Semester baru, tapi tidak semangat baru.
Masuk semester 6 Safira hanya berdoa semoga kuliahnya berjalan dengan lancar.
Safira mengikat tali sepatunya, sembari menunggu Mahesa. Tidak lama kemudian laki-laki yang ditunggunya muncul dengan motor matic.
Safira dan Mahesa berkuliah di kampus yang sama, tentu saja di Fakultas yang sama. Yup, benar. Dijurusan yang sama pula.
Dua sahabat itu sampai di tempat parkir. Berjalan menuju gedung Fakultas teknik, lebih tepatnya Jurusan Teknik Industri.
Safira memberi kotak bekal yang berisikan roti isi pada Mahesa. Sudah menjadi rutinitas Safira membawakan sarapan untuk sahabatnya itu—juga dirinya. Safira tidak keberatan membuat sarapan untuk dua porsi.
"Makasih babu," ledek Mahesa. Safira melirik tajam kemudian merebut kotak bekal berwarna biru itu. "Lo nggak usah! Buat gue aja semuanya."
Mahesa saling menempelkan kedua telapak tangannya di depan dadanya, memohon ampun kepada Safira. Gadis itu kemudian mengasih kembali kotak bekal tersebut, membuat Mahesa senyum sumringah.
***
Mahesa sedang berada di tempat fotocopy sekitar kampus. Sembari menunggu ia berselancar di media sosialnya.
"Bang, mau ngeprint, ya." Suara lembut perempuan masuk ke telinga Mahesa, membuat ia menoleh ke samping kanan. Mata Mahesa berbinar, raut kaget juga senangnya tidak bisa ia sembunyikan. Mahesa terpesona dengan kecantikan perempuan disampingnya itu.
Mahesa tidak menyangka akan bertemu Si Cantik di tempat ini. Sepertinya Si Cantik juga kuliah dikampus yang sama dengannya.
"Nih, mas. Duapuluh ribu." Suara abang fotocopy membuat Mahesa melepas pandangannya dari perempuan di sampingnya. Kemudian membayar.
Mahesa sudah selesai, tapi ia tidak berniat pergi. Ini kesempatannya untuk berkenalan dengan Si Cantik. Mahesa baru ingin mengeluarkan suara, namun gadis itu menerima panggilan telepon.
"Sebentar lagi, tungguin gue." perempuan bersurai panjang nan hitam itu terlihat panik dan seperti ingin segera kabur dari tempat fotocopy.
Gadis itu langsung lari setelah membayar dan mengucap makasih, membuat Mahesa hanya bisa menatap punggung perempuan itu yang mulai menjauh dengan tatapan sedih. Kapan lagi ia akan bertemu dengan Si Cantik.
"Neng.... flashdisknya ketinggalan." Abang fotocopy memelankan suara diakhir kalimatnya ketika si pemilik flashdisk itu sudah jauh dari pandangannya. Wajah muram Mahesa langsung berubah dengan cepat, berganti dengan raut muka yang cerah, secerah matahari disiang bolong. Ia masih memiliki peluang untuk bertemu Si Cantik lagi.
Mahesa mengambil flashdisk tersebut. Flashdisk putih dengan gantungan yang tertulis.
"Cantika Anastasya, Akuntansi," gumam Mahesa membaca gantungan yang ternyata tertera nama seseorang. Mahesa tersenyum. Ia kemudian berlari menuju ke gedung Akuntansi.
Lima belas menit sudah Mahesa menunggu Si Cantik yang ia ketahui bernama Cantika dari flashdisk yang saat ini sedang ia pegang. Sesekali melirik arloji hitam di pergelangan tangannya. Tiga puluh menit lagi matakuliah selanjutnya akan dimulai. Pesan masuk dari Safira yang menanyakan dirinya di mana pun tidak dibalas oleh Mahesa.
Tidak jauh dari tempat Mahesa menunggu, ia melihat Cantika keluar dari ruangan bersama temannya.
"Cantika?" Mahesa menghampiri gadis itu.
"Iya?" Cantika mengerutkan kening bingung. Wajahnya jelas terlihat bertanya-tanya siapa pria dihadapannya ini.
"Gue Mahesa, teknik industri. Flashdisk lo ketinggalan," ucap Mahesa memperkenalkan diri sambil menyodorkan benda kecil berwarna putih itu.
"Yaampun, gue nggak ngeh kalo ketinggalan. Makasih, ya, Mahesa, " ujar Cantika. Ia menyebut nama pria asing di depannya yang baru saja memperkenalkan namanya. Karena urusannya selesai, Cantika undur diri bersama temannya.
Mahesa membalikkan tubuhnya, ia memanggil perempuan itu, "Tunggu, Cantika."
Cantika menghadap kembali ke Mahesa. "Iya, kenapa?"
"Gue boleh minta nomor lo?"
"Buat?" tanya Cantika.
"Deketin lo? Mmm.... itu pun kalo lo belum punya pacar, sih," jawab Mahesa langsung intinya. Ia menggaruk alis kanannya. Harap-harap cemas apakah Cantika sudah punya pacar atau belum.
"Kosong delapan..."
"Sebentar!" Mahesa segera mengeluarkan ponselnya dengan cepat. Ia mengetik nomor ponsel Cantika. Mahesa tersenyum senang.
***
Mahesa sampai di kelas.
"Lo darimana aja?" tanya Safira.
"Lo tau nggak?" Bukannya menjawab pertanyaan Safira, Mahesa malah balik bertanya pada sahabatnya itu.
"Gue nanya, lo malah balik nanya," ujar Safira kesal sambil mengetuk kepala Mahesa dengan pulpen.
"Nih..." Mahesa menunjukkan layar ponselnya, di sana tertera nomor handphone seseorang yang bernama 'Cantika'. "Gue dapet nomornya Si Cantik," lanjut Mahesa.
"Kalo jodoh emang nggak kemana, ya. Ternyata dia kuliah di sini juga jurusan Akuntansi," jelas Mahesa. Terlihat wajahnya menggambarkan kebahagiaan.
Safira tidak menanggapi. Ia hanya diam saja.
Lagi, lagi dan lagi. Gue dengar curhatan lo tentang cewek lain, Hes.