4

5 3 0
                                    

Hujan, sore ini. Dan dina kini tengah berdiri di halte bus, berteduh dari derasnya hujan.

"Sini din, deketan dikit." Haechan menarik lengan seragam dina agar gadis itu tidak terkena tetesan air.

"Din"

"Yaa?"

"Sebelumnya, sorry kalo gue ikut campur"

Dina menyeringit, dia sudah faham dengan arah pembicaraan haechan.
"Lo sama renjun sebenernya masih pacaran gak sih?,"

Sudah Dina duga.
"Perasaan tu anak sama Chaeryong mulu"

Dina sudah menduga, karna beberapa menit yang lalu, dia dan haechan melihat renjun pulang dengan mobil nya, dan wanita itu duduk di sebelah kursi pengemudi.

Renjun dan Dina pun sempat bertukar pandang,namun tidak ada yang lebih, selain renjun dengan raut wajah datar nya. Lalu Dina yang lekas membuang arah pandang nya dari renjun.

"Pacaran kali" Jawab dina yang membuat haechan melotot tidak percaya

"Kan lo pacarnya,"

RILL NO FEKK,
Sungguhan, bukan main-main. Renjun dan dina, haechan sangat heran dengan dua sejoli ini. Keduanya tak bertegur sapa.

Berpacaran?, jika pun ada masalah, setidaknya mereka bisa saling menjelaskan atau sekedar menyapa sang kekasih.

Maksudnya, jika memang mereka tidak memiliki rasa cinta...Atau setidaknya rasa suka terhadap masing-masing, kenapa mereka melanjutkan hubungan ini?

Kenapa mereka tidak putus saja?.
Daripada harus terus menerus menyakiti seperti ini, lebih baik putus. Iya kan?

"Ngelamun lo, gue duluan" Ujar Dina yang menunjuk mobil silver dengan dagu nya.

Oh mobil renjun.
"I-iya deh, Hati-hati lo din"

"Nih buku yang kemaren mau lo pinjem, di halaman depan lo harus baca sesuatu"

Haechan menatap mimik wajah memohon seorang Dina,
"Tolongin gue ya chan" Ujar nya lagi.
Haechan bisa merasakan lengan dingin Dina itu menggenggam tangan nya

"Gue harus ap*"

"Masih belum puas?"

Haechan bisa dengan jelas melihat jika renjun menyentak lengan Dina, haechan juga melihat jika dina menatap nya penuh harap.

Haechan juga melihat bagaimana renjun melempar tatapan benci padanya. Saat itu juga haechan yakin jika memang ada masalah dengan mereka berdua.

Beberapa detik berlalu, haechan langsung membuka buku saat teringat ucapan dina,dan mendapati halaman pertama.

Haechan menatap stickynote merah muda yang menempel disana
"Gue mohon, telpon gue setelah 10 menit setelah gue pergi, Cukup telpon dan jangan nyari gue."

Haechan meremat stickynote itu dan membuang nya. Dia semakin yakin jika memang ada yang tidak beres dengan dua manusia itu.

***

Dina duduk diam di sebelah kursi pengemudi.
Renjun tampak menyeramkan sekarang, alis camar nya menukik, rahang nya nampak mengeras. Otot lehernya juga menonjol. Pertanda jika lelaki itu sedang marah.

Belum lagi cara mengemudi renjun yang ugal-ugalan, menyalip sana-sini, abai dengan jalanan yang jelas licin karena hujan.

Dua menit melaju, renjun menginjak pedal rem secara tiba-tiba. Untungnya jidat paripurna Dina tidak terbentur dasbor mobil.

"Maksud lo apa berduaan gitu sama haechan?" Renjun berucap dengan lengan yang erat menggenggam stir.

"Berduaan?, Di halte maksud lo?" Dina menjawab

Sungguh, renjun sekarang tengah berusaha menahan amarah nya.

"Kaya yang lo liat ren, gue lagi neduh dari hujan" Dina berusaha menjawab dengan intonasi yang serendah mungkin, demi meredam amarah sang kekasih.

Sempat beradu tatap beberapa saat, dan setelahnya dina bisa melihat bahu pemuda itu sudah turun, genggaman di stir itupun ikut melemas.

Renjun melepas sabuk pengaman nya, dan memilih memeluk gadis itu sekarang, menumpukan kepalanya pada bahu yang sudah jadi letak ternyaman yang selama ini sudah jadi candu renjun.

Dina sempat terkejut, karna memang posisi mereka ini sangat rawan. Bukan dia tidak percaya pada renjun, tapi tetap saja renjun itu laki-laki. Dina hanya berjaga-jaga.

"Gue milik lo ren, dan selamanya bakal tetep gitu" Ujar Dina yang sambil mengusap surai tebal renjun, cara ampuh untuk menenangkan pemuda itu.

Lalu tiba-tiba ponsel Dina berdering, hal itu membuat renjun lekas melepas pelukan nya. Renjun berdecih, dan beralih membenarkan posisinya seperti semula.

"Loud speaker" Titah renjun karna dia melihat jika nama haechan lah yang  tertera di layar benda pipih milik Dina itu.

"Halo"

"Din lo nggak papa kan?"

Dina menelan ludah, takut jika renjun mencurigai nya.Dia melirik renjun yang kembali  melajukan mobil nya.

"Gue oke aja, kenapa?"

"Enggak, gue cuman mau bilang, buku yang lo kasih ke gue itu buku ekonomi. Gue kan minjem nya buku biologi din"

Dina menyerukan tawa palsunya, sambil sesekali melirik renjun.

"Haha,Seriusan lo chan. Sorry,besok gue bawain bukunya deh"

"Sipp"

"Masih di*"

"Masih kurang lama?"

Dina menoleh cepat. Mendapati renjun yang menatap nya tak biasa, tajam. Lelaki itu sudah menghentikan mobil nya lagi, di depan apartemen.

"Udah dulu ya chan, byee"ujar Dina cepat dan memutuskan panggilan secara sepihak.

Renjun mengambil ponsel gadis nya itu, dan memasukkan nya ke saku nya.

"Gue  butuh lo"

Dina menghela nafas, dia belum bisa lepas dari renjun. Karna pemuda itu masih...membutuhkan nya.

SEJOLI TOXIC (Renjun) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang