."

Lucian menyeringai, dengan sekali tebas kepala prajurit tadi sudah lepas dari tubuhnya.

"Dasar gak berguna." Lucian menjilati darah ditangannya yang berkuku tajam, lantas tertawa pelan.

"Serena, aku akan segera menemukanmu, sayang."

Lucian menanti kedatangan Serena, cepat atau lambat dia akan menjadikan Serena sebagai miliknya, hanya miliknya seorang.

"Aku tidak sabar lagi, kapan gadisku bisa aku temukan ya."

Kegilaan yang terjadi sejak tenggelamnya Serena membuat obsesi Lucian semakin tak terkontrol, dia semakin gila.

Dan sejak masuk ke dunia ini, semua ada dalam genggamannya.

🕳Bersambung🕳

Serena's Harem [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang