"Baba!"
Renjun kecil menjerit pilu melihat satu satunya keluarga yang dimilikinya terkulai lemas. Tidak peduli dengan api yang membara disekitar nya, Renjun masih berusaha membangunkan sang ayah.
"Pergi."
"Gakk! Aku gak mau pergi kalau gak sama Baba hiks."
Sang ayah tersenyum lemah, perlahan dengan sekuat tenaga bangkit dan memghampiri Renjun.
"Berjanjilah pada Baba."
Renjun hanya terus menangis.
Sang ayah mengusap air mata anaknya, menahan air matanya sendiri yang segera akan tumpah.
"Jadilah seseorang yang bijaksana. Seseorang yang tidak takut mengambil resiko. Dan mencintai sesama dengan tulus."
Renjun mengangguk angguk kan kepala walau tangisan masih terdengar.
"Bagus itu baru anak kesayangan Baba."
Lalu Renjun merasakan seseorang menariknya ke belakang. Renjun menjerit tidak terima.
"Baba! Jangan tinggalkan Baba!"
Namun orang yang kini menggendongnya tidak mendengar. Mereka keluar dari ruangan itu, menutup pintu dengan keras dan berlari menjauh. Sebelum beberapa saat kemudian tempat yang selama ini Renjun sebut rumah meledak dengan api yang menari nari seakan mengejeknya.
Mulai hari itu Renjun membenci api.
"Maafkan aku nak tapi sepertinya tidak ada cara lain."
Apartemen ini semakin lama semakin memanas, api yang menewaskan sang ayah semakin menjalar ganas. Renjun menatap nanar, sudah tidak peduli dengan keadaannya sekarang.
Di ujung kanan api sudah terlihat, di sanalah satu satunya jalan untuk turun melalui tangga darurat. Sementara elevator tidak bisa lagi diharapkan.
Orang yang menggendong Renjun melihat ada jendela didekat mereka tanpa pikir panjang dia pecahkan kaca jendela itu.
Dari atas ini semua terlihat, beberapa pemadam kebakaran sudah datang dan banyak orang berkumpul melihat kejadian. Mungkin sebagiannya merupakan korban yang selamat.
"Ada korban di sana!" Mereka berseru.
Para petugas ingin menolong namun api semakin mendekat.
Dan satu satunya cara selamat adalah terjun ke bawah namun tidak menjamin kalau mereka juga akan selamat tanpa cedera berat.
Lalu Renjun merasakan grativitasi menariknya, jantung berdebar kencang dan tangan menggenggam erat baju orang yang menyelamatkannya ini.
Brakk
Renjun merasakan tubuhnya remuk, suara jeritan memenuhi kepala namun hitam kemudian menguasai.
Beberapa tahun kemudian Renjun besar di panti asuhan. Orang yang menyelamatkannya meninggalkan Renjun di sana.
"Aku bisa melihat semuanya."
Waktu itu Renjun dihukum karena mendorong teman yang mengejek ejeknya. Saat itu dia di dorong dorong dan disebut 'lemah', 'cengeng', 'anak bisu'. Renjun masih bisa menahan itu tapi saat kulit mereka bersentuhan Renjun lalu melihat apa yang seharusnya dia tidak lihat. Dengan panik dia mendorong anak itu.
Begitulah bagaimana orang orang mulai menyebutnya anak aneh yang tidak ingin disentuh siapapun namun Renjun tumbuh dengan mandiri. Dia mulai berlatih membela diri namun juga mulai berbuat onar. Tidak, Renjun tidak akan bertengkar jika bukan orang lain yang memulai.
Perlahan satu persatu teman seumuran diadopsi, kini hanya tinggal dirinya sendiri.
"Kau tumbuh sangat cepat."
Malam itu dia kemudian dijemput oleh seseorang yang dengannya Renjun berutang nyawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misfit ft 00l
FanfictionRenjun seharusnya dari awal sudah tahu, rencana mereka tidak akan pernah berhasil. Mereka sama sekali berbeda. nct dream 00l fanfiction ©Hopestd